Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Generasi Z dan Liburan yang "Kekinian"

Diperbarui: 13 Desember 2017   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

di tebing Goa Pinus, Malang (dok.pribadi)

Generasi Z selalu identik dengan segala hal yang kekinian. Mereka adalah generasi yang terlahir saat arus informasi mengalir begitu cepatnya. Harap maklum, Generasi Z (Gen Z) adalah anak kandung internet. Begitu lahir, internet sudah ada dalam genggaman tangan mereka.

Sebagai anak kandung internet, Gen Z lebih familiar dengan media sosial. Dan media sosial yang paling banyak digunakan Gen Z adalah Youtube, Instagram, serta platform pesan pribadi seperti Whatsapp dan Line. Mereka mengartikan eksistensi diri dengan cara memajang foto-foto di tempat wisata yang kekinian di akun media sosial. Mendapatkan "like", dan "follower" yang semakin bertambah di akun Instagram mereka adalah sebuah kebanggaan tersendiri.

Tak terkecuali dengan putri saya yang duduk di bangku SMP. Jika kami, orang tuanya masih sering canggung dan ketinggalan informasi terkini, tidak begitu dengan Mbaknya, begitu kami memanggilnya. Dia lebih faham judul-judul lagu terkini, nama artis-artis muda yang sering muncul di televisi, kuliner terkini, dan tempat-tempat wisata yang kekinian. Meski sering pula kami mengingatkan dan membatasinya untuk tidak sampai terlarut pada penggunaan internet secara bebas.

Bicara mengenai liburan, Gen Z memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Syarat utama dari liburan yang kekinian ala Gen Z adalah tempat wisata itu harus punya spot foto yang Instagramable. Dalam arti, tempat wisata itu harus mempunyai titik-titik pemandangan yang fotonya layak untuk dipajang di media sosial, terutama Instagram.

Untung saja di kota kami, Malang, banyak tempat-tempat wisata yang masuk kategori kekinian. Sebut saja Taman Kelinci, Labirin di air terjun Coban Rondo, Goa Pinus, bukit Paralayang, hammock di Coban Talun dan Coban Rais, Kampung Tridi dan Kampung Warna, hingga wahana wisata modern seperti Hawai Waterpark, Malang Night Paradise, Museum Angkot serta Jatim Park 3 yang baru saja dibuka.

Gaya saat berlibur pun berbeda. Kami, generasi yang lebih tua cenderung ingin menikmati terlebih dulu suasana tempat wisata tersebut. Sementara bagi Gen Z, hal pertama yang harus dilakukan saat menginjakkan kaki di tempat wisata adalah mencari spot foto yang layak. Menikmati suasana adalah hal terakhir yang mereka lakukan. Mereka  memilih untuk antri berfoto di spot-spot yang terkenal instagramable daripada berjalan-jalan dulu dan menikmati suasananya. Seolah-olah Gen Z takut kehilangan waktu dan tidak sempat berfoto.

saat di Coban Glotak, Malang (dok.pribadi)

Satu lagi yang membedakan liburan Gen Z dengan generasi yang lebih tua adalah pada perlengkapan yang mereka bawa. Beberapa perlengkapan yang 'harus' dibawa Gen Z saat berlibur adalah:
  • Kamera Digital/DSLR
  • Smartphone dengan kualitas kamera depan yang jernih, lengkap dengan kuota internetnya
  • Charger gadget
  • Power bank

Semuanya serba gadget. Namun khusus untuk putri saya, ada satu benda yang menjadi kebutuhan pokok saat bepergian, yaitu minyak Kayu Putih Aroma Cap Lang. Gunanya untuk mengurangi rasa mual yang sering dialaminya jika naik kendaraan, terutama mobil. Putri saya memang tidak tahan dengan bau kendaraan. Alhasil, jika liburan ke luar kota, saya memilih naik kereta api, kemudian diteruskan naik sepeda motor  saat mengunjungi tempat wisatanya. 

Kalaupun harus mengendarai mobil, ada syarat yang diajukan putri saya, yakni jendela mobil harus dibuka, dan selalu sedia minyak Kayu Putih Aroma Cap Lang untuk berjaga-jaga jika dia mabuk kendaraan. Kayu Putih Aroma memang efektif untuk mengurangi rasa mual dan masuk angin. Selain hangat di tubuh, aroma lavendernya juga bisa berfungsi sebagai aromatherapy. Menurut putri saya, aroma lavender dari KayuPutihAroma Cap Lang menutupi bau kendaraan yang bisa membuatnya mual.

Tak hanya berbeda gaya saat liburan, dalam hal memilih oleh-oleh khas pun Gen Z memiliki karakteristik tersendiri. Generasi tua biasanya lebih memilih oleh-oleh kuliner tradisional yang memang khas dari daerah tempat wisata tersebut. Sementara Gen Z lebih suka dengan oleh-oleh khas modern yang hasil kreasi artis-artis instagram/selebgram favorit mereka. Misalnya saat berkunjung ke Surabaya beberapa waktu lalu, saya dititipi saudara untuk membeli sebuah kue milik seorang artis. Putri saya kontan bertanya, "Kok nggak sekalian beli Really Cake pak?" ketika ditanya kue apa itu, si Mbaknya menjelaskan itu adalah kue oleh-oleh khas dari Prilly Latuconsina. Namun setelah gugling sana sini, saya pun memberitahu Mbaknya bahwa Really Cake itu "oleh-oleh khas" dari Balikpapan.

Generasi Z memang berbeda dengan para orang tuanya. Tidak mudah bagi kami orang tua mengikuti cara pandang dari Gen Z. Implikasinya, orang tua harus menggunakan cara-cara yang adaptif dan partisipatif untuk mendekati dan mengarahkan mereka supaya tidak salah arah. Adaptif berarti pendekatan yang luwes dan horizontal, sementara partisipatif berarti merangkul dan memberikan ruang bagi mereka untuk berekspresi namun tetap dalam batasan tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline