Lihat ke Halaman Asli

Nawaning

Pembelajar

Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Penanganan Pandemi Covid-19

Diperbarui: 13 April 2020   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus ini pertama kali didentifikasi di kota Wuhan, China pada Desember 2019. Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) menyatakan pada tanggal 30 Januari 2020 bahwa virus corona atau yang sekarang disebut COVID-19, sebagai public-health emergency of international concern. 

Perkembangan covid-19 saat ini sudah menyebar di berbagai negara dan sudah menyebar di 190 negara. Tingkat penyebaran dan positif covid-19 semakin meningkat sehingga banyak negara yang menggunakan teknologi untuk memitigasi dan memonitor penyebaran COVID-19 di negaranya masing-masing. Untuk mengurangi penyebaran pemerintah di berbagai negara menerapkan kebijakan social distancing atau sering juga digunakan istilah physical distancing, yaitu kebijakan non-farmasi untuk mencegah penyebaran wabah dengan cara menjaga jarak antara setiap individual dan mengurangi frekuensi pertemuan diantara mereka. Banyak negara memanfaatkan teknologi untuk dapat mengetahui efektivitas kebijakan dimaksud.

Menurut penelitian yang telah dilakukan pada saat epidemi serupa terjadi sebelumnya, data telepon seluler memainkan peranan yang penting dalam membendung penyebaran sebuah penyakit epidemik. Dalam kasus Swiss, di mana sudah terdapat lebih dari 15.000 orang yang positif terjangkit COVID-19, Pemerintah setempat telah bekerja sama dengan operator seluler terbesar di Swiss, yaitu Swisscom, untuk mendeteksi dan melihat apakah masyarakat mematuhi imbauan Pemerintah, serta untuk melihat penyebaran kerumunan masyarakat dengan menggunakan data pengguna telepon genggam. Analisis data tersebut dilakukan secara anonim, sehingga tidak mengganggu privasi seseorang atau pengguna telepon genggam.

Di Amerika Serikat (AS), sejumlah startup sedang mengerjakan aplikasi untuk memantau dan melacak infeksi dan penyebaran COVID-19. Pemerintah AS juga sedang berbicara dengan Facebook, Google dan perusahaan teknologi lainnya tentang kemungkinan menggunakan data lokasi dan pergerakan dari telepon genggam untuk memerangi COVID-19. Negara-negara Eropa memanfaatkan jaringan telepon genggam secara anonim untuk mengamati seberapa baik masyarakatnya mematuhi imbauan Pemerintah untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Kebijakan yang sama juga dilakukan oleh Israel. 

Pemerintah setempat dapat melacak pasien atau individu yang dinyatakan positif COVID-19, sementara Iran juga mengambil langkah serupa yang memungkinkan Pemerintah melacak individu yang positif melalui aplikasi khusus. Sejumlah negara di Asia, termasuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Korea Selatan telah berhasil dalam membatasi wabah COVID-19 dengan menggunakan data lokasi telepon genggam untuk melacak pergerakan orang yang membawa virus. Jika terdapat pelanggaran, maka individu akan secara otomatis dilaporkan kepada pihak berwajib.

Di Singapura, pemerintah meluncurkan aplikasi bernama TraceTogether yang menggunakan sinyal Bluetooth antar ponsel untuk melihat apakah pembawa potensial dari COVID-19 telah melakukan kontak dekat dengan orang lain. Hal ini masuk akal sehingga kemudian Pemerintah yang bersangkutan dapat melakukan tracking yang lebih akurat terhadap pergerakan individu serta orang-orang yang berpotensi memiliki kontak dengan pasien COVID-19, sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan yang memadai. 

Di Indonesia pemerintah telah melakukan kebijakan untuk mengurangi penyebaran COVID-19 dengan melakukan social distancing agar penyebaran tidak meningkat dan membantu para medis agar tidak kuwalahan. Berdasarkan berbagai penelitian, pengguna telepon genggam di Indonesia melebihi jumlah penduduk yang ada, sehingga bisa dikatakan bahwa hampir semua penduduk di Indonesia memiliki ponsel.

Untuk melihat masyarakat melakukan himbauan pemerintah atau tidak, pemerintah melakukan kerja sama dengan operator seluler yang ada di Indonesia untuk mengamati pergerakan masyarakat, tentunya dengan menjaga privasi seseorang. Aparat yang berwajib, misalnya, dapat membubarkan sekiranya terdapat kerumunan masyarakat di suatu tempat, dengan menggunakan teknologi data ponsel untuk melacak kerumunan. 

Selain itu pemerintah Indonesia juga akan membuat aplikasi berbasis teknologi informasi untuk mengetahui dan memprediksi siapa saja yang berkontak dengan pasien positif corona serta penyebaran virus bisa dilacak dengan baik masih dalam proses pengembangan dan diharapkan selesai dalam waktu dekat. Nantinya, sistem ini akan terhubung hingga ke tingkat bawah atau puskesmas yang berada di wilayah-wilayah pedesaan atau sebagainya. Sehingga, penyebaran COVID-19 akan dapat diawasi dengan mudah.  

Portal covid19.go.id diluncurkan ke publik diharapkan dapat menjadi rujukan resmi untuk informasi satu pintu mengenai virus corona dan bagaimana mengendalikannya. Situs ini bertujuan untuk memastikan publik mendapatkan akses pada informasi resmi dan akurat mengenai penanggulangan wabah COVID-19 di Indonesia. Situs covid19.go.id berisi 3 langkah penting untuk dilakukan masyarakat yaitu cara mengurangi risiko penularan virus, mencari informasi yang benar dan apa yang perlu dilakukan bila sakit. Selain itu, laman ini berisi data statistik mengenai jumlah kasus positif COVID-19 diperbarui secara real-time dan diharapkan menjadi acuan untuk berbagai pihak, terutama rekan-rekan media dalam pemberitaan mereka.

Disusun Oleh :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline