Apa yang paling dicari wisatawan mancanegara di kota Malang? Ternyata bukan pemandangan alam, bukan pula wisata kuliner. Wisatawan mancanegara memilih wisata heritage sebagai tujuan utama saat mereka berkunjung ke kota Malang. Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang menyebutkan, 65% wisatawan asing berwisata heritage di Kota Malang. Hingga akhir tahun ini, jumlah kunjungan wisatawan asing di Kota Malang sudah mencapai 12 ribu wisatawan.
Wisata heritage Kota Malang adalah wisata menelusuri sejarah peninggalan kolonial Belanda dan jaman kerajaan Kanjuruhan. Di era kolonial Belanda, Malang dikenal sebagai tempat favorit para pembesar Hindia Belanda dan juga penduduk Belanda yang saat itu tinggal di Indonesia.
Udara yang sejuk, serta pemandangan alam yang indah membuat Malang seperti menjadi kawasan khusus warga Belanda saat itu. Hingga kini, masih banyak bangunan bergaya kolonial belanda yang masih terpelihara dengan baik. Bahkan, beberapa nama jalan utama di kota Malang juga dibubuhi dengan penyebutan nama jalan jaman penjajahan Belanda.
Dengan banyaknya bangunan dan situs peninggalan sejarah, Pemerintah Kota Malang kian gencar menawarkan wisata heritage sebagai salah satu andalan pariwisata kota. Disbudpar Kota Malang saat ini sudah menyiapkan lima koridor wisata heritage. Kelima koridor itu adalah koridor Ijen, Kayu Tangan, Pecinan, Celaket, dan Kanjuruhan. Empat koridor pertama dipenuhi situs (benda, bangunan, jalur transportasi) era kolonial Belanda dan sebelumnya. Sementara koridor Kanjuruhan menawarkan situs-situs heritage peninggalan era kerajaan Kanjuruhan.
Dari kelima koridor tersebut, koridor Ijen dan Kayu Tangan menjadi favorit para wisatawan. Kali ini, saya akan mengajak anda satu hari berjalan kaki di wisata heritage kota Malang, melalui dua koridor tersebut. Titik pemberangkatan untuk menelusuri wisata heritage ini biasanya dari stasiun Kota Baru, Malang.
Dari stasiun, kita bisa berjalan kaki santai ke arah barat menyusuri Daendels Boulevard, atau jalan Kertanegara untuk kemudian menuju Conplein Jan Pieterszoon Coen, atau Bundaran Balai Kota Malang. Arsitektur bangunan yang sekarang menjadi kantor Wali Kota Malang ini masih tetap sama seperti di era kolonial. Begitu pula keberadaan taman bundar dan air mancur di depannya, yang kini dipercantik dengan berbagai tanaman bunga-bunga yang indah.
Dari Balai Kota, kita kemudian menuju arah selatan, melalui Speelmannstraat, atau jalan Majapahit. Di jalan ini terdapat beberapa bangunan bersejarah seperti hotel Tugu dan Splendid Inn. Dari sini kita bisa langsung menuju kawasan/koridor Kayu Tangan. Koridor ini melingkupi jalan Basuki Rahmad hingga ke alun-alun.
Kawasan Kayu Tangan merupakan pusat bisnisnya kota Malang. Di kawasan ini banyak terdapat banyak bangunan bergaya era kolonial yang masih tetap dipertahankan keasliannya. Seperti Gereja Hati Kudus Yesus, Gereja Immanuel, gedung Bank Indonesia, yang dulunya adalah kantor Java Bank. Ada pula kantor Pos dan Hotel Pelangi yang dulunya bernama Hotel Palace yang bersebelahan. Jangan lupa, di kawasan ini kita bisa mampir istirahat sejenak mencicipi berbagai macam es krim lezat di Toko Oen, yang sudah terkenal sejak tahun 1930.
Setelah puas melihat-lihat bangunan bersejarah di koridor Kayu Tangan, kita bisa melanjutkan perjalanan kaki kita ke dua koridor lainnya. Jika berbelok ke arah tenggara dan selatan kita bisa menyusuri koridor Pecinan, yang melingkupi daerah Pasar Besar dan sekitarnya hingga ke Kampung Arab. Namun, kali ini kita akan berbelok ke arah timur untuk menyusuri koridor Ijen.
Koridor ini dimulai dari sepanjang jalan Kawi, kemudian berbelok ke utara menuju Ijen Boulevard. Di jalan Kawi, banyak rumah-rumah kecil milik penduduk setempat yang masih asli bergaya kolonial, juga beberapa bangunan yang kini dijadikan kantor-kantor milik pemerintah atau BUMN. Seperti bangunan kantor Perhutani yang berada di sisi sebelah kiri jalan. Setelah melewati pusat perbelanjaan modern di depan SMP 6, kita kemudian berbelok ke kanan, masuk ke Ijen Boulevard. Terdiri dari dua lajur jalan, di tengahnya membentang jalur hijau. Kawasan Ijen Boulevard terkenal dengan rumah-rumah besar, beberapa diantaranya masih mempertahankan arsitektur era kolonial.
Disini kita bisa juga melihat berbagai macam alat-alat transportasi dan persenjataan militer yang dimiliki TNI yang berada di Museum Brawijaya. Ijen Boulevard memanjang ke utara sampai ke jalan Simpang Balapan. Dari sini kita bisa meneruskan wisata heritage ke koridor Kanjuruhan yang terletak di daerah Dinoyo, Merjosari sampai Tlogomas. Namun karena terlalu jauh, kita akan berbelok kembali ke pusat kota lewat Smeroestraat, atau Jalan Semeru.