Lihat ke Halaman Asli

Prima Sp Vardhana

Blogger yang Pecandu Film dan Buku

Obituari HM. Jeffry AL-Buchori, Ustadz Sederhana yang Haus Pengetahuan Ketuhanan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

136863883675578802

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.(QS. Az-Zumar : 42)

[caption id="attachment_243645" align="alignright" width="314" caption="ALMARHUM. Sosok UJE sebagai penyantun dan pecinta anak-anak, terproyeksi dengan kuat dalam foto kenangannya bersama dua buah hatinya ini."][/caption] KEMULIAAN seseorang tidak akan terlihat di saat seseorang masih hidup. Namun, di saat seseorang itu telah kembali ke pelukan Robbul Alamin, maka kemuliaan yang dijanjikan Allah SWT pada umat manusia itu akan ditunjukkan. Kemuliaan karunia Allah Ta’ala yang maha dahsyat dengan kemampuan menembus segala bentuk medium, meraih langit dan menggenggam bumi itu kini terlihat dalam rangkaian kisah wafatnya almarhum Ustadz H.M. Jeffry Al Buchori.

Berawal dengan kisah wafat almarhum yang mampu menguras air mata para keluarga, sahabat, jamaah yang mencintai pria bernama populer Uje dan merindukan nasehatnya. Bagaimana tidak. Simbol pertaubatan nasuhah seorang umat manusia itu ditakdirkan “berpulang” dalam sebuah kecelakaan tunggal di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Jumat (26/4/2013) dini hari. Moge Kawazaki ER6N nopol B 3590 SGQ yang dikendarai almarhum mengalami selip, menghantam jalur hijau dan pohon pakis.

Kemuliaan yang dikaruniakan pada suami dari Hj. Pipik Dian Irawati itu kembali ditunjukkan di semua rangkaian prosesi pemakaman almarhum. Rumah duka suda penuh sesak dengan pelayat sejak jenazah belum datang dari rumah sakit, misalnya. Kemuliaan itu terulang menjelang prosesi shalat jenasah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Jamaah shaat jumat saat itu tak seorang pun meninggalkan masjid. Para jamaah dengan penuh iklas berhadap mendapat kesempataan untuk melakukan shalat jenasah buat almarhum.

Tak pelak lagi, keranda jenasah Uje saat tiba dan masuk masjid menuju ke pengimamam, bak melayang di atas kepala jamaah. Jamaah yang mensholati jenasah Uje tidak hanya masyarakat umum, tapi juga banyak ulama dan ustadz, beberapa menteri dan anggota DPR RI serta para artis. Kondisi sama terulang saat iring-iringan menuju TPU Karet Bivak yang akan menjadi tempat peristirahatan terakhir ustaz gaul yang dilahirkan pada 12 April 1973 itu. Ribuan pelayat terlihat beriringan mengantarkan jenasah. Selain itu, Ribuan pelayat juga memadati areal pemakaman, sehingga butuh perjuangan keras untuk mengantarkan jenazah Uje dari ambulance menuju liang lahat.

[caption id="attachment_243646" align="aligncenter" width="620" caption="Kemuliaan yang diberikan Allah SWT terlihat dari banyaknya teman, jamaah, dan pecintanya yang bertakziah di rumah duka, jamaan yang mensholati diMasjid Istiqlal, hingga mereka yang mengantarkan ke tempat istirahat terakhir almarhum di pemakaman umum Karet Bisvak."]

13686390352144838561

[/caption] Kemuliaan yang diberikan Allah pada Abi dari Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhrodan Daud Baurah itu terulang di setiap malam tahlilan di rumah duka, Perum Bukit Mas Jl. Narmada 3 Blok I No. 11 Bintaro, Rempoa, Jakarta Selatan. Sejak malam tahlilan pertama, terlihat ribuan jamaah berjubelan di depan rumah almarhum. Mereka dengan rancaknya melantunkan Surah Yasiin, Tahlil, dan Istighatsah. Suara mereka merebak membelah keheningan malam. Suara mereka bak tangisan malaikat yang bercampur aduk antara sedih, haru, dan bahagia akan berpulangnya seorang hamba Allah SWT yang mendapat jaminan kemuliaan penghuni Surga, sebagaimana tanda-tanda yang dijanjikan Allah dalam Al-Quranul Karim.

Meninggalnya Uje membawa duka yang mendalam bagi banyak pihak. Satu yang paling bersedih ialah sang ibu, Hj Tatu Mulyana. Usai menggelar tahlilan hari ketiga di kediaman almarhum, Minggu (28/4/2013) malam, wanita paruh baya yang dipanggil Umi Tatu itu menuturkan kesedihannya kepada PRO-M.

"Sampai kapanpun Umi akan ingat Uje. Dia anak Umi yang membawa banyak kenangan," kata Umi Tatu dengan nada lirih. Satu kenangan yang tersimpan dengan baik ialah ketika ibu-anak ini umroh ke tanah suci beberapa waktu lalu. "Kalau ingat jadi sedih. Ilmu dari beliau dengan gaya tersendiri," jelas Umi Tatu.

Kendati rasa sedih dengan kuatnya bergayung di hatinya, tapi Umi Tatu juga bersyukur terhadap besarnya apresiasi masyarakat yang ikut mendoakan, bahkan mengantarkan Uje ke pemakaman. "Umi Bersyukur banyak yang doakan, jadi sudah bisa lebih tegar. Di dunia ini orang yang sukses banyak yang disenangi. Nah, kalau almarhum, Umi lihat orangnya sabar dan iklas dalam hidup. Karena itu, Umi sangat bahagia dan bersyukur," ujar Umi Tatu.

SOSOK ISTIQOMAH

[caption id="attachment_243647" align="alignright" width="300" caption="Misteri kekuasaan Allah SWT atas kelahiran, perjodohan, rezeki, dan kematian dapat dilihat dari perjalanan hidup dan perjodohan UJE dan Pipik  Dian Irawati yang membuahkan 4 putra-putri. Sebuah konsep keluarga sakinah mawadah warohma yang dapat direnungkan dan dicontoh oleh muslim lainnya."]

136863933314233608

[/caption] Ustad Jefri Al-Buchori lahir di Rumah Sakit Budi Rahayu, 12 April 1973. Uje adalah anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Alm. H. Ismail Modal dan Ustz Dra. Hj. Tatu Mulyana. Uje tumbuh dari keluarga yang religius. Nyaris seluruh keluarganya menjadi dai. Tak heran, berkat bimbingan orangtuanya, Jefri kecil sudah fasih dalam membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an. Bahkan karena kepandaiannya itu, ia berhasil mencatatkan prestasi saat masih duduk di bangku SD dengan menjuarai Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) hingga tingkat provinsi.

Setamat SD, bersama kedua kakaknya ia mendalami ilmu di pesantren modern di Daar el Qolam Gintung, Balaraja, Tangerang, selama empat tahun. Dua tahun sebelum menamatkan pelajaran, Uje dikeluarkan dari pesantren tersebut. Setelah itu, Uje dipindahkan ke Madrasah Aliyah (MA, setingkat SMA). Bukannya bertambah baik, kenakalan Uje justru bertambah.

Kendati rajin mengikuti kegiatan agama, Uje juga terbawa arus pergaulan dengan teman-temannya. Uje sering dugem dan terjerumus sebagai pengguna narkoba. Pada tahun 1990, Uje kuliah di akademi broadcasting, dan kenakalannya tak berkurang. Pada tahun 1991, Uje sering nongkrong di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Dia juga pernah menjadi seorang penari di beberapa diskotik. Suatu ketika, Uje diajak bermain sinetron dan mendapat peran dalam Pendekar Halilintar. Prestasinya sebagai aktor meletup saat menerima penghargaan sebagai Aktor Terbaik lewat aktingnya dalam sinetron Sayap Patah yang ditayangkan di TVRI.

Uje bertemu dengan Pipik Dian Irawati, seorang model gadis sampul majalah Aneka tahun 1995 asal Semarang, Jawa Tengah. Saat itu, Uje masih berstatus sebagai pemakai narkoba. Namun, hal itu tidak menghalangi Pipik yang bersedia dinikah siri pada 7 September 1999. Sekitar 4–5 bulan kemudian, mereka menikah resmi di Semarang. Pernikahannya dengan Pipik ini dikaruniai empat anak, yaitu Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Daud Baurah.

[caption id="attachment_243648" align="alignright" width="300" caption="Almarhum Uje sangat haus akan ilmu pengetahuan tentang konsep Ketuhanaan. Karena itu, dia tak akan segan-segan melakukan diskusi dengan siapapun, yang dinilainya memiliki sebuah pengetahuan tentang Ketuhanan yang dirasakan belum melengkapi pengetahuannya."]

1368639941848099195

[/caption] Saat diajak umroh Umi Tatu beserta kakaknya untuk bertobat, Uje mulai ‘menemukan’ Allah yang Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Penyayang serta Maha-Maha lainnya. Dapat menginjakkan kaki di tanah sang nabi mendatangkan sensasi tersendiri di hati Uje kala itu. Terlebih saat ia dapat bersandar di Ka’bah. Seketika almarhum teringat pada masa lalunya. Kelamnya kehidupan yang pernah dijalani membuat air mata penyesalan mengalir deras dari matanya. Saking merasa berdosanya, ia membentur-benturkan kepalanya sambil meminta ampun kepada Allah SWT. Ia berharap segala dosa yang telah dilakukan mendapat ampunan Allah Ta’ala.

Uje mulai berdakwah di majelis taklim, mushola, dan masjid. Ia berdakwah pertama kali di sebuah masjid di Mangga Dua. Pipik Dian Irawati, istrinya, menuliskan teks dakwah yang mesti disampaikan saat itu. Hasilnya, honor ceramah sebesar Rp 35.000. Uang dalam amplop itu diserahkan pada Pipik. Saat menyerahkan amplop itu, Uje berkatapada Pipik, terimalah uang halal pertama yang bisa kuberikan padamu ini. Setelah itu, Uje dan Pipik berpelukan sambil bertangisan.

Selain itu Uje, juga menyampaikan dakwahnya dalam bentuk lagu-lagu Islami. Debut albumnya berjudul Lahir Kembali diluncurkan tahun 2006. Beberapa lagu diciptakannya sendiri dan dinyanyikan bersama penyanyi lagu-lagu religius muslim, seperti Opick, bahkan pernah berkolaborasi dengan grup band Ungu dalam mini album Ungu bertajuk Para Pencari-Mu di tahun 2007. @

4 sifat UJE yang dapat dijadikan panutan:

1. Taat Beribadah

"Setiap muslim atau muslimah tentunya harus menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Tidak ada istilah klise dalam dua hal tersebut. Uje adalah umat, pria, ayah, suami, dan anak yang taat beribadah. Insya Allah aku tahu sahabatku ini tidak pernah meninggalkan amalan salat, zakat, dan yang lainnya."

2. Pekerja Keras nan Ulet

"Uje adalah pekerja keras yang begitu menekuni profesinya. Dia juga tidak malu berdagang apa saja, yang penting halal. Bagi Uje, harta yang berlimpah tidak ada artinya tanpa rida dari Allah. Kita tidak mencari banyak uang, tapi mencari keberkahan rezeki. Aku salut dengan sahabatku Ustad Jefri al Buchori."

3. Dermawan

"Uje itu nggak riya, kalau memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan, dia nggak akan bilang ke siapa-siapa, hal itu nggak diiklanin sama dia. Uje benar-benar dermawan sejati yang aku kagumi. Dia juga suka kasih motor ke penyandang cacat biar bisa usaha dan mencari uang."

4. Pemaaf dan Penyabar

"Bunda nggak pernah melihat Uje marah. Yang ada, almarhum selalu istighar dan bertasbih. Bunda yakin banget kalau kita punya salah sama Uje, tanpa minta maaf pun dia sudah memaafkan kita. Apalagi Uje kan orangnya sabar banget. Ya Allah berikanlah tempat yang terbaik bagi sahabatku ini."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline