Beberapa waktu yang lalu, seorang teman di komunitas Bolang Kompasiana mengirimkan tautan tentang pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penulisan Sejarah dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Sejak dulu saya tertarik dengan topik sejarah, dan kesempatan emas ini pun tidak saya sia-siakan begitu saja.
Setelah mengisi form pendaftaran, saya kemudian menyertakan kerangka tulisan sebuah tema penulisan sejarah. Ini adalah syarat dari panitia untuk menyeleksi para peminat Bimbingan Teknis.
Program Bimtek ini adalah yang ketiga kalinya diselenggarakan Kemdikbud Direktorat Sejarah sejak tahun 2016. Tahun ini, Bimtek Penulisan Sejarah diselenggarakan di tiga kota yakni Malang, Semarang dan Lampung.
Untuk Bimtek di kota Malang, acara diselenggarakan di Hotel Kartika Graha mulai tanggal 19-23 September 2018. Peserta yang lolos seleksi berjumlah 50 orang dan tidak mempunyai latar belakang sejarah, serta terdiri dari berbagai macam profesi. Ada praktisi perhotelan, mahasiswa, dosen, komunitas sejarah, pelaku UKM hingga ibu rumah tangga.
Hari pertama pelaksanaan Bimtek, acara dibuka oleh Direktur Sejarah Kemdikbud, Ibu Triana Wulandari bersama Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Malang, Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd. Dalam sambutannya, Ibu Tri menyatakan kegiatan Bimtek bagi penulis sejarah tingkat nasional ini dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga penulis sejarah yang dapat menulis sejarah sesuai standar.
Tujuannya untuk melahirkan penulis sejarah yang tidak berlatarbelakang sejarah menjadi penulis yang profesional sesuai standar kompetensi. Selain itu, program Bimtek juga bertujuan untuk menginventarisasi tenaga kesejarahan yang berprofesi sebagai penulis sejarah yang ada di masyarakat.
Dua hari pertama dari pelaksanaan Bimtek ini diisi dengan kuliah singkat. Ada lima materi pembelajaran yang disampaikan, yakni Pengantar Ilmu Sejarah, Metode Sejarah, Sejarah Lokal, Penulisan Sejarah dan Bahasa Indonesia. Narasumber berasal dari unsur akademisi seperti Dr. Tri Wahyuning M Irsyam dari Universitas Indonesia dan DR. Sarkawi B Husein dari Universitas Airlangga. Juga beberapa narasumber terkait lainnya.
Setelah puas mereguk ilmu sejarah dan metode penulisan sejarah dari narasumber, para peserta kemudian dibimbing untuk praktek penulisan sejarah. Layaknya bimbingan skripsi atau tesis di perguruan tinggi, peserta diminta menyiapkan rancangan penelitian sejarah. Tentu saja harus sesuai dengan kaidah keilmuan. Seperti harus dilengkapi dengan rumusan masalah, tinjauan pustaka dan sumber bacaan yang digunakan.
Saya sendiri merancang penelitian dengan tema Politik Penamaan Jalan, Sejarah Simbolisme Yang Terlupakan (Kota Malang 1924-1969) dengan pembimbing Dr. Sarkawi B Husein. Rancangan penelitian dari setiap peserta ini nantinya akan dinilai oleh narasumber dan menjadi bagian dari total penilaian peserta Bimtek.
Malam hari keempat, acara Bimtek Penulisan Sejarah resmi ditutup oleh Prof. Dr. Joko Saryono, M.pd. Sebelumnya panitia mengumumkan apresiasi untuk peserta dengan nilai tertinggi. Alhamdulillah, saya terpilih menjadi peringkat terbaik ketiga. Peringkat terbaik pertama diraih oleh Depi (mahasiswa) denga rancangan penelitian tentang sejarah afdeeling Nganjuk. Sementara peringkat terbaik kedua diraih Ibu Devi (dosen) dengan rancangan penelitian tentang akuntansi jaman kerajaan Singosari.
Dalam sambutan penutupannya, Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd berharap kegiatan ini bisa menghasilkan tenaga penulis sejarah yang berkualitas dan lintas profesi. Mengingat pada era sekarang batasan dan sekat pada masing-masing profesi mulai memudar. Siapapun bisa menjadi penulis sejarah, asalkan dengan metode penulisan sejarah yang benar.