Puisi itu menyapa lagi.
Rayhan mengambil kertas post it yang diselipkan di bawah sebuah buku di meja kerjanya dalam keadaan terlipat rapi.
"Dulu sunyi tak pernah sesunyi ini. Bahkan tuk sekedar menyapa kau yang barangkali ku sebut sebagai cinta sungguh ku pun tak kuasa."
Ditulis dengan tinta merah, seperti 2 puisi lain yang sudah diterimanya dalam satu bulan ini.
***
Pertama kali menerimanya, Rayhan mengira itu ulah iseng Faisal, sobat kentalnya di bagian IT yang memang kerap ngerjain dirinya.
"Sal, kamu yang nyelipin ini?" tanya Rayhan sambil menyodorkan sebuah kertas post it. Kertas bertuliskan puisi itu didapatnya dari meja kerjanya. Ditempel dengan posisi tulisan menghadap ke bawah.
Faisal yang tengah sibuk dengan laptopnya menatap Rayhan. Diambilnya kertas itu dan dibacanya.
"Kepada sunyi, seribu puisi pun bisa kuberi. Namun kepada yang disukai, semua kata-kata seolah terkunci, yang tersisa hanya debar hati yang tak terkendali."
Sejenak kemudian, cengiran usil muncul di wajahnya.
"Ciee, dapat puisi romantis. Ada penggemar rahasia di kantor ini rupanya. Siapa nih secret admirernya?"