Akhir-akhir ini saya lihat di media sosial baik Facebook dan Instagram (saya tidak memakai Twitter jadi tidak melihatnya), saya melihat ada beberapa status-status dengan kalimat yang negatif seolah-olah "memprotes" sesuatu, bahkan tak jarang komentar orang-orang yang menanggapi status itu pun menggunakan kalimat negatif.
Apalagi kalau status itu memprotes tentang kinerja pemerintah saat ini atau keputusan atau apapun deh yang berkaitan dengan pemerintah, pasti komentar-komentar di bawahnya tak kalah "pedasnya" dengan status itu. Walaupun ada beberapa komentar yang saya nilai merupakan hal positif ataupun masukan yang membangun.
Selain pemerintahan yang diprotes, dunia sastra dan hiburan pun sedang "ramai" diprotes. Yap, yang sekarang sedang hangat-hangatnya tentang Iqbal Ramadhan yang terpilih berperan sebagai Minke di film Bumi Manusia.
Film ini merupakan adaptasi dari novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, sastrawan kebanggaan Indonesia. Novel ini begitu terkenal bahkan sampai diterjemahkan kedalam lebih dari 42 bahasa. Waah... Betapa hebatnya novel ini. Saya pun bangga sebagai orang Indonesia. Adapun orang-orang yang sangat "mengagungkan" novel ini sampai beranggapan bahwa si Iqbaal Ramadhan, anak kemarin sore berperan sebagai Minke dalam film ini. Pertanyaannya apakah tidak ada artis lain yang lebih mahir, terkenal atau yang lebih pantas dari dia untuk memerankan peran ini?
Dalam tulisan ini, saya tidak akan membahas pantas atau tidak pantas si Iqbaal Ramadhan memerankan tokoh Minke. Saya akan menyoroti orang-orang yang berkomentar negatif ataupun yang menulis status negatif atau memprotes. Baik status protes pemerintahan ataupun status protes pemilihan peran ini. Bagi saya, mereka sama-sama berpikiran negatif walaupun "isi protesnya" berbeda.
Dalam pemerintahan, tentunya sang pemegang kekuasaan sudah memikirkan dampak baik dan buruknya saat membuat keputusan ataupun melakukan sesuatu. Lalu, kalaupun keputusan itu seolah-olah memberatkan satu pihak, berarti ada kesalahan atau memang itu keputusan terbaiknya.
Kemudian, pada kasus pemilihan peran Iqbaal Ramadhan sebagai Minke, pastilah sutradara, dalam hal ini Hanung Bramantyo dan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan film ini sudah memikirkan baik-baik, mengapa mereka akhirnya memutuskan Iqbaal Ramadhan berperan sebagai Minke.
Toh, di dalam konferensi pers kemarin juga Hanung Bramantyo telah menjelaskan alasan mengapa dia memilih Iqbaal Ramadhan, yaitu Minke adalah sosok anak muda yang memiliki gejolak di masanya dan Iqbaal Ramadhan adalah anak muda yang tentu juga memiliki gejolak. Alasan selengkapnya dapat dibaca di sini.
Dulu, saat novel Dilan 1990 difilmkan juga, Iqbaal Ramadhan diragukan untuk memerankan tokoh Dilan, tapi akhirnya dia berhasil memerankan tokoh itu. Bahkan film Dilan 1990 sangat laris. Jadi, daripada memprotes tentang Iqbaal Ramadhan yang tak pantas memerankan Minke, lebih baik doakan saja supaya dia memang benar-benar memerankan tokoh Minke dengan baik sehingga dia bisa lebih mengharumkan nama Pramoedya Ananta Toer, terlebih mengharumkan nama Indonesia.
Dari dua hal ini (status dan komentar pemerintahan, pemilihan peran Minke), meskipun dua hal yang sangat jauh berbeda, tetapi ada hal yang sama bisa kita lihat dan pelajari yaitu menghargai setiap keputusan yang dibuat oleh sang pemegang kekuasaan. Belajar untuk mendoakan keputusan yang diambil supaya keputusan itu memang benar dan dapat berjalan dengan lancar. Kalaupun tidak setuju dengan keputusan itu, ya sudahlah lebih baik diam saja.
Jangan "memancing" keributan apalagi dunia media sosial itu sangat "kejam", satu pancingan kalimat negatif akan memancing kalimat negatif berikutnya. Apakah kita mau menjadi orang yang "memancing" keributan ini? Kalaupun tidak setuju dengan keputusan yang dibuat, cobalah untuk berkomentar positif ataupun diam-diam mendoakan supaya semua lancar. Hal ini pun tentunya akan menjadi kebaikan untuk semua termasuk diri sendiri.