Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Anda Menikmati Hidangan yang Disajikan di Tempat Menyerupai Toilet?

Diperbarui: 29 Juni 2016   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini berawal dari sebuah tayangan acara Kick Andy di Metro TV, yang menampilkan sebuah restoran dengan konsep yang benar-benar anti mainstream. Hidangan dari resto tersebut tidak disajikan di meja makan, atau ditampilkan semenarik mungkin untuk menarik indra penglihatan pembeli. Namun, hidangan itu malah disajikan diatas tempat yang dibentuk menyerupai Jamban/Toilet/tempat buang kotoran manusia! Dan dalam tayangan Kick Andy tersebut diperlihatkan beberapa pembeli yang sebagian besar wanita terlihat menikmati untuk menyantap dan mengambil hidangan tepat di lubang jamban/toilet!

Konsep Resto toilet/jamban ini pertama kali diperkenalkan sebuah restaurant di Jepang, sekitar 2 tahun lalu. Saya sempat membaca sebuah artikel di forum online, bahwa karena memang sudah kultur orang Jepang mencoba sesuatu yang baru dan anti mainstream, maka restoran jamban/toilet ini cukup ramai didatangi pembeli, terutama mereka yang berusia muda.

Tapi ini di Indonesia, yang masih mempertahankan nilai-nilai estetika ketimuran. Dan, sudah tentu konsep resto jamban/toilet ini langsung ramai jadi obrolan bisik-bisik, khususnya dari kalangan umat islam sendiri. Sebabnya, barangkali karena dalam foto-foto yang beredar (mohon maaf, karena sangat jijik foto-foto tersebut tidak bisa saya lampirkan) memuat beberapa pembeli dan yang tengah menikmati hidangan dari lubang pembuangan kotoran manusia tersebut adalah ibu-ibu berjilbab.

Sebab lainnya adalah karena adanya sebuah ayat berikut: 

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya." (QS. Al Maidah: 88)

Selain halal, umat islam juga diperintahkan untuk memakan makanan yang BAIK! Baik dalam hal ini berupa fisik makanannya itu sendiri (menyehatkan olahannya dan menyehatkan bahan makanannya) serta baik dalam rupa penyajiannya.  Meski bersih dan diklaim higienis, tempat makanan di resto itu dibentuk menyerupai tempat yang paling kotor!

Dalam ilmu gastronomi, sebuah makanan yang baik itu bisa dinilai dari kelima indra perasa manusia. Pertama sudah tentu indra pengecap di mulut dan lidah, dimana kita bisa menilai sebuah hidangan saat mulut dan lidah kita mencicipi hidangan tersebut. Kedua ada indra pembau, hidung. Sebelum masuk mulut dan lidah, hidung kita lah yang akan menilai hidangan tersebut. Ketiga adalah indra pendengar telinga, yang bisa menilai hidangan dari unsur penyebutan nama hidangan tersebut. Keempat adalah indra penglihat, dimana kita bisa menilai sebuah hidangan saat melihat tampilan bentuk atau rupa penyajian dari hidangan itu. 

Masing-masing indra tersebut sudah tentu berhubungan erat dengan faktor psikologis kita. Jika kita mendengar nama sebuah hidangan yang terdengar lain, misal hidangan belut goreng tepung kita beri nama "Anaconda Fried Fries", atau burung dara goreng kita beri nama "Burung Hong Goreng Surga", sudah tentu akan menarik perhatian orang untuk mencoba hidangan tersebut. Begitu pula dengan tampilan atau rupa penyajian hidangan itu. Jika disajikan dalam bentuk yang indah, dengan hiasan atau bahkan dibentuk seperti seni tertentu, orang yang melihatnya pun pasti akan tertarik.

Nah, jika ada sebuah hidangan disajikan dari sebuah tempat yang identik dengan tempat paling kotor, dan anda masih mampu menikmatinya, maka saya sarankan anda perlu memeriksakan diri ke psikolog terdekat. Serius! Karena, setahu saya tidak pernah ada orang terpelajar dan modern, bahkan di negara-negara barat sana yang secara psikologis mampu menikmati hidangan dari sebuah jamban/toilet, dimana kotoran manusia dibuang disitu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline