Pasca pembekuan PSSI oleh Menpora, hingga kemudian melahirkan kepengurusan baru dibawah pimpinan Pangkostrad Letjend Edy Rahmayadi, publik sepakbola tanah air berharap PSSI bisa semakin membaik dari era sebelumnya. Kompetisi, tata organisasi, dan prestasi timnas, adalah tiga hal yang diinginkan publik untuk segera dibenahi. Sayangnya, harapan publik untuk melihat kinerja PSSI baru yang lebih baik tidak kunjung tercapai dalam satu tahun kepengurusannya. Yang ada, sepakbola Indonesia hanya disuguhi dagelan organisasi, amburadulnya kompetisi dan nir prestasi timnas. Satu-satunya tetesan embun prestasi timnas dibawa oleh Timnas U-16 yang berhasil lolos ke putaran final Piala Asia U-16 di Malaysia nanti.
Tepat satu tahun terpilihnya Letjend Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI, federasi sepakbola Indonesia tersebut memasuki babak baru yang tidak kalah serunya. Komite Eksekutif PSSI memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Indra Sjafrie dari jabatannya sebagai pelatih kepala timnas U-19. Hasil buruk yang ditelan Egy Maulana Vikri dkk di babak kualifikasi Piala Asia U-19 menjadi penyebabnya. Dalam rapat Exco PSSI di Markas Kostrad Kamis malam (9/11) semua anggota Exco sepakat untuk memberhentikan Indra Sjafrie. "Rapat hanya berlangsung santai dan semua saling memberikan masukan dan pandangan terkait pencapaian organsiasi selama ini. Dan, salah satu hasil rapat itu, Exco memutuskan untuk memberhentikan coach Indra Sjafri dari jabatannya. Karena dia sudah gagal," kata salah satu sumber di internal PSSI yang enggan identitasnya dipublikasikan itu. Pemecatan itu, disinyalir sebagai bentuk peringatan keras kepada pelatih timnas untuk lebih serius dalam menangani timnas dan target yang dibebankan.
Indra Sjafrie sendiri enggan berkomentar banyak perihal pemberhentian dirinya. Menurut mantan pelatih Bali United ini, dirinya sudah menelpon Sekjend PSSI Ratu Tisha untuk mengetahui kabar pemecatan dirinya. "Saya belum tahu soal itu. Karena sebelum berangkat ke kualifikasi kemarin katanya kontrak saya akan diperpanjang PSSI. Tapi saya tidak tahu kenapa jadinya begini," kata Indra saat dihubungi wartawan. Sampai saat ini, Indra sendiri belum dihubungi pihak PSSI. Dia masih menunggu keterangan resmi dahulu baru berkomentar. "Saya belum pernah dihubungi, jadi saya belum bisa berandai-andai. Sekarang saya belum dapat berkomentar apa-apa," tandas dia.
Sementara itu salah satu anggota Exco PSSI membenarkan bahwa Indra Sjafrie resmi dinonaktifkan dari posisi pelatih kepala timnas U-19. "Tidak ada pemecatan. Yang ada Indra dinonaktifkan. Dia direncanakan akan disekolahkan keluar negeri", kata Very Mulyadi, salah satu anggota Exco PSSI.
Belum pulih dari kabar pemecatan Indra Sjafrie, publik sepakbola Indonesia kembali dikejutkan dengan keluarnya surat peringatan Menpora terhadap PSSI. Menpora Imam Nahrawi merasa perlu memberi peringatan pada PSSI terkait amburadulnya pelaksanaan kompetisi di Liga 1 dan Liga 2.
Keluarnya surat Menpora tersebut seakan mengulang blunder Menpora saat PSSI dipimpin La Nyalla Matalitti. Ketika itu, Menpora mengeluarkan surat pembekuan PSSI, yang akhirnya berujung pada terselenggaranya Kongres Luar Biasa PSSI yang memilih Letjend Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI yang baru. Hasil dari surat pembekuan tersebut adalah sepakbola Indonesia dibekukan oleh FIFA. Beberapa agenda dan keikutsertaan timnas di beberapa event, baik itu senior maupun kelompok umur terpaksa hangus.
Kini, dengan keluarnya surat dari Menpora kepada PSSI, akankah sepakbola Indonesia akan dibekukan FIFA kembali? Bisa jadi, menilik isi dari surat tersebut adalah sebagai bentuk intervensi. Point kedua dari surat tersebut mengenai permintaan Menpora untuk menayangkan secara live seluruh laga penentuan bukanlah hak dan tanggung jawab Menpora. Masalah hak siar sudah diputuskan dalam kontrak, dan tidak bisa begitu saja diintervensi oleh Menpora. Begitu pula dengan point ketiga, terlihat bahwa Menpora tidak mengerti dasar hukum dari keluarnya Law of The Game. Peraturan dari setiap pertandingan/kompetisi adalah ranah Komisi Disiplin, dan hanya bisa dinilai melalui 2 cara banding ke Komisi Banding ( internal pssi) atau ke badan arbitrase olahraga. Menpora tidak bisa ikut campur dalam urusan internal PSSI. Sepertinya pembekuan dari FIFA belum juga memberi pelajaran pada Menpora.
Kejutan ketiga di genap satu tahun KLB PSSI adalah pernyataan dari Ketua Umum PSSI. Tidak seperti biasanya, Letjend Edy Rahmayadi merasa satu tahun kepemimpinannya di PSSI ini gagal total. Edy mengatakan tak ada satu pun target yang tercapai. Terutama dalam prestasi timnas Indonesia.
"Saya gagal. Tahun ini saya gagal. Gagal yang saya maksud target saya," ujar dia kepada Republika.co.id, Selasa (7/11). Usai terpilih sebagai Ketua Umum PSSI di KLB PSSI 10 November 2016, Edy memang mematok banyak target. Salah satunya adalah medali emas Sea Games 2016. Sayangnya, timnas U-23 yang turun di ajang tersebut hanya mampu meraih medali perunggu.
Selain soal prestasi timnas, Edy juga mengaku gagal membangun sistem kerja PSSI yang lebih baik. Dia juga mengaku gagal menghadirkan kompetisi sepak bola nasional yang sehat juga sportif. "Kalau PSSI tak bisa saya bina seperti yang terjadi saat ini, saya akan cari orang yang akan mampu membinanya," ujar dia. Edy mengakui kekurangannya saat ini. Ia telah menghitung berbagai kegagalan dan mencari penyebabnya. Ia menemukan bahwa kesalahan itu karena ketidakmampuannya. "Maka, saya akan cari orang yang lebih mampu," ujar dia.
Pernyataan Letjend Edy Rahmayadi tersebut merupakan sinyal kuat bahwa dia memilih untuk mundur dari posisi sebagai Ketua Umum PSSI. Namun, dibalik alasan yang dibeberkannya, ada satu faktor utama mengapa tahun ini Edy memilih untuk mundur dari PSSI, padahal tahun depan ada event Asian Games serta Piala Asia U-19 dimana Indonesia menjadi tuan rumah.