Lihat ke Halaman Asli

Nusa Isdianti

a glance writing

Motif, karena Kopi dan Sianida

Diperbarui: 11 Februari 2016   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kasus kopi sianida-nya Mirna, singkat cerita mengingatkan aku ketika berteater di SMA. Bukan karena kopi, sianida atau pertemanan di Australi.
Tapi mengenai "motif".  Seluruh gestur dan perpindahan tubuh  yang dilakukan seorang aktor, selain merupakan visualisasi dari kegiatan yang sedang dilakukan, juga harus mempunyai "motif".
Ketika seorang aktor bergerak pindah tanpa ada motif yang mendasarinya, berati pergerakannya itu hampa, tanpa makna dan hambar.
Karena begitulah kehidupan. Seluruh kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia yang memerankan perannya masing-masing, entah sebagai anak, ibu, tentara, mahasiswa dan lainnya, tentu memiliki motif.

Singkat cerita lagi aku jadi berpikir mengenai fenomena  jejaring sosial, mengenai "i'm wake up, i'm sleep, i'm listening to.., i'm in.., i'm with.."
mereka yang menulis itu semua pasti memiliki motif. Motif internal berasal dari dalam diri ntah sebagai perwujudan bentuk eksistensi dan sebuah bentuk konfirmasi bahwa dirinya masih diakui publik. Atau motif eksternal, sebagai sebuah respon terhadap stimulus sosial yang dihadapi.

Singkat padatnya cerita malam ini, pemikiran tersebut meyakinkanku.. Bahwa tidak ada motif apapun yang membuatku harus mengingatmu.

Untuk bulan yang lalu lalang nan ditutupi awan lalu.
10.02.2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline