Lihat ke Halaman Asli

Nusa Isdianti

a glance writing

Komentar "A Little History of The World", chapter 20. E. H Gombrich. Bilingual Bhs-Eng

Diperbarui: 3 Agustus 2019   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini Aku sedang membaca sebuah buku berjudul "The Little History of The World" karya E. H Gombrich. Aku suka buku ini karena kata-katanya mudah dipahami. Sebenernya sih ini buku ditulis untuk anak, tapi gak ada salahnya kan aku baca ini.

Aku baru saja menyelesaikan bab 20. Judulnya adalah "Tiada Tuhan Selain Allah, dan Muhammad adalah Utusan Allah", itu adalah bagaimana bunyi syahadat. Kalimat untuk berikrar menjadi muslim. Aku mau sedikit berkomentar mengenai bab ini.

Bab ini dimulai dengan penggambaran mengenai situasi tanah Arab, secara geografis dan perilaku masyarakatnya. Lalu mulai menceritakan sedikit cerita mengenai latar belakang Muhammad, darimana beliau berasal dan keluarganya.

Semua yang penulis tulis di bab ini sebenarnya betul. Tapi, Aku merasa penulis membingkai  perspektif pembaca melalui sudut pandang tertentu. Atau mungkin hanya itu saja yang dia ketahui mengenai sejarah Islam dan Muhammad. Yang mana hal ini membuatku berfikir, jika ini adalah fakta-fakta yang orang ketahui mengenai Islam, tidak mengherankan jika banyak orang yang tidak menyukai Islam. Terlebih lagi jika bab ini dibaca oleh anak-anak tanpa bimbingan orang dewasa, maka akan berbahaya.

"Dia (Muhammad) berkata kepada pengikutnya bahwa mereka harus berperang demi ajarannya ini dan memenangkannya, dan bahwa membunuh orang kafir yang menolak Muhammad sebagai utusan Tuhan adalah tidak berdosa. Bahwa pejuang yang berani dan mati di pertempurannya demi keyakinannya, untuk Allah dan Rasulnya, niscaya akan berada di surga sementara orang kafir dan para pengecut akan masuk ke neraka." Begitulah kutipan di buku tersebut, yang Aku terjemahkan ke Bahasa Indonesia.

Itu benar, tapi..

Penulis tidak menyebutkan dalam kondisi seperti apa yang membuat Rasul berkata demikian.

Sebagai contoh, ketika Muhammad pindah ke Madinnah, beliau membuat perjanjian dengan penduduk Madinnah non muslim, yang kita kenal dengan perjanjian Hudaibiyah, agar mereka bisa hidup berdampingan antar agama dengan damai. Jika yang dia katakan di kutipan diatas adalah prinsip yang absolut, maka tidak akan ada perjanjian tersebut.

Dan dalam surat Al-kafirun di Al-Qur'an dijelaskan bahwa agamaku adalah agamaku, dan agama mu adalah agama mu. Karena dalam Islam tidak ada paksaan untuk beragama. Islam menghormati perbedaan, bahkan di Qur'an surat Al-Maidah ayat 48 disebutkan,

"....Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,"

Maka dalam Islam perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Islam lahir sebagai rahmatan lil 'alamin (kasih sayang untuk seluruh semesta) bukannya rahmat lil muslimin (kasih sayang untuk muslim)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline