Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Surat Terbuka untuk Jurnalis dan Pers Indonesia

Diperbarui: 10 Desember 2018   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (thecomicscomic.com)

"Journalism allows its readers to witness history; fiction gives its readers an opportunity to live it."

~ John Hersey ~

Untuk para jurnalis dan Pers Indonesia.

Minggu-minggu ini, profesi anda tengah mendapat sorotan publik. Ini tak lepas dari kontestasi politik yang saat ini terjadi di Indonesia. Puncaknya adalah ketika beberapa media mainstream dianggap bersikap tidak adil, dengan memberi porsi kecil pemberitaan pada sebuah peristiwa besar.

Ketika publik mengkritik ketidakadilan tersebut, anda merasa tersinggung. Apalagi ketika tokoh politik yang ikut dalam pusaran kontestasi, Prabowo Subianto "marah", anda langsung menganggapnya sebagai bentuk pelecehan terhadap profesi anda yang terhormat ini. 

Nada tinggi dari Prabowo anda anggap sebagai sikap yang tidak etis dan cenderung otoriter. Protes Prabowo yang menyebut media mainstream enggan meliput aksi Reuni Akbar 212 di Monas anda anggap sebagai bentuk intervensi.

Kata "marah" diatas sengaja saya beri tanda kutip, karena persepsi terhadap apa yang dilakukan Prabowo Subianto saat itu bisa berbeda, tergantung dari sudut mana kita melihatnya dan di posisi mana kita berdiri. Ketika tokoh politik lain, Basuki Tjahaya Purnama "marah", anda menyebut itu tindakan tegas. Ketika Presiden Jokowi "marah", anda menyebutnya itu sikap reaktif. 

Dari sini sudah bisa kita lihat, ada bias yang semakin lama semakin membesar. Tak salah bila banyak yang bilang bahwa sebagian besar dari anda, jurnalis dan media mainstream, sudah terjebak pada posisi hiper-partisan.

Kita semua tahu, jurnalisme telah lama dianggap sebagai kekuatan penting dalam pemerintahan. Sangat penting bagi berfungsinya demokrasi yang telah digambarkan sebagai komponen integral dari demokrasi itu sendiri.

Pada tahun 1841, Thomas Carlyle menulis, "Burke mengatakan ada Tiga Pilar di Parlemen; tetapi, di Galeri Reporter di sana, duduk Pilar Keempat yang lebih penting daripada mereka semua ".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline