Lihat ke Halaman Asli

ADI PRIHANISETYO

Karyawan partikelir

Pengalaman Delay di Bandara Adi Sutjipto Jogjakarta

Diperbarui: 5 Februari 2017   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Garuda Indonesia GA 258

Bagi sebagaian besar masyarakat kita, mendengar informasi adanya penundaan penerbangan apalagi sampai harus dibatalkan tentu membuat kita menjadi paranoid. Ya apalagi pada saat-saat kita dikejar waktu dan pekerjaan, tentu kata delay atau cancle tidak ada dalam kamus kita. Yang ada dalam pikiran kita adalah, bagaimana kita bisa terbang sesuai jadwal yang telah ditentukan.  Entah itu kembali ke daerah asal atau untuk bertemu klien. Tetapi dalam dunia penerbangan, semua rencana yang telah kita susun dengan rapi, akan tetap tidak terlaksana dengan sempurna, karena memang lancar tidaknya penerbangan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kesiapan operasional bandara, maupun faktor cuaca dana bisa saja dari segi kesalahan manusia (human error).

Sebuah pengalaman berharga bagi saya, ketika pada tanggal 1 Februari 2017 terjadi hal-hal yang tidak kita duga sebelumnya, yaitu tergelincirnya pesawat Garuda Indonesia GA 258 rute Cengkareng Jakarta menuju Jogjakarta. Sebenarnya pada hari tersebut, kondisi cuaca kota Jogjakarta cukup cerah, bahkan bisa dikatakan cukup terik mataharinya. Sampai saat menjelang sore hari, tepatnya pukul 17:00, tiba-tiba, langit kota Jogjakarta menjadi gelap disertai hembusan angin yang cukup kencang. 

Waktu itu saya bersama keluarga besar saya di Bantul sedang dalam perjalanan mengantar saya ke bandara Adi Sutjipto Jogjakarta, karena waktu cuti saya sudah berahkir. Sebelum mengantar saya kebandara, kami sepakat untuk menikmati sate klatak (sate kambing khas Imogiri) di daerah sekitaran Imogiri. Ketika hampir habis menu yang kita santap, tiba-tiba langit berubah menjadi mendung disertai dengan hembusan angin yang cukup kencang. Waktu itu saya tidak berpikir,bahwa hal tersebut akan menyebabkan perjalanan pulang saya ke Balikpapan akan terganggu. Saya masih berpikir positip, cuaca ekstrim ini hanya sesaat saja. Kalaupun masih berlanjut dengan hujan dan hembusan angin yang kencang, tentu tidak berpengaruh pada penerbangan saya.

Ternyata dugaan saya salah. Memang sepanjang perjalanan dari daerah Imogiri sampai dengan bandara Adi Sutjipto, hujannya makin tambah lebat dan anginnya juga tambah kencang, sampai sampai saya tidak bisa berpamitan secara khusus dengan istri dan anak saya, karena mertua memutuskan langsung segera pulang ke Bantul, karena takutnya nanti terkendala dengan kondisi cuaca yang kian ekstrim. Sesampainya saya di terminal A keberangkatan, saya kebetulan pulang bersama Ibu saya, segara melakukan check in di counter salah satu maskapai penerbangan nasional. Di counter pun, seperti biasa saya melakukan proses check in dan bagasi, untuk selanjutnya kita menuju ke ruang tunggu keberangkatan.

Selama di ruang tunggu, kami isi dengan kegiatan membaca dan sedikit berbagai cerita dengan Ibu. Sesekali kami mendengar pengumuman keberangkatan penumpang ke kota yang lain. Sampai tiba waktu menjelang pukul 18:30, Ibu saya bertanya kepada saya, “kok sampai pukul 18:30, kita  belum dipanggil masuk ya Di?”, 

Ibu juga langsung meneruskan pertanyaannya, apakah diluar sana masih hujan?, Kemudian saya tengok layar informasi, memang sampai dengan pukul 18:30, penerbangan ke Balikpapan belum ada informasinya. Selang 15 menit, kami kembali mendengar pengumuman dari otoritas bandara Adi Sutjipto, bahwa” karena alasan operasional, bandara Adi Sutjipto akan ditutup sementara sampai dengan pukul 20:30 (kalau tidak salah ingat). Sontak Ibu saya mulai kuatir, kemudian langsung kembali bertanya kepada saya, “cuacanya buruk kah Di?”, segera yang mengangguk, iya..masih hujan dan mungkin angin masih kencang. 

Seperti biasa Ibu-Ibu yang sudah berumur, sangat kelihatan sekali raut muka kuatirnya. Beda halnya dengan saya, yang segera melanjutkan bacaan saya. Sekitar pukul 20:35, memang benar, otoritas bandara Adi Sutjipto mengelurakan pengumuman bahwa bandara sudah bisa beroperasi kembali, dan para calon penumpang (saya lupa mencatat rute apa) untuk segera menuju Gate 3. Segera para calon penumpang tersebut bergegas menuju Gate 3, seperti biasa segera Gate 3 mulai  ramai dengan antrian calon penumpang. Saya kembali meneruskan bacaan saya. Sampai tiba-tiba kembali Ibu saya bertanya, “kok penumpangnya belum pada keluar Gate 3 ya Di?”.

Saya segera menengok kearah Gate 3. Memang benar, calon penumpang yang mengantri tersebut, masih saja berdiri berbaris didepan Gate 3. Tetapi sepertinya ada hal yang aneh, karena saya melihat ada beberapa calon penumpang yang segera mengarahkan wajahnya mendekati kaca pintu di Gate 3. Ada beberapa calon penumpang yang mengambil photo dari kamera ponsel mereka. Dalam hati, saya berpikir, ada apa gerangan, sampai-sampai banya yang berusaha mengambil photo.  Dari tadi saya juga belum mendengar, informasi terbaru mengenai kondisi tersebut dari otoritas bandara. Karena penasaran, ahkirnya saya menuju mendekat ke Gate 3, dan segera menempelkan wajah saya ke kaca untuk bisa melihat ada apa dengan kondisi diluar (apron).

 Alangkah kagetnya saya, ternyata diluar sana (antara apron dan runway) di landasan rumput, telah bertengger sebuah pesawat. Karena kondisi masih hujan dan gelap, saya tidak begitu jelas pesawat dari maskapai mana?, karena memang kejadian tersebut belum atau memang terlewat dari saya diumumkan oleh otoritas bandara. Segara saya kembali ketempat duduk saya, sambil menginformasikan kepada Ibu, “ada pesawat yang tergelincir, tapi belum tahu maskapai mana”, sambil saya mencoba mencari tahu berita tersebut dari google. Dan memang benar, menurut berita yang saya dapatkan dari google, pesawat Garuda Indonesia, tergelincir di selatan apron terminal A bandara Adi Sutjipto.

Sontak ibu saya sangat kaget dan kuatir. Lebih kuatir,apakah penerbangan kita ke Balikpapan yang seharusnya segera berangkat, tidak juga ada pengumuman keberangkatan karena kejadian ini ya?” Sambil saya menenangkan Ibu saya, kami berdua ahkirnya hanya bisa duduk saja, sambil menunggu pengumuman lebih lanjut dari otoritas bandara,mengenai kejadian yang sebenarnya.

 Lama kami menunggu, sampai ahkirnya kami mendengar pengumuman dari otoritas bandara untuk calon penumpang rute Bandung dan Lombok (kalau tidak salah mengingat) segera menuju ke gate 2 untuk mengambil (Deley Service), berupa snack (Bis kuat dan Oreo). Tidak lama berselang, saya melihat di Gate 3, ada kotak nasi yang dibagikan ke penumpang. Dari warna kotak nasinya saya bisa menduga, kotak nasi tersebut khusus untuk calon penumpang pesawat Garuda Indonesia (logo perusahaan logistik anak perusahaan Garuda Indonesia).  Ibu saya kemudian berkata “kita tidak dapat jatah/kompensasi keterlambatan ya Di?, 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline