SURAT Kabar Mingguan (SKM) berbahasa Sunda; Siliwangi, yang diterbitkan oleh Paguyuban Pasundan pada jaman kolonial Belanda, dalam edisi tanggal 15 Juni 1921 menulis berita yang judulnya Politik Kerbaoe. Tulisan tersebut hasil reportase wartawan Siliwangi yang mengunjungi pantai Laut Selatan di daérah Bungbulang, dulu kewadanaan, Kabupatén Garut, Jawa Barat. Simakterjemaahan bébasnya berikut ini.
Kalau kita sudah sampai ke sisi pantai Laut Kidul sebelah selatan Kewadanaan Bungbulang, di situ kita akan menemui sesuatu yang menarik.Kerbau milik warga dibiarkan berkeliaran di sebuah bukit, tidak diawasi atau dijaga dan bila malam tidak dimasukan ke kandang. Bisa saja kerbau-kerbau tersebut dimangsa oleh harimau. Tapi kenyataannya tidak begitu. Kerbau ternyata mempunyai cara sendiri agar tidak diterkam binatang buas.
Setiap pukul setengah enam sore, menjelang malam, kerbau-kerbau itu ribut dan sibuk mengamankan kelompoknya. Anak-anak kerbau dikumpulkan, menyatu dengan kerbau yang sudah tua. Kerbau yang masih muda serta tenaganya masih kuat mengelilinginnya dengan cara membelakanginya, menghadap keluar. Tanduknya diposisikan siap menanduk seperti akan berkelahi. Kerbau-kerbau muda itu membuat benteng pertahanan untuk melindungi anak-anak kerbau dan melindungi kerbau yang sudah tua. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI