Lihat ke Halaman Asli

Revitalisasi Teluk Benoa menuju Revitalisasi Pariwisata Bali

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu sore aku baru saja merebahkan tubuh di sofa setelah bekerja seharian, ketika sebuah pesan masuk ke HP ku. Sori ty, liburan besok kami tidak jadi ke Bali. Anak-anak milih ke Hongkong. Katanya sudah bosan ke Bali :D. Oh ternyata pesan dari sahabatku di Jakarta. Dia membatalkan rencananya untuk berlibur ke Bali akhir tahun ini. Tapi kalimat terakhirnya membuat aku tergelitik: bosan ke Bali?? Memang mereka sekeluarga sudah sering liburan ke Bali, tapi masa sih bosan?

Aku kirim pesan balasan untuk menyelidiki lebih mendalam tentang liburan mereka. Ternyata Hongkong mengadakan banyak event menyambut liburan natal tahun ini. Anak perempuan temanku itu ingin menonton pertunjukkan ballet The Nutcracker. Anaknya yang laki-laki ingin ke Ocean Park, ada pertunjukan lampu disana. Sedangkan ibunya ingin memuaskan nafsu shopaholic di Soho. Masing-masing memiliki hobi dan minat berbeda dan semua bisa dipuaskan di satu kota.

Aku bandingkan dengan kondisi Bali. Ternyata Bali belum mampu menyajikan destinasi wisata yang beragam. Selain itu, dalam 20 tahun terakhir ini tidak ada yang baru dari pariwisata Bali. Pariwisata Bali masih mengandalkan pada kekayaan alam dan budaya. Untuk wisata jenis ini Bali saat ini menghadapi competitor kuat di Asia Tenggara, yaitu Thailand dan Vietnam.

Sementara itu, negara tetangga kita terus menambah dan mengembangkan destinasi wisata mereka. Contohnya Singapura yang pada tahun 2008 membuka sirkuit Grand Prix. Tahun 2010 mereka membuka Universal Studio dan tahun 2012 ada Garden by the Bay. Malaysia pun tidak mau kalah. Tahun 2012 mereka membuka Legoland dan Hello Kitty Town. Thailand juga menambah destinasi wisata dengan Asiatique yang merupakan pusat perbelanjaan di Bangkok dan menambah jumlah resort di Phuket yang indah.

Rata-rata setiap tahun di wilayah ASEAN bertambah minimal 2 destinasi baru dalam rangka mempertahankan length of stay dan mengatasi kejenuhan wisatawan. Sementara di Bali yang berkembang hanya sarana akomodasi dan belum ada tujuan wisata baru Bali yang iconic. Jika tidak segera disadari, perlahan Bali akan ditinggalkan oleh wisatawan. Sementara sebagian besar masyarakat Bali bersandar pada sector pariwisata.

Revitalisasi Teluk Benoa menjawab tantangan tersebut. Teluk Benoa akan dikembangkan dengan konsep Green Development dan mengutamakan nilai budaya Bali. Teluk Benoa yang saat ini tertutup oleh sedimentasi akibat sampah akan dibersihkan sehingga melancarkan arus sungai menuju ke laut. Hutan mangrove seluas 1.400 Ha juga akan ditumbuhkan kembali untuk menahan abrasi air laut. Sementara di bagian tengah teluk, dengan sangat memperhitungkan arus air laut dan aspek lingkungan lainnya, akan dibangun ikon baru yang modern bagi pariwisata Bali.

Pada area pengembangan yang hanya melingkupi 28,5% atau 400 Ha dari keseluruhan area Teluk Benoa akan dibangun Pusat Kebudayaan Bali, Pusat konvensi dan selebrasi dunia, botanical garden, taman rekreasi dan pelabuhan untuk yacht dan wisata laut. Sementara 300 Ha lainnya merupakan green area untuk menopang kelestarian alam. Di bagian tengah teluk akan dibuat air mancur dengan pencahayaan indah yang akan menjadi ikon baru bagi Bali.

Kombinasi adat budaya Bali dengan teknologi modern berbasis green development akan menjadi paduan ‘maut’ bagi destinasi ini. Setelah ini terwujud, Bali akan mampu mengokohkan diri sebagai destinasi wisata berkelas internasional yang pantas untuk dikagumi. Bali akan mampu menampilkan berbagai atraksi yang akan selalu menarik wisatawan ke pulau ini. Sebagai daerah tujuan yang berkali-kali menyelenggarakan pertemuan tingkat dunia, sudah seharusnya Bali memiliki tempat berkelas internasional seperti yang akan ditawarkan Teluk Benoa.Dan aku bisa dengan bangga mengundang temanku untuk datang lagi ke Bali……

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline