Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

9 Alasan (Ilmiah) Mengapa Kita Perlu Banyak Membaca (Fiksi)

Diperbarui: 23 April 2019   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (dok.pribadi)

Ketika masih kuliah dulu, saya pernah "diejek" oleh seorang teman gara-gara sering meminjam novel di sebuah persewaan buku dekat kampus.

"Ngapain baca novel-novel kayak gitu? Mending baca buku-buku yang ilmiah, biar melek ilmu."

Tak hanya dari teman, beberapa kali orang tua saya juga mengingatkan untuk mengurangi bacaan novel saya, karena khawatir tugas-tugas kuliah berantakan.

"Daripada baca buku yang gak berguna kayak gitu, mending perbanyak mengaji, atau baca buku-buku kuliah biar cepat selesai kuliahmu," begitu nasehat orang tua saya dulu.

Mungkin terdengar sangat kolot, tapi begitulah stereotype orang tua saya: buku fiksi itu tidak berguna, dan membacanya hanya buang-buang waktu. Anehnya, meski sering membaca novel atau buku fiksi, toh hingga sekarang saya masih saja kesulitan menulis fiksi.

Well, nasehat orang tua dan ejekan teman saya itu ada benarnya. Buku-buku ilmiah memang bermanfaat, meningkatkan kualitas diri karena memberi banyak pengetahuan baru bagi kita. 

Tapi, bukan berarti buku-buku fiksi itu useless, tidak ada manfaatnya sama sekali. Di luar porsi pengetahuannya yang sedikit (pada beberapa jenis fiksi tertentu), membaca fiksi dapat memberikan banyak manfaat peningkatan diri yang sama, bahkan ketika kita menjelajahi dunia lain melalui kisah-kisah yang hanya ada dalam pikiran sang pengarang.

Praktik menggunakan buku, puisi, dan kata-kata tertulis lainnya sebagai bentuk terapi telah membantu manusia selama berabad-abad. Dan fiksi memiliki cara unik yang ampuh untuk memahami orang lain, membuka cakrawala kreativitas dan melatih otak kita.

Beberapa alasan (dengan fakta ilmiah) mengapa kita perlu membaca (fiksi) diantaranya adalah:

1. Fiksi bisa meningkatkan empati

Untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan menumbuhkan kemampuan kita untuk berempati, kita hampir tidak dapat melakukannya secara lebih baik daripada membaca sebuah karya fiksi. 

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa membayangkan cerita membantu mengaktifkan wilayah otak kita yang bertanggung jawab untuk lebih memahami orang lain dan melihat dunia dari perspektif baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline