Lihat ke Halaman Asli

Prima Sp Vardhana

Blogger yang Pecandu Film dan Buku

Gurjit Paparkan Investasi India ke Jatim di Sitara Resto

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1363591785673933417

Kerjasama antarnegara antara Indonesia dan India sebagaimana tersurat dalam website Kementrian Luar Negeri Indonsia, sesungguhnya berlangsung sejak tahun 1951. Kedua negara melakukan kerjasama politik dengan melakukan perjanjian persahabatan. Setelah terikat dalam kerjasama politik itu, maka kerjasama dalam beragam sector pun berlangsung. Perjanjian terakhir yang dilakukan terjadi pada 18 Juni 2007. Dalam satu hari itu, kedua negara menandatangani tiga perjanjian kerjasama, yaitu perjanjian kerjasama ke-41 hingga ke-43.

[caption id="attachment_233621" align="aligncenter" width="639" caption="SILAHTURAHIM. Kekayaan alam dan pembangunan yang berlangsung di Indonesia umumnya dan Jawa Timur khususnya, ternyata membuat para pengusaha dari India tertarik untuk berinvestasi. Kerjasama perekonomian itu di sepanjang tahun 2013 ini berpotensi terealisasi. Tanda-tanda itu sudah ditebarkan Dubes India untuk Indonesia Gurjit Sigh yang membawa 14 pimpinan perusahaan raksasa di india berkunjung di Jawa Timur. Mereka juga bersilahturahim dengan warga India dan masyarakat keturunan India yang tinggal di Surabaya di Sitara India Restaurant, Sabtu (16/03) malam."][/caption] SEJAK sore hari, langit di atas Kota Surabaya gelap pekat. Rintik hujan pun membasahi semua aspal yang telentang di jalan kota. Kendati tidak deras, tapi panjangnya rintik hujan turun, membuat beberapa bagian kota terlihat dipenuhi genangan air. Butiran air yang tergenang di aspal jalanan pun langsung terpercik ke segala arah, setiap kali roda kendaraan menggilasnya.

Kendati demikian, ruang pertemuan di Sitara Indian Restaurant di Jl. Hayam Wuruk, pada Sabtu (16/03/2013)malam, itu terlihat sesak. Sekitar 80 warga negara India dan keturunan India berstatus pengusaha yang tinggal di Kota Surabaya, malam itu berkumpul. Mereka datang sekeluarga. Para pria dewasanya sebagian berpakaian resmi. Jas yang dipadu dengan pantalon warna gelap, tapi beberapa terlihat berpakaian batik.

Sedangkan kaum wanita dewasa mengenakan busana tradisional Saree yang berbahan sutra, sementara para gadisnya mengenakan busana Kameez dipadu dengan celana Shalwar atau Churidar (busana tradisional para gadis dan wanita muda India) seperti yang dikenakan para artis dalam film-film Bollywood.

Pertemuan dalam atmosfer semi resmi itu, dikatakan manajer Sitara Swita Kaur, tidak sekadar acara silahturahim diantara para pengusaha India dan masyarakat keturunan India yang tinggal di kota pahlawan ini. Namun sebuah pertemuan spesial menyambut kunjunganDubes India untuk Indonesia Gurjit Singh, yang berada di Surabaya untuk agenda kenegaran bertemu Gubernur Jatim H. Soekarwo. Dalam acara itu, Gurjit juga diagendakan bertemu dengan Walikotamadya Surabaya Tri Rismaharani. Namun, walikota perempuan pertama di Indonesia itu berhalangan hadir. Alumni ITS itu digantikan Asisten III Bidang Pemerintahan M. Taswin.

Dalam acara ramah tama, Gurjit Singh mengatakan, setelah sekian lama berinvestasi di sektor manufaktur, pihaknya berencana merambah sektor infrastruktur sebagai pilihan berinvestasi. Menurut dia, ekspansi perdagangan cukup penting untuk mendongkrak kerjasama antar negara, tapi diversifikasi tidak kalah penting. Yakni dengan memperbesar investasi.

"Selama ini, produk manufaktur di Jatim hampir sama dengan produk di dalam negeri kami. Karena itu, kami berpikir sudah semestinya membutuhkan sesuatu yang baru, terutama menyangkut investasi. Seperti jalan tol yang dibutuhkan masyarakat Indonesia. Selain itu, sektor energi seperti pembangunan refinery," katanya dengan suara baritonnya.

Sampai sekarang, diakui, sudah banyak pengusaha India berinvestasi di Indonesia terutama Jatim. Investasi tersebut dilakukan pada sektor tekstil, baja, pendidikan. Sedangkan rencana investasi pada masa depan, tidak menutup kemungkinan untuk berinvestasi di sektor-sektor tersebut mengingat potensinya masih sangat besar.

"Kami masih mempelajari potensi-potensi yang ada, sebagai acuan bagi kami untuk langkah berikutnya," ujarnya.

Dalam kunjungan ke Jatim, dikatakan, dia datang bersama pimpinan 14 perusahaan raksasa di negeri Sharukhan itu. Karena itu, kedatangannya pada hari pertama langsung Badan Penanaman Modal Jatim dan sejumlah pengusaha dari Jatim.

KONSUMSI GAS

[caption id="attachment_233623" align="alignright" width="413" caption="Kunjungan Dubes India untuk Indonesia, Gurjit Singh ke Sitara India Restaurant di Jl. Hayam Wuruk, Surabaya, Sabtu (16/03) malam, membuat pemilik Sitara, Roy Singh (kiri) sangat tersanjung. Dia berharap kunjungan Gurjit kembali terulang bersama pejabat negara India lainnya dan para pengusaha India yang akan berinvestasi ke Jatim. "]

13635931571974169920

[/caption] Pada kesempatan terpisah, terkait kedatangan pengu- saha India ke Jatim, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim bi- dang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nelson Sembiring mene- gaskan, bahwa sektor ener- gi merupakan salah satu bidang potensial. Ini terka- it, keberadaan sumur-su- mur di sejumlah daerah di Jatim, yang membutuhkan sentuhan teknologi yang belum dimiliki perusahaan domestik.

“Di Jatim ini kan banyak sumur yang sudah dite- mukan tetapi belum dikelola. Dengan adanya teknologi yang terbaru mungkin bisa untuk membantuk untuk eksploitasi sumur-sumur tersebut. Jadi mungkin India memiliki dana dan teknologi, kita memiliki lokasinya,” ujarnya.

Selain potensi eksplorasi sejumlah sumur migas, Nelson mengatakan, bahwa Jatim membutuhkan Floating Storage & Regasification Unit (FSRU). Pasalnya konsumsi gas di Jatim cukup tinggi, tapi tidak ada infrastruktur pendukung. “Untuk mengatasi kekurangan suplai gas di Jatim, salah satu cara dengan membangun FSRU,” tegasnya.

Dalam investasi tersebut, dia juga berharap calon investor asal India itu bekerjasama denga perusahaan lokal, sehingga pengembangan daerah Jawa Timur dilakukan secara bersama.

Berdasarkan catatan Bisnis, hubungan bilateral antara India dan Indonesia terjalin dengan cukup baik khususnya dalam bidang ekonomi dengan nilai perdagangan yang mencapai sekitar US$20 miliar.

Sebelumnya, Gurjit mengemukakan nilai ekspor Indonesia ke India sebesar US$14 miliar, sedangkan nilai impor mencapai US$6 miliar. India dan Indonesia juga tengah memperluas perdagangan dan diversifikasi ekonomi serta meningkatkan lebih banyak investasi. Kebijakan ini bertujuan memicu nilai perdagangan yang lebih besar antara kedua negara.

“Jadi dengan hal-hal yang lebih berbeda yang datang dari India dan kami ingin hal-hal yang berbeda dari Indonesia. Kami juga menginginkan lebih banyak investasi baik dari India ke Indonesia maupun sebaliknya dari Indonesia ke India,” ujarnya.

Sebagai informasi, kerjasama antara Indonesia dan India pertamakali terjadi pada tahun 1951. Kedua kepala negara mengikat kerjasama politik dalam perjanjian persahabatan yang ditandangani di Jakarta pada 3 Maret 1951. Perjanjian kedua negara selanjutnya diratifikasi No.16 tahun 1952 tanggal  2 November 1952 LN No.68.

RAGAM PERJANJIAN

Sejak itu, maka kedua negara pun sering mengikat perjanjian kerjasama. Pada era Presiden Ir. Soekarno, Indonesia dan India melakukan perjanjian kerjasama politik sebanyak 4 kali (3 Maret 1951 di Jakarta, 7 dan 22 September 1966 di New Delhi, 28 Desember 1966 di Jakarta), perjanjian perdagangan 4 kali (30 Januari 1953 di New Delhi, 24 April 1963 di New Delhi, 5 September 1963 di Jakarta, 28 Desember 1966 di Jakarta), dan perjanjian kebudayaan 1 kali (29 Desember 1955 di New Delhi).

Pada era kepemimpinan Presiden Suharto terjadi beragam perjanjian kerjasama. Misalnya, perjanjian tentang penerbangan (18 September 1968 di Jakarta), perjanjian wilayah (8 August 1974 di Jakarta, 14 January 1977 di New Delhi), perjanjian perdagangan (3 Juni 1978 di Jakarta), perjanjian ekonomi (9 Mei 1980 di Jakarta, 18 Februari 1986 di Jakarta, 5 Agustus 1988 di New Delhi), perjanjian penggunaan tenaga nuklir (9 Januari 1981 di Bombay), perjanjian teknik dan ilmiah (10 Februari 1982 di Jakarta), perjanjian pajak berganda (8 Juli 1987 di Jakarta), perjanjian pertanian (20 Februari 1992 di Jakarta), perjanjian kebudayaan (20 Desember 1996 di Jakarta), perjanjian konsultasi bilateral (23 Desember 1997 di Jakarta).

Pada era Presiden BJ Habibie juga dilakukan perjanjian investasi mengenai peningkatan dan perlindungan atas penanaman modal (8 Februari 1999 di Montego Bay). Saat Presiden (alm.) Abdurahman Wahid (Gus Dur) berkuasa, penjanjian Indonesia dan India berlangsung di sektor pariwisata (8 Februari 2000 di New Delhi), sementara pada 11 Januari 2001 di Jakarta berlangsung kerjasama Pembentukan Komisi Bersama, Bidang Pertahanan, Pertukaran Kebudayaan untuk Tahun 2001-2003, Pertanian Untuk Tahun 2001 dan 2002, dan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Sedangkan pada era Presiden Megawati Soekarnoputri terjadi perjanjian kerjasama pada banyak bidang pada 3 April 2002 di New Delhi, yaitu pada bidang teknik mengenai tata cara pusat pelatihan pendidikan sektor konstruksi, bidang pembangunan dan penelitian antariksa, bidang hubungan konsuler mengenai pembebasan kewajiban visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas. Juga, kerjasama di bidang investasi (30 November 2002 di Jakarta), teknik (2 September 2003 di Yogyakarta), Pemberantasan Terorisme Internasional (2 Juli 2004 di Jakarta).

Adapun sepanjang pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 23 November 2005 di New Delhi telah ditandatangani kerjasama di bidang kelautan dan perikanan, Kerjasama ekonomi secara menyeluruh (CECA), bidang pendidikan diplomat di Indonesia, Deklarasi Bersama Antara Republik Indonesia dan Republik India. Selain itu, juga berlangsung kerjasama teknik (1 Maret 2005 di New Delhi), Memorandum Saling Pengertian mengenai Pendirian Pusat Pelatihan Vokasional Sektor Konstruksi di Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia (18 Juni 2007 di Jakarta), Rencana Aksi Untuk Implementasi Strategi Baru Kemitraan (18 Juni 2007 di Jakarta), dan bidang teknik mengetai Kesepakatan pada Pertemuan Ketiga Komisi Bersama (18 Juni di Jakarta). (#)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline