Sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 104 UU No.35 Tahun 2009 tentang narkotika yang menyatakan bahwa “Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.” Maka menjadi hal yang tidak mungkin tidak akan timbulnya inisiatif sekelompok masyarakat dalam upaya mendukung BNN mewujudkan visi Indonesia 2015 Bebas Narkoba.
Berbagai cara pun dilakukan untuk memberantas tindak penyalahgunaan narkoba. Baik itu dalam menyelamatkan para korban ataupun pencegahan dini terhadap ancaman bahaya narkoba kepada masyarakat luas melalui seminar dan forum-forum diskusi dengan menjalin koordinasi ke pihak BNN setempat.
Terkait dengan hal tersebut di atas ada satu komunitas yang sudah saya jajaki sepak terjangnya dalam mensukseskan program BNN. Keberadaannya bisa menginspirasi siapapun yang memiliki jiwa sukarela dan juga semangat tinggi dalam memberantas narkoba. Komunitas tersebut bernama Keluarga KCa.
Keluarga Kca adalah kependekan dari Keluarga Kembang cahaya. Merupakan wadah untuk membantu masyarakat dalam mengatasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan cara merehabilitasi pecandu (yang akrab dipanggil ‘Junkie’). Rehabilitasi yang diterapkan di komunitas ini adalah termasuk jenis rehabilitasi social. Yakni dengan cara memberikan pelatihan kepada para junkie diantaranya untuk mendapatkan keahlian/skill dan mengembangkan mereka sesuai bakat yang dimilikinya sehingga dapat menemukan jati diri dan mampu menempatkan dirinya di lingkungan masyarakat.
[caption id="attachment_321867" align="aligncenter" width="300" caption="Bpk. Surya Esa (berkacamata) dan rekan-rekan penggiat Keluaraga KCa."][/caption]
Komunitas yang dibentuk pada 26 Juni 2013 ini mempunyai semboyan “Bertegur sapa untuk saling mengasihi”. Dan mereka siap melayani siapa saja para pecandu yang ingin melepaskan ketergantungannya dari narkoba.
Perjalanan awal dibentuknya keluarga Kca terbilang unik, karena bermula dari pertemuan para pecandu yang memiliki tekad besar untuk terbebas dari jerat obat-obatan berbahaya. Menariknya lagi, mereka bertemu pada satu event yang diadakan oleh Badan Narkotika Kabupaten Banyumas dalam Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2013.Acara yang dikemas pun berupa “Aksi Simpatik” yang sukses menarik simpati mereka para pemain musik (anak band). Aksi simpatik ini berisi acara Parade Musik dengan tema: “8 Jam Anti Narkoba”. Walhasil, beberapa orang personil band yang tampil dalam parade musik itu mendatangi pihak BNK Banyumas untuk meminta bantuan agar bisa terlepas dari ketergantungan narkoba.
Niat baik itu disambut BNK Banyumas dengan memfasilitasi pelayanan rehab di sebuah tempat dan menyelenggarakan kegiatan Narcotics Annonimous selama 5 hari dengan bantuan seorang dokter psikiater dari RSUD Banyumas. Sejalan dengan itu, para personil band yang mengikuti kegiatan tersebut menyatukan visinya untuk membuat sebuah komunitas atau wadah guna memfasilitasi pecandu lainnya yang mulai berkeinginan untuk berhenti menggunakan narkoba.
Berawal dari niat baik, meningkat menjadi niat mulia. Begitulah kesan saya terhadap komunitas ini. Bahkan di awal perjalanannya mereka sudah mengirimkan 1 orang pecandu ke Lembaga Rehabilitasi BNN yang terletak di Lido dan 8 orang lainnya ke RSUD Banyumas untuk menjalani rehabilitasi rawat jalan dibantu oleh seorang dokter. Satu pencapaian yang patut diteladani bagi komunitas lain yang ingin merintis. Karenanya, dukungan berbagai pihak pun mulai berdatangan. Termasuk dari Pemerintah Kabupaten Banyumas yang memberi fasilitas tempat berekspresi para sukarelawan Kca berupa sebuah bangunan rumah yang berlokasi di Jalan Beringin Purwokerto Utara. Rumah inilah yang sampai kini menjadi pusat aktivitas Keluarga Kembang Cahaya.
Pasca mereka (para junkie) melalui masa rehabilitasi medis, selanjutnya Keluarga Kembang Cahaya membantuproses rehabilitasi sosial dengan menyalurkan tenaga mereka pada jasa pelayanan servis alat-alat elektronik, servis motor, salon kecantikan dan pelatihan/jasa rental computer, juga les musik. Seluruh kegiatan ini ditujukan bagi masa depan mereka untuk kembali menjadi manusia seutuhnya.
[caption id="attachment_321870" align="aligncenter" width="300" caption="Anak anak pecandu bersama dengan BNK dan dokter dari Poli Jiwa RSUD Banyumas"]
[/caption]
Ketika saya tanya tentang berapa lama masa rehab yang ditargetkan oleh Keluarga Kembang Cahaya kepada para Junkie, Bapak Surya Esa selaku pemrakarsa KCa menjawab, “ Tidak ada batasan waktu bagi mereka yang sudah bergabung di KCa. Mereka akan menjadi anggota selamanya, karena bagi yang sudah sembuh tetap akan kita jadikan partner untuk bersama sama mengelola keluarga kembang cahaya.”
Lalu saya tanyakan lagi tentang bagaimana caranya mengajak para pecandu narkoba yang ada di sekeliling mereka itu untuk mau bergabung bersama Keluarga Kembang Cahaya dan mau melakukan rehabilitasi medis dan sosial?
Bapak Esa hanya menjawab singkat penuh makna, “Kami tidak pernah ‘mengajak’ mereka datang ke KCa. Tetapi merekalah yang mendatangi KCa atas kemauanya sendiri.”
Jawaban yang bijak dari seorang mantan pecandu ini menjadi cermin betapa hidup bebas dari narkoba adalah kehidupan yang sangat didambakan oleh para pecandu. Namun seringkali mereka tersugesti dengan kenikmatan semu yang sudah mendarah daging dalam otaknya sehingga sulit bagi mereka untuk mewujudkan hal yang didambakannya itu.
Padahal, kalau saja mereka mengetahui bahwa cara melepaskan ketergantungannya itu bisa dilakukan secara bertahap dan atas petunjuk serta bimbingan ahli (psikiater), maka mereka akan mampu melewati semua kesulitan demi kesulitannya itu. Sebagaimana pernyataan dokter dari lembaga rehabilitasi milik BNN, dr Arief Riadi Arifin, App.MARS. Menurut beliau, ketika menjalani proses awal rehabilitasi medis, para pecandu itu tidak tiba-tiba saja berhenti dari narkoba yang biasa dikonsumsinya. Tetapi dosisnya dikurangi sedikit demi sedikit dibawah pengawasan kami beliau selaku tim medis.
Upaya yang dilakukan oleh Komunitas KCa ini sama seperti yang dilakukan oleh personil SLANK, Kaka dan Bimbim yang secara sukarela menjadikan markas mereka di Gg. Potlot Jl.Duren Tiga Jakarta Selatan sebagai tempat rehabilitasi gratis bagi para SLANKERS (fans beratnya) yang mau berhent mengkonsumsi narkoba.
"Sebuah usaha yang seharusnya nggak ada berhentinya dan kita nggak boleh menyerah. Ini sebagian kecil usaha dari seorang manusia kepada manusia lainnya," jelas Kaka yang sudah meinggalkan dunia narkoba sejak lima tahun terakhir ini.
Kembali ke komunitas Kca.
Di sini para Junkie yang sudah direhabilitasi secara medis melakukan aktivitas layaknya pekerja di bidang jasa. Pelanggannya tentu saja masyarakat sekitar yang berasal dari berbagai latar belakang sosial. Di sinilah proses rehabilitasi sosial para Junkie tengah berproses. Bahwa sesungguhnya keberadaan mereka bisa memiliki arti bagi masyarakat sekitar. Bahwa tenaga mereka dibutuhkan. Keahlian mereka diandalkan. Dan pengakuan-pengakuan lain yang pada akhirnya mampu menumbuhkan rasa kemanusiaan mereka sebagai makhluk sosial.
Berbeda dengan keadaan mereka saat menjadi pecandu. Aktivitas yang dilakukan hanya demi memuaskan keinginan diri sendiri. Jangankan dengan masyarakat sekitar, dengan keluarga saja mereka menarik diri dan menjauh. Karenanya Keluarga Kembang Cahaya menerapkan semboyan “BERTEGUR SAPA UNTUK SALING MENGASIHI.”
Bagi para pembaca yang kebetulan berada di sekitar Purwokerto, silakan mengunjungi komunitas yang ramah dan bersahabat ini. Aktivitas dan program kegiatan yang sedang mereka jalankan semuanya tertera dan dapat dilihat di link ini: http://keluargakembangcahaya.blogspot.com/
Teriring salam sukses saya buat Bapak Surya Esa . Betapa besar jasa beliau terhadap masa depan anak bangsa yang telah dirusak oleh narkoba. Ingin sekali rasanya saya berbincang banyak (meski via online). Sayangnya, beliau sibuk sekali mengurusi rumah rehabilitasi Kembang Cahaya ini.
Sebagai blogger yang diamanatkan untuk mensosialisasikan gerakan anti narkoba, banyak sekali informasi yang ingin saya sampaikan untuk beliau ketahui. Diantaranya adalah mengenai standar terbaru seputar pencegahan dan penanggulangan bahaya narkoba. Bahwasanya trend yang sedang digalakkan kini harus berbasis edukasi. Amat sangat tepat bila ada satu atau beberapa individu masyarakat yang mendirikan rumah rehablitasi di tengah lingkungan yang terhitung padat jumlah penduduknya.
Efektifitas Rumah Rehabilitasi dalam Pencegahan Narkoba
Saya yakin, berdirinya sebuah rumah rehabilitasi akan menarik perhatian masyarakat sekitar yang tinggal di dekatnya. Dengan penghuninya yang berpenampilan nyentrik ala anak band, menyediakan jasa berbagai layanan yang dibutuhkan warga. Ada servis alat elektronik, pengetikan komputer, bengkel, kursus alat musik dan masih banyak lagi. Sampai melipat kertas suara pemilu legislatif pun mereka kerjakan. Sesungguhnya ini merupakan cara mengedukasi para jungkies untuk menjalani hidup dengan baik, demi masa depan yang mencerahkan. Karena dengan begitu mereka menjadi memiliki kepercayaan diri yang utuh, sehingga mampu menempatkan diri di tengah lingkungan sosial manapun ia berada.
Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh Keluarga Kembang Cahaya, sesungguhnya sudah mencakup dalam tiga tipe pencegahan penyalahgunaan narkoba yang terdiri dari:
1.Pencegahan Primer, yakni melakukan upaya pencegahan sejak dini agar orang tidak menyalahgunakan narkoba.
Keberadaan rumah rehabilitasi Kembang Cahaya secara tidak langsung akan menimbulkan imej di masyarakat setempat mengenai pentingnya menjauhkan diri dari obat-obatan terlarang. Bila kita tidak mempunyai pertahanan yang kokoh terhadap bahaya laten narkoba, maka yang terjadi adalah sebagaimana pengalaman buruk para penghuni rumah Keluarga Kembang Cahaya. Pengalaman saat terjerat dalam lingkaran narkoba, cukuplah dirasakan oleh mereka saja. Bagi yang belum masuk ke dalamnya, akan lebih baik bila tidak mencoba. Karena sekali mencoba pasti terbuai. Selanjutnya akan ketagihan hingga sulit dihilangkan.
2.Pencegahan Sekunder, yakni upaya menyadarkan, memberi terapi atau mengarahkan pola hidup sehat bagi mereka yang sudah mulai menginisiasi penyalahgunaan narkoba. Tindakan ini dilakukan agar si korban tidak berkembang menjadi pecandu.
Gencarnya peredaran gelap narkoba ke berbagai lapisan masyarakat tentu akan mendobrak pertahanan sebagian orang yang terkena ranjau kenikmatan semu narkoba. Karena para pengedar hanya memikirkan keuntungan besar dari hasil penjualan, tanpa pernah memikirkan dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba.
3.Pencegahan Tertiary, yakni tindakan rehabilitasi bagi mereka yang sudah berstatus sebagai pecandu, agar dapat pulih dari ketergantungan dan bisa kembali diterima keluarga serta mampu bersosialisasi di lingkungan masyarakat. Pada langkah ini, setidaknya keluarga kembang cahaya sudah membuktikan. Dengan keberadaannya yang baru berdiri beberapa bulan saja telah mampu secara perlahan meraih simpati para pecandu untuk mau direhabilitasi. Yah, setidaknya keluarga kembang cahaya sudah membuktikan. Dengan keberadaannya yang baru beberapa bulan, mampu secara perlahan meraih simpati para pecandu untuk mau direhabilitasi.
Jangan ‘Mengajak’ Tapi Pastikan Pecandu Datang Atas Kemauannya Sendiri
Masih terlintas di benak saya ketika Bapak Surya Esa mengatakan dalam komentarnya bahwa KCa tidak pernah dan tidak akan mengajak para pecandu untuk mau datang secara terpaksa mencurahkan isi hatinya hanya demi perubahan hidup yang sesungguhnya mereka inginkan. Yakni hidup tenang dan damai, bebas dari narkoba. Tetapi, dengan kesan positif para jungkies di KCa seperti, menjalani pola hidup sehat, melayani masyarakat dengan keterampilan yang telah ditekuni, serta menyumbangkan tenaga secara sukarela melalui misi kemanusiaan seperti membantu korban narkoba yang ingin sembuh. Semua itu menyentuh nurani siapapun yang memandang dan merasakan manfaat keberadaan rumah rehabilitasi Kembang Cahaya.
Karenanya, Bapak Surya Esa dan kawan-kawan seringkali kedatangan para pecandu narkoba yang dengan kesadarannya sendiri menyatakan ingin lepas dari ketergantungannya. Dengan begitu proses rehabilitasi medis akan berjalan lancar dan sesuai rencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H