Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

4 Alasan Fungsi Kertas Tak Tergantikan di Era Digital

Diperbarui: 10 April 2018   21:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (Syd Wachs/unsplash.com)

Sejak ditemukan oleh Tsai Lun tahun 105 Masehi yang lampau di Cina, kertas seolah menjelma menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Berbagai segi kehidupan di dunia ini banyak ditunjang oleh keberadaan kertas.

Penggunaan kertas, dulunya, hanya untuk sekadar mencatat ilmu, berita, dan informasi kini sudah meluas. Beberapa barang yang sering digunakan dalam aktivitas keseharian sebagian besar berbahan baku kertas. 

Namun, seiring dengan semakin banyaknya permintaan akan kertas, kita pun dihadapkan pada dilema. Permintaan yang meningkat akan kertas berbanding lurus dengan penebangan pohon sebagai bahan baku pengolahan kertas. Dan seketika itu pula kita sadar, kita tidak bisa terus menerus menebang pohon hanya untuk memenuhi kebutuhan kertas kita.

Karena itu di era digital ini, segala cara dilakukan untuk mengurangi penggunaan kertas. Isu-isu tentang pemanasan global, penggundulan hutan untuk industri kertas terus dihembuskan supaya masyarakat beralih atau mengurangi penggunaan kertas dalam setiap aspek kehidupan mereka. Tetapi, kalau mau jujur, kita pun harus mengakui bahwa se-digital apapun kehidupan sekarang, kertas tetap tidak tergantikan.

Rasa Kepemilikan

Dalam dunia literasi (baca-tulis), digitalisasi buku atau media informasi tetap tidak bisa menggantikan fungsi kertas dalam beberapa faktor. Alasannya, yang pertama, adalah rasa kepemilikan.

Setiap hari, kita berinteraksi dengan dua jenis benda.  Jenis benda pertama  bisa diperoleh dan dibagi seketika, tidak berbobot, tahan terhadap kerusakan, mudah disesuaikan, dan hampir tidak mungkin hilang. Bahkan seorang anak pun bisa membawa ribuan benda tersebut sekaligus.  

Jenis benda kedua membutuhkan perjalanan untuk mendapatkan atau membaginya, sulit untuk diubah, tidak praktis, mudah hilang, dan bisa rusak dengan berbagai cara. Hanya sedikit dari jenis benda kedua ini  yang bisa dijejalkan ke dalam satu tas.

Benda yang pertama adalah barang digital, sedangkan yang kedua adalah barang fisik, termasuk diantaranya adalah buku. Saat ini, berbagai macam benda cetak manual seperti buku, surat kabar, majalah, hingga foto boleh diganti dalam cetakan digital. Tapi, itu tidak akan membuat pemiliknya mempunyai sebuah rasa kepemilikan yang erat jika dibandingkan barang-barang itu berbentuk fisik.

Rasa memiliki sebuah buku yang ada fisiknya jauh berbeda jika kita hanya memiliki salinan digitalnya. Lemari atau rak di ruang tamu akan lebih nyaman dan indah dipandang ketika kita menempatkan koleksi buku yang kita miliki di sana. Bandingkan jika kita hanya memiliki koleksi e-book di gawai yang kita punya.  Keindahan apa yang bisa terlihat dari deretan file e-book yang tersusun di folder ruang penyimpanan gawai?

Kita juga bisa melihat ribuan foto yang ada dalam gawai, namun rasanya akan berbeda ketika kita melihat sebuah foto yang  dicetak dalam kertas foto, dipigura dan dipajang di lemari atau dinding rumah.  Kita bisa menyentuh foto digital, namun hubungan batin tidak akan terasa seperti ketika kita menyentuh foto orang tercinta yang dipigura.

Faktor Kesehatan

Faktor kedua adalah penggunaan kertas dalam dunia literasi cenderung lebih menyehatkan di era digital. Beberapa fungsi syaraf dan psikologi manusia lebih berkembang saat mereka membaca dan menulis pada selembar kertas dibandingkan menulis atau membacanya pada layar komputer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline