Kota Malang adalah kota yang unik. Salah satu keunikannya adalah adanya bahasa walikan (kebalikan) yang lazim digunakan anak-anak muda Malang. Bahasa walikan, atau dalam istilah lokal setempat disebut Osob Kiwalan juga menjadi identitas tak resmi dari kawula muda Kota Malang.
Sejarah Bahasa Walikan Malang
Bahasa walikan khas Malang tercipta pada era perjuangan. Dukut Imam Widodo dkk dalam buku Malang Tempo Doeloe (Bayumedia, 2006) menyebutkan osob kiwalan dipakai sebagai bahasa isyarat dan kode rahasia oleh kelompok pejuang Gerilya Rakyat Kota (GRK) Malang ketika terjadi Agresi Militer II oleh pasukan Belanda pascakemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya sekitar akhir Maret 1949.
Ketika itu, pihak militer Belanda menyusupkan banyak mata-mata di dalam kelompok pejuang Malang untuk memburu sisa laskar Mayor Hamid Rusdi yang gugur pada 8 Maret 1949. Kelompok pejuang akhirnya berfikir, bahwa bahasa dengan sedikit modifikasi ini dirasa perlu untuk menjamin kerahasiaan, efektivitas komunikasi sesama pejuang, selain sebagai pengenal kawan atau lawan (semacam sandi).
Dalam perkembangannya, bahasa khusus yang semula digunakan oleh para pejuang ini kemudian menyebar. Pada tahun 1970-an, bahasa walikan jamak digunakan oleh para preman Kota Malang yang saat itu banyak membentuk kelompok-kelompok/gang. Sekarang, hampir semua masyarakat asli Kota Malang mengerti bahasa walikan. Akibatnya, bahasa ini akhirnya mengalami perluasan dan perubahan dibandingkan pada awal-awal perumusannya hingga akhirnya menjadi sebuah bahasa slang.
Proses Pembentukan Bahasa Walikan
Sebagaimana bahasa-bahasa lain yang digunakan sebagai sarana berkomunikasi, Osob Kiwalan juga bersifat dinamis. Artinya selalu ada perbendaharaan kosakata baru. Tidak ada rumus baku atau aturan dasar yang mengikat dalam pembentukan bahasa walikan. Ketidakteraturan perubahan pada pembalikan kosakata dalam bahasa walikanMalang tersebut menimbulkan kebingungan bagi orang awam. Namun, tetap ada beberapa kaidah sebagai dasar pembentukan kosakata bahasa walikan.
Kaidah pertama adalah membalikkan susunan huruf dari sebuah kata.
Contohnya seperti ini:
(1) oskab iki rasane nayamul
"bakso ini rasanya lumayan."
(2) ayas tak uklam ae, ker....
''saya jalan saja rek (dari kata Arek, sebutan untuk anak muda dalam budaya Jawa Timur)..