Lihat ke Halaman Asli

Ketika Pulang pun Harus di Deadline

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Pulang pun Harus di Deadline

Well, saya adalah mahasiswa semester awal. Masih amat sangat bau kencur sekali, apalagi dengan organisasi di Kampus, hmmm bagaikan bau- bauan baru yang baru saya cium ketika memasuki perkuliahan. Dan saya terjerumus di dalamnya. Siapa pun tidak menyangkal, dengan masuk organisasi banyak hal bisa diperoleh, mulai dari kemampuan komunikasi, kemampuan menghandel acara, kemampuan membagi waktu, kemampuan bekerja sama dengan yang lain semua itu bisa kita peroleh dengan masuk organisasi. Atau kalau bahasa kerenya, dengan ikut organisasi dan tidak menjadi mahasiswa KuPu- KuPu, itu bisa melatih sofskill kita, begitu yang digembar- gemborkan disana- sini. Dan nyatanya saya memang memperoleh semuanya itu.

Namun disisi lain, saya merasa tak enak hati, ketika menerima pesan singkat yang bersisi deadline pulang. Ah sepertinya seram sekali ya judulnya, tapi sebenarnya isinya nggak serem- serem banget kok. Itu hanya pesan singkat dari Ibu saya yang mewanti- wanti saya untuk pulang minggu ini. Sebenarnya saya sudah mengatakan pada Ibu kalau saya akan pulang dua minggu yang lalu, tapi apa boleh buat, saya harus menyelesaikan “sesuatu” urusan organisasiyang saya ikuti. Memang posisi saya tidak terlalu penting, tapi ya saya harus menyelesaikan tanggung jawab saya dan membantu petinggi- petinggi saya. Ini saya lakukan sebagai wujud tanggung jawab dan pengabdian saya. Tapi, ya, saya tidak menyalahkan Ibu saya. Wajarlah, ada saatnya saya si anak yang sudah dikuliahkanya di tanah rantauan juga harus birrulwalidain, mengabdi pada orangtua. Barang itu hanya tiga hari di rumah, tapi mungkin tiga hari itu bagai tiga tahun lamanya, bagi Ibu saya.

Mungkin lebay ya, kalau setiap dua minggu sekali atau paling lama satu bulan sekali saya harus mudik. Apalagi bagi anak dari luar pulau yang hanya bisa pulang satu semester sekali atau satu tahun sekali atau bahkan setelah lulus nanti baru bisa pulang. Pasti mereka men-judge saya adalah orang yang lebay, paing satu bulan nggak pulang saja kok rewes dan rempong banget sih. Well, Tapi jarak antara Kampung Halaman saya dan tanah rantauan saya, jika ditempuh menggunakan bis patas hanya memakan waktu 3 jam saja, kalau motor bisa 2,5 jam saja, kalau kereta bisa 1,5 jam saja. Wajar kalau saya diwanti- wanti harus pulang sebulan sekali untuk menjenguk orangtua saya di Kampung. Tidak ada alasan untuk tidak pulang barang itu hanya dua hari atau tiga hari.

Ketika tiba di rumah, wah tambah tidak enak hati, kebeneran Ibu masak banyak sekali, beli jajan ini- itu. Subhanallah, betapa kepulangan saya sudah ditunggu- tunggu ternyata. Maaf Bu, jika untuk pulang ke rumah pun ibu harus mendeadline saya untuk pulang. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline