Lihat ke Halaman Asli

Prima Akbar Nur Maulid

Saya anak ke 3 dari 4 bersaudara

Berperang Bukan Jalan Terbaik untuk Berjihad di Masa Kini

Diperbarui: 8 Desember 2019   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada sekitar tahun 1999 tepatnya di daerah Ambon telah terjadi suatu peristiwa peperangan agama antara Kristen dan Islam. Awal mulanya satu pemuda bugis muslim ingin meminta uang kepada pemuda kristiani dari mardika. Pemuda bugis ini sudah terkenal sebagai pemuda yang memiliki daerah kawasan tersebut dan pemuda mardika ini sebagai supir angkot. Ketika sudah meminta berkali-kali dimintai uang dan pemuda mardika enggan memberikan uangnya sepeserpun kepada pemuda bugis, singkat cerita pemuda tersebut berkelahi saling pukul. Lalu dari permasalahan tersebut terjadilah perang besar diantara kedua agama dan berakhir mengenaskan. Korban yang meninggal dari kedua agama sekitar 5000 nyawa meninggal dari peperangan antara kedua agama tersebut yang berlangsung cukup lama.

Peristiwa terbaru terjadi pada 23 September 2019 terjadi di wamena. Kerusuhan ini memiliki beberapa dampak  seperti 165 rumah terbakar, 223 mobil hangus, sekitar 400 toko juga terbakar, 10.000 orang mengungsi dan 26 orang meninggal dunia akibat di aniaya oleh sekelompok orang yang berasal dari daerah pribumi. Kerusuhan tersebut dari golongan non muslim yaitu gerakan Operasi Papua Merdeka (OPM) menyerang agama islam yang berasal dari suku Minang. namun para pemberita media menganggapnya hanya kejadian biasa bukan sebagai bentuk peneroran atau pembasmian.

Pastinya masyarakat indonesia sudah tidak asing lagi dengan istilah "perang". Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perang adalah permusuhan atau pertempuran yang terjadi diantara dua pasukan bangsa,agama,suku dan kelompok. Polemik masa kini Islam dijadikan sebagai sasaran pelaku intoleransi yang terjadi di Indonesia khususnya. Fakta lapangan itu semua terjadi bukan karena ajaran  di dalam Islam yang sebenarnya melainkan mereka salah menafsirkan sendiri menurut kepercayaan kelompok mereka tanpa melihat keadaan dan kondisi sekarang. Jika sistem peperangan di zaman Kekhalifahan diterapkan di indonesia masa kini sangat menentang isi dari Hadis.

Rasulallah SAW bersabda "Ketahuilah, barangsiapa yang membunuh kafir yang terikat perjanjian damai dengan kaum muslimin yang memiliki jaminan Allah dan jaminan Rasul-Nya, maka sesungguhnya orang tersebut telah merusak jaminan Allah. Karena itu ia tidak akan dapat mencium aroma surga, padahal aroma surga itu tercium dari jarak perjalanan tujuh puluh tahun". Shahih: Ibnu Majah (2687).

Dalam kandungan hadis tersebut bahwa Rasulallah melarang membunuh kafir yang terikat perjanjian damai. Pada masa kini ada 6 agama yang ada di Indonesia. Walaupun Indonesia memiliki bermacam agama,suku dan ras,interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat terjalin erat persaudaraannya. Jadi bentuk suatu tindakan intoleransi dilarang keras dilakukan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkecuali ada suatu gerakan yang menghancurkan perdamaian dan membuat kericuhan untuk  melanggar peraturan negara lalu melecehkan suatu agama kita berhak untuk berpartisipasi menanggulangi gerakan tersebut.

Jangan sampai kejadian yang lalu di Ambon dan Wamena  akan terulang kembali. Karena hasil dari sebuah kerusuhan bukan kemenangan melainkan kehancuran dan kerenggangan diantara kedua agama. Didalam kehidupan bermasyarakat kita tetap harus menjalin interaksi sosial tanpa harus membedakan suku,ras dan agama. Karena untuk menciptakan keharmonisan dan kekeluargaan yang erat sebagai warga negara seperti isi kandungan sila ke tiga yaitu, persatuan indonesia. Dengan adanya toleransi, kita dapat menghargai dan menghormati kegiatan yang dilakukan masyarakat sekitar, khususnya kehidupan antar umat beragama. Selain itu, kita harus tetap saling mengeratkan tali silaturrahmi baik antar sesama umat beragama, maupun yang berbeda agama. Dengan menghayati makna toleransi diatas, maka kehidupan bermasyarakat dalam perbedaan suku, agama dan ras dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Bahkan toleransi memberi dampak dan manfaat yang luas bagi umat beragama dan bermasyarakat terkhusus di Indonesia. Dengan slogan Damai itu Indah sangat cocok untuk diterapkan di negara Indonesia pada masa kini.

Salam Toleransi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline