Lihat ke Halaman Asli

Rienta Primaputri

Personal space to share ideas, updates and inspirations.

Aksi 212 Telan Biaya Miliaran Rupiah, Bukti Demokrasi Mahal di Indonesia?

Diperbarui: 5 Desember 2016   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aksi Bela Islam Jilid III atau yang dikenal sebagai aksi 212 yang berlangsung di Lapangan Silang Minas Jumat lalu bisa dibilang berjalan damai dan lancar seiring dengan ketatnya pengamanan dari pihak TNI maupun Polda Metro Jaya. Diketahui polda, polres hingga polsek diturunkan untuk melakukan pengamanan ekstra dalam aksi 212. Terdapat 3.539 personel gabungan terbentuk untuk pengamanan aksi di Monas. 

Biaya Keamanan Aksi Bela Islam Jilid 1-3

Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan mengaku tidak hanya menyiapkan personel, namun pihaknya juga harus menyiapkan pengamanan yang digunakan seperti motor trail, pemadam kebakaran dan beberapa unit water cannon untuk mengawal aksi 212. Bahkan disediakan juga sajadah, karpet dan fasilitas wudhu beserta WC untuk memaksimalkan pengamanan aksi 212. Namun perlu diingat bahwa Aksi 212 ini bukan satu-satunya aksi bela Islam atas tuntutan dugaan penistaan Agama yang dilakukan oleh Ahok, gubernur non-aktif Jakarta. 

Sebelumnya terdapat aksi serupa pada tanggal 4 November dan 14 Oktober dengan atas kasus yang sama. Belum ada nominal pasti berapa pengeluaran yang telah dikeluarkan untuk pengamanan ini, Hingga pada Komisi III DPR RI, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan bahwa total biaya pengamanan aksi Bela Islam pada 4 November dan 2 Desember 2016 mencapai Rp 76 miliar.  Total penggeluaran ini terbilang fantastis dan bukan angka uang yang kecil untuk serangkaian demo yang diusung oleh GNPF-MUI. Namun Tito menjelaskan anggaran sebesar itu digunakan untuk persiapan pra aksi dan antisipasi pascaaksi.

Persiapan ini dilakukan bahkan satu pekan sebelum hari H, sementara pascaaksi digelar satu pekan setelah aksi Bela Islam berlangsung. Aksi bela Islam jilid III juga sudah melibatkan  Brimbo dari daerah aman dan melibatkan lebih dari 27 ribu pasukan untuk pengamanan. Besarnya biaya pengamanan ini mendorong Tito untuk mengajukan tambahan dana ke Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sudah menyetujui pengeluaran biaya pengamanan sebesar Rp. 90 milliar. Banyaknya dana yang dikeluarkan untuk dari segi pengamanan ini saja bisa terbilang sangat fantastis, bagaimana kalau ada demo selanjutnya? tidakkah pengeluaran ini akan memakan dana anggaran secara berlebihan? 

Biaya kampanye Pilkada DKI Jakarta

Mahalnya dana demokrasi di Indonesia ini bukan hanya tecermin dari aksi bela islam III namun juga dari kampanye para calon pemimpin kepala daerah di Indonesia. Mengutip beritasatu di salah satu kegiatan di Jakarta, Sandiaga Uno menceritakan bagaimana dalam waktu 11 bulan melakukan kegiatan sosialisasi, observasi dan akseptabilitas dalam masa kampanye di 500 titik yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta, dia telah mengeluarkan total dana sebesar Rp. 29,3 Milliar dengan tiga komponen utama sumber pengeluaran. 

Mahalnya demokrasi di Indonesia ini secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap tindakan korupsi. 

Hal ini juga terungkap dalam Southeast Asian Parliamentary Against Corruption (SEAPAC). Indonesia adalah negara yang demokrasinya paling mahal dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Dibutuhkan tanggung jawab bersama untuk membenahi sistem demokrasi yang ada. 

Referensi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline