Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Tugu di Lautan Pasir Gunung Bromo, untuk Apa?

Diperbarui: 16 Oktober 2017   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tugu di lautan pasir Gunung Bromo (dok. Yulianus Ladung, MFI)

Siapa sih yang tidak kenal Gunung Bromo? Wisata alam yang terletak di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur ini namanya sudah mendunia dan menjadi primadona pariwisata Jawa Timur dan Indonesia. 

Konon, salah satu spot terbaik di dunia untuk melihat matahari terbit adalah di Gunung Bromo. Tak heran jika banyak wisatawan lokal atau mancanegara yang berwisata ke Gunung Bromo hanya dengan satu tujuan, yakni melihat langsung terbitnya matahari dari balik Gunung Bromo. Foto-foto panorama Gunung Bromo pun sudah banyak diakui sebagai salah satu foto pemandangan terindah.

Baru-baru ini, komunitas fotografi Indonesia dibuat gerah dan jengkel dengan dibangunnya dua buah tugu nama (signage) di sekitar lautan pasir Gunung Bromo. Tugu yang dibangun oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BTNBTS) ini berbentuk memanjang, yang bertuliskan The Sea of Land Bromo Tengger Semeru terletak di area lautan pasir. 

Dan satu lagi bertuliskan Bukit Teletubbies Bromo Tengger Semeru terletak di area padang savannah Gunung Bromo. Karena dianggap merusak estetika pemandangan alami dari Gunung Bromo, Masyarakat Fotografi Indonesia menulis surat terbuka yang berisi pesan protes keras yang ditujukan kepada Kementrian Pariwisata, Kementrian Lingkungan Hidup, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Presiden Joko Widodo. Mereka mempertanyakan keberadaan tugu di lautan pasir gunung bromo untuk apa?

Tugu Bukit Teletubbies di bukit savannah gunung Bromo (dok. Yulianus Ladung. MFI)

Dalam surat terbuka itu, Sigit Pramono, selaku Dewan Pembina Masyarakat Fotografi Indonesia (MFI) meminta agar BTNBTS dan Kementrian Pariwisata membongkar dua tugu penanda tersebut. Menurut Sigit, keberadaan dua tugu itu sangat tidak berguna sama sekali dan dinilai hanya menghambur-hamburkan uang. S

emua wisatawan yang datang ke Gunung Bromo sudah tentu tahu bahwa mereka sedang berada di Gunung Bromo, sehingga tidak memerlukan sebuah penanda apapun. Yang lebih fatal, keberadaan tugu tersebut justru dinilai merusak estetika pemandangan alami dari Gunung Bromo itu sendiri.

Gunung Bromo adalah wisata alam yang sudah mendunia. Panorama alaminya sudah menjadi penanda bagi Gunung Bromo itu sendiri sehingga tidak memerlukan tugu nama atau penanda lainnya. Apalagi, di beberapa lokasi pintu masuk sudah terdapat pintu gerbang yang menandakan wisatawan sudah memasuki kawasan Gunung Bromo. Lain halnya jika tempat wisata itu adalah wisata buatan manusia. Keberadaan penanda atau tugu nama masih bisa ditolerir, bahkan kadang dinilai perlu.

pintu gerbang masuk wisata Bromo (dok. Yogyakartaguidedriver.com)

Jika memang ada dana untuk keperluan pembanguna kawasan wisata Gunung Bromo, Masyarakat Fotografi Indonesia menyarankan untuk membangun toilet dan rest area. Hingga saat ini, keberadaan toilet dan rest area di kawasan wisata Gunung Bromo masih sangat minim. Padahal Gunung Bromo merupakan salah satu dari 10 tempat wisata prioritas yang ditetapkan pemerintah.

Ke depannya, selain membongkar kedua buah tugu yang tidak berguna itu, hendaknya pihak BTNBTS atau Kementrian Pariwisata bisa bekerjasama dan berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait yang mempunyai kompetensi di bidang pariwisata jika ada kehendak untuk membangun dan mengembangkan kawasan pariwisata setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline