Lihat ke Halaman Asli

Max Sahuleka

Grafolog

Kekayaan, Kesuksesan dan Kebahagiaan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kali orang salah dalam memahami 3 istilah ini, yaitu kekayaan, kesuksesan dan kebahagiaan. Seorang khotib Jum'at pada hari Jumat kemarin menyampaikan materi tentang hal ini. Dan nampaknya, beliau tidak memahami makna ketiga istilah tersebut.

Pada awalnya ia berkata, orang sukses belum tentu bahagia. Namun kemudian mengambil contoh, seorang pejabat yang punya rumah mewah dan mobil mewah kemudian mobil dan rumahnya disita karena ketahuan melakukan tindak korupsi.

Pertanyaan saya, apakah seorang pejabat yang korup bisa dikategorikan sebagai orang yang sukses ? Apa parameter kesuksesan ?

Biasanya orang membuat parameter kesuksesan berupa materi, seperti mobil, rumah dan lain sebagainya. Namun ada sebagian yang lain, menambahkan kriteria kesuksesan dengan popularitas.

Lalu bagaimana hubungan antara kesuksesan dengan kebahagiaan ?

Sang khotib menyampaikan bahwa orang sukses belum tentu bahagia. Pertanyaannya, apakah orang tidak sukses bisa membawa kepada kebahagiaan ?

Hal senada juga pernah disampaikan kepada teman saya di mana ia menyataka bahwa orang kaya belum tentu bahagia. Dan saya hanya berkomentar, apakah kemiskinan mampu membuat kita bahagia ?

Baik sang khotib maupun teman saya nampaknya ingin menyimpulkan suatu korelasi antara kesuksesan dan kebahagiaan. Dan di sinilah letak kesalahannya. Kesuksesan dan kebahagiaan adalah dua hal yang berbeda, dan parameternya pun juga berbeda. Kesuksesan mengacu kepada aspek material, sedangkan kebahagiaan mengacu pada aspek emosional dan spiritual.

Berusaha mencampuradukkan keduanya adalah suatu hal yang keliru, karena jika kita masih memaksakan mencari korelasi antara kedua pasti akan berakhir pada kebingungan.

Saya hanya bisa berkesimpulan sebagaimana yang saya sampaikan kepada teman saya, karena kaya belum tentu menjamin kebahagiaan dan miskin juga belum tentu membawa kepada kebahagiaan, maka karena keduanya belum tentu menjamin kebahagiaan, kaya dan miskin adalah sebuah pilihan. Yang manakah yang akan kita pilih ?

Dan jika anda bertanya kepada saya, saya akan memilih kaya, karena saya yakin dengan kekayaan yang dimiliki maka saya dapat berbuat lebih banyak lagi kebaikan dan membuat orang menjadi baik dan sejahtera. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

Saya hanya berharap khotib tersebut jangan lagi menyampaikan materi seperti itu karena bisa menjadi pembenaran bagi umat agar tidak menjadi kaya atau tidak menjadi sukses. Apalagi sering kali banyak jamaah yang dalam kondisi setengah tidur ketika khotib berkhotbah yang artinya akan lebih cepak mengakses ke alam bawah sadarnya. Apakah sang khotib mengerti tentang hal ini ?

SALAM GRAPHO. SALAM PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK. SALAM SUKSES BAHAGIA.

Max Hendrian Sahuleka / Azzam Musyari Najib (Founder Primagraphology Consulting)

Website : www.primagraphology.com

Fan Page : http://www.facebook.com/pages/Prima-Graphology-Consulting-Terapi-NamaTanda-Tangandan-Tulisan-Tangan/253216601361458?fref=ts

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline