Lihat ke Halaman Asli

Di Titik Nol

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terpaksa pergi tinggalkanmu
Memenuhi sepotong janji awal bertemu
Meski kedua kaki tak kuasa beringsut
Terlalu kuat menancap di nelangsa hidup yang kusut
Aku pergi tak mencari beribu pangkal sebab
Carut marut langkah, sia-sia menemu jawab

Di tanah ini airmata telah lama mengering
Bersanding wajah-wajah manis mudah berpaling

Hari ini aku bohong, di lain waktu bahkan berdusta
Perut-perut kami telah kosong, tak lagi pikirkan dosa
Tak peduli kau berterik lantang di luar sana
Disini detik-detik telah sekarat menyambut kiamat

Di tanah ini darah mulai menetes tumpah
Anak-anak negeri getir merajut gelisah

Aku tak bertanya kapan semua berakhir
Otakku yang bebal enggan kuajak berpikir
Negeri dimana aku lahir dan dibesarkan
Hanya sanggup merenung tak berkesudahan
Hingga aku sempat berpikir untuk pindah
Menuju tempat indah di negeri entah berantah

Kebumen, 9 April 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline