***
Rayhan membuang kertas post it yang tadi dipungutnya ke tempat sampah dekat meja printer. Penuh dengan berbagai potongan dan lembaran kertas yang tak terpakai. Matanya yang tajam sekilas melihat ada sebuah lembaran kertas HVS kumal yang menarik perhatiannya.
Diambilnya kertas tersebut, ada tulisan tangan di atasnya.
Terkadang, kamu hanya butuh jatuh cinta lagi. Namun adakalanya beberapa hati telah terlanjur
berserakan, pemiliknya sudah terlalu lelah, tak lagi sanggup bahkan tuk sekedar mencari cinta
yang baru.
Rayhan menoleh ke arah meja Mita. Dilihatnya gadis centil itu sedang mengetikkan sesuatu di layar smartphonenya. Apa ini tulisan Mita? Dia tidak tahu karena memang tidak pernah melihat tulisan tangan Mita. Seandainya ini tulisan Mita, berarti bukan Mita yang mengirim rangkaian puisi misterius itu. Karena bentuk tulisannya berbeda! Meski menurut Rayhan bahasa puisinya mirip.
Dan jika bukan Mita, siapa yang menulis bait puisi pendek ini? Setahu Rayhan, ada 2 karyawan perempuan lain di tim Marketing selain Mita. Rayhan merasa semakin bingung memikirkan hal ini. Ah sudahlah. Biar nanti waktu yang akan menjawabnya sendiri, kata Rayhan dalam hati. Dilipatnya lembar kertas berisi puisi itu lalu dikantonginya. Rayhan ingin membandingkan tulisan tangan di kertas yang baru ditemukannya itu dengan puisi-puisi lain yang ditulis di kertas post it.
Rayhan lalu memeriksa printer yang kata Mita macet. Lampu indikatornya menyala berkedip-kedip, sementara di layar LCD yang kecil tertera paper jam. Rayhan lalu membuka bagian depan printer. Tak ada kertas disana. Berarti ada secuil kertas yang tersangkut di dalam. Mungkin tadi saat macet ada yang menarik paksa, sehingga potongan kertasnya masih ada yang tertinggal di dalam printer.
Dering telpon tiba-tiba menggema di ruang marketing yang sunyi. Terdengar suara Mita menyahut si penelpon, "Mitra Aksara Selamat Pagi, dengan Mita bisa dibantu?"
Sambutan khas yang wajib diucapkan setiap karyawan kantor jika menerima telpon dari luar.
"Oh Bu Indri. Ada Bu, sedang memperbaiki printer yang macet," kata Mita menjawab si penelpon yang ternyata Bu Indri.