Lihat ke Halaman Asli

Mario Teguh dan Twitter

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_79303" align="alignleft" width="237" caption="Mario Teguh dan Twitter"][/caption] Setelah publik kita dihebohkan oleh pernyataan pedas Luna Maya terhadap pihak infotainment beberapa waktu lalu, kini isu pernyataan pedas kembali menyeruak di ruang maya. Dan kali ini datang dari seorang motivator handal, Mario Teguh, yang mentweet “Wanita yang pas untuk teman, pesta, clubbing, begadang sampai pagi, chitchat yang snob, begadang n kadang mabuk – tidak mungkin direncanakan jadi istri”. Pernyataan tersebut kontan menuai banyak kritik dari para pengguna twitter lainya (tweep).  Sang motivator tersebut pun akhirnya memutuskan mundur dengan menutup akunya @marioteguhMTGW dan mengaku bahwa tulisan kontroversial tersebut diungkapkan oleh moderator, bukan dirinya. Beberapa pihak menyesalkan keputusan Mario Teguh yang buru-buru mundur dengan segera menutup akun Twitternya tersebut tidak lama setelah kritik bermunculan terhadap akun Twitternya. Benar kah langkah ini tepat dilakukan? Twitter memang memampukan penggunanya untuk mengekspresikan ide, pengalaman, dan cerita melalui 140 karakter. Melalui jumlah karakter itu pula sebuah pesan disebarluaskan sesuai dengan jumlah follower yang dimiliki oleh sebuah akun. Makin banyak followernya, maka makin banyak juga yang terinformasikan pesan tersebut. Twitter memang menjadi sebuah media massa ketika seseorang memiliki jumlah follower yang begitu banyak seperti akun Pak Mario Teguh. Namun, bukan bearti aturan-aturan tradisional yang seperti dimiliki oleh radio dan TV juga berlaku disini. Karena, Twitter merupakan bentuk sebuah media dimana publik bebas memainkan kata-katasesuai yang ia rasakan dan pikirkan pada suatu hal. Masyarakat Indonesia tampaknya belum siap dengan paradigma User-Controlled Media dimana pesan dan makna ditentukan oleh khalayak luas saat ini. Masyarakat modern makin cerdas dengan tidak memberi pemahaman yang menyeluruh pada suatu hal yang berasal dari media mainstream. Kini eranya social media, dimana sebua isu dapat secara transparan dipertentangkan dan dinegosiasikan di media seperti Twitter ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline