Lihat ke Halaman Asli

Priesda Dhita Melinda

Ibu dari 2 orang anak perempuan dan juga seorang guru yang ingin terus belajar

"Mama Patah Hati, Nak"

Diperbarui: 17 Februari 2018   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nadine sakit, sumber: dokumentasi pribadi

Sebagai seorang ibu atau emak, pastilah sedih ketika anak sakit, rasanya ingin menggantikan posisi sakitnya. Walau sakitnya pun tak berat tapi rasanya sebagian tubuh ini hilang.

Hampir seminggu yang lalu Nadine sakit, biasa sih sakitnya anak-anak, demam, tapi kali ini nggak batuk dan nggak pilek. Sebenarnya Nadine mulai panas dari malam Kamis, aku pikir gempur ASI bisalah turun karena biasanya juga gitu. Ehh..tapi sampai pagi nggak turun, meskipun panasnya nggak kayak semalam. Karena masih anggap biasa saja, aku tetap kerja. Tapi sampai tempat kerja dapat telepon dan utinya bilang kalau Nadine panas, nggak mau mandi, nggak mau makan.

Hadeeh.. galau lah hati emak ini, tapi berusaha untuk tetap profesional (ciyeeehh..) bilang ke utinya Nadine "ya udah kasih sanmol aja, makannya nggak apa-apa dikasih dikit-dikit, yang penting minum, nanti diusahakan pulang cepat (yang ini bohong banget, karena hari itu nggak mungkin pulang cepat, walau sebenarnya pengen banget cepat pulang, pikiran mulai ngawur deh coba ada pintu kemana saja Doraemon, wkwkwkw).

Hari itu kerja (meski berusaha profesional), tapi tetap ya hati dan pikiran nggak bisa dibohongi untuk terus mikirin Nadine di rumah, soalnya kalau Nadine sakit pasti rewel dan nangisnya double (si akungnya juga ikutan heboh, karena saking sayangnya, si akung ini nggak mau liat Nadine nangis). Hiyaaaahh.. harus kuat, tegar dan setroooong

Akhirnya jam pulang yang ditunggu-tunggu tiba juga, cepat-cepat telepon ayah Nadine buat dijemput. Sampai di rumah, liat Nadine gendongan dengan baju yang sama kayak semalam (secara ini bocah nggak mandi). Minta nenen, terus dirayu untuk mandi sama mama (mama berasa diharapkan dan dinantikan jadi sok dibutuhkan banget nih), ehhh.. nggak taunya maunya mandi sama uti (kenapa nggak dari tadi kalau mau mandi sama uti mah). 

Yang bikin hati aku (sebagai mamanya) sedih saat si Nadine mau nenen, utinya bilang mau mandi (pikir uti ini kesempatan untuk istirahat) eh..kok Nadine malah mau ikut uti daripada aku, mamanya. Ditakut-takuti sama utinya "nanti nenennya diambil Sasa (temen Nadine) lho". Lah kok anaknya mengizinkan dan dorong aku untuk kasih nenen ke Sasa. Alamak, hancur hatiku, aku ditolak anak sendiri . Nadine lebih milih sama uti dan merelakan kesukaannya dikasih orang padahal biasanya nggak pernah begini. Pikiranku mulai macam-macam deh, apa ini udah saatnya nyapih Nadine, tapi kok ya caranya kayak gini, aaahh.. sakitnya kok kayak patah hati waktu dulu putusan sama pacar.

Beruntung pas malam waktunya tidur, setelah digendong uti, ditidurin di tempat tidur terus aku tawarin nenen masih mau. Waaahh.. senang banget dong ya, aku nggak ditolak lagi dan Nadine masih mau nenen. Biasanya aku sounding Nadine dengan bilang "nanti kalau 2 tahun nggak boleh nenen mama ya", kali ini nggak aku ucapin kalimat ini karena aku benar-benar takut kalau Nadine lepas nenen sebelum waktunya (aah.. mulai nggak konsisten nih, mau WWL tapi emaknya yang belum siap). Walau yang ada si Nadine nenen semalam, yup semalaman nemplok sama aku. 

Panas Nadine nggak turun-turun, sekarang sudah sampai di 38 dercel (kemarin-kemarin belum ukur suhu). Tadinya mau izin kerja tapi nggak jadi karena memang ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal. Berangkat kerja nggak terlalu banyak drama sih, si Nadine memilih untuk digendong uti. Tapiii.. lagi-lagi di tempat kerja ditelpon untuk pulang cepat karena Nadine rewel nyariin mamanya. Manggilin mama, padahal paginya cuek banget. Buru-buru deh aku selesaikan kerjaan, walau tetap selesai sore juga. Sampai di rumah kembali Nadine nemplok lagi, nenen. Mulai ukur suhu lagi sekarang 39,7 dercel. Agak takut sih, tapi coba ditenang-tenangkan. Sebelumnya si Uti cerita kalau Nadine udah mulai mau main dan senam. Tapi kok sore lesu lagi, nggak mau minum pula. Selama nenen beberapa kali ukur suhu, sempat di angka 40,1 dercel terus turun lagi di 39,7 dercel. Diskusi sama ayah untuk dibawa ke dokter aja, tapi sebenarnya bingung sih soalnya hari itu nggak pegang uang sama sekali. Inilah ya yah, seringnya Nadine sakit saat mama banyak kerjaan dan nggak pegang uang. Tapi ayah bilang, dia ada simpanan, ahh syukurlah kalau gitu. 

Akhirnya malam itu ke dokter. Tadinya sih mau besoknya aja ke dokter karena baru 2 hari panasnya, tapi karena panasnya sampai 39 dercel ke atas, maka pede aja ke dokter. Pengalaman dari yang lalu-lalu, Nadine ke dokter umum dikasih obat lumayan banyak dan minumnya harus sekian jam, akhirnya diputuskan ke dokter anak aja (untung ada yang dekat rumah). Dokternya ramah, baik, ngejelasinnya juga enak. Waktu aku nanya Nadine sakit apa, dia jawab belum bisa jawab karena panasnya baru 2 hari. Tapi katanya lagi, ada kemungkinan radang, ISK (infeksi saluran kencing) atau DBD (nah ini yang paling ngeri). Dikasih obat sih tapi dipesenin juga kalau 2 hari ke depan masih panas, harus cek darah. Dia khawatir banget Nadine DBD. Nadine disuruh minum hangat yang banyak dan dikasih gula sedikit untuk menambah kalori. Air hangat supaya keringat Nadine  keluar, karena keringat sebagai pengompres alami supaya panasnya turun. Aku juga disuruh minum yang banyak karena Nadine masih nenen. Terus Nadine dikompres air hangat di leher, ketiak dan lipatan paha. 

Malamnya Nadine bisa tidur walau masih sering nenen. Panasnya turun tapi masih dititik 38 dercel. Hari ketiga, aku kerja lagi. Kalau ada aku Nadine maunya sama uti, tapi kalau aku nggak ada ditangisi dan ditanyain. Sorenya panas Nadine turun lagi yaitu di 37,5 dercel. Ahh.. senang hati mama. Walau aku udah ada maunya sama si Uti. Nenen aja maunya ditemenin uti. Jadi waktu sakit kemarin, harus ada mama dan utinya. Salah satunya nggak ada pasti dicariin dan pasti buat dia makin rewel.

Hari ke empat udah nggak panas lagi dan udah mau main. Mulai jalan ke sana kemarin, lari-lari dan ketawa-tawa. Walaupun belum maksimal. Hari berikutnya udah mulai normal lagi, malah makin cerewet dan rusuh. Ahh..mama lebih seneng kamu rusuh dan cerewet kayak gini daripada nangis dan rewel kayak kemarin-kemarin. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline