Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Umrah Jokowi dan Karikatur The Jakarta Post

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di minggu tenang kampanye menjelang pilpres 9 Juli besok, ada dua isu SARA yang beredar di masyarakat. Tentang umroh Jokowi yang dianggap sebagian pihak sebagai pencitraan, serta karikatur The Jakarta Post yang menghina umat Islam.

Yang pertama, langsung memancing reaksi banyak pihak, serta di blow up berbagai media. Pembelaan demi pembelaan terhadap Jokowi, serta berbagai tangkisan terhadap tuduhan pencitraan diberitakan dengan gencarnya. Ditambah dengan beredarnya foto pemakaian kain ikhram, yang entah oleh siapa disebarkan dengan dibuat seolah-olah Jokowi salah memakainya.

Memang, tak sepatutnya kita mengomentari ibadah orang lain, apalagi menuduh dan melepas fitnah. Terlepas dari pencitraan, kita tentu tidak bisa menilainya secara pasti, karena hanya Tuhan yang bisa tahu.

Yang kedua, sayangnya tidak banyak diliput media, dan tidak banyak dikomentari orang. Padahal, karikatur The Jakarta Post secara terang benderang sudah menghina perasaan umat Muslim, khususnya di Indonesia. Dalam medianya edisi 3 Juli lalu The Jakarta Post memuat karikatur yang menggambarkan sebuah bendera berlafadz Tahlil, Allah dan Muhammad diletakkan dalam sebuah gambar tengkorak seperti bendera bajak laut. Memang, karikatur The Jakarta Post ini hanya sekedar mengambil dari google. Tercatat, Koreatimes juga memuat karikatur yang sama yang merupakan opini dari pembacanya. Maksud dari karikatur ini jelas menyindir kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Sham). Memang, sekilas ada kemiripan dengan bendera dari kelompok radikal tersebut. Tapi, juga jelas ada perbedaan yang nyata, yakni di bendera ISIS kalimat Tahlil, Allah dan Muhammad tersebut hanya diletakkan dalam bingkai hitam dan sebuah lingkaran putih di bawah. Sementara dalam karikatur tersebut diletakkan dalam gambar tengkorak bajak laut.

Atas dimuatnya karikatur ini, hampir semua ormas Islam mengecam keras The Jakarta Post. Muhammadiyah dan NU terang menuduh The Jakarta Post sudah melukai perasaan umat Muslim, terlebih ini di bulan puasa. The Jakarta Post sendiri sudah meminta maaf. Namun, PBNU merasa permintaan maaf tersebut masih kurang. PBNU merasa The Jakarta Post sudah melakukan religious crime, dan harus dipidanakan.

Dari kedua kasus diatas, ada satu hal yang membedakan, yakni terkait porsi pemberitaan. Berita umroh Jokowi hampir tiap hari diliput oleh media-media besar seperti Metro TV, Detik, Kompas dan Tempo. Anehnya, berita tentang karikatur The Jakarta Post malah minim liputan. Hanya media-media menengah saja seperti Republika, Inilah.com, serta media-media partisan saja yang gencar memberitakan kasus tersebut. Dari penelusuran google yang dilakukan penulis, malah tidak ada pemberitaan sama sekali dari media sekelas Detik, Tempo.

Dari sisi media, jelas tampak adanya perbedaan pemberitaan. Di satu sisi, ada media yang gencar memberitakan umroh Jokowi, seakan-akan kejadian itu adalah sebuah kejadian yang besar dan semua orang harus mengetahuinya. Tapi, media tersebut hampir nihil memberitakan kasus karikatur The Jakarta Post, seakan-akan ini hanya kasus kecil dan tak pantas masuk berita.

Dari sisi personal,  sudah mulai muncul sebuah bentuk pengkultusan terhadap sosok Jokowi. Begitu Jokowi "diserang", serentak banyak orang yang membela membabi buta, menangkis kesana kemari, diberitakan hampir setiap hari. Tapi, ketika sebuah agama dihina, tak ada yang berkomentar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline