Lihat ke Halaman Asli

Menyehatkan Teluk Benoa Melalui Revitalisasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14211293751410266967

[caption id="attachment_346073" align="aligncenter" width="3264" caption="Teluk Benoa saat air surut. Kapal pun tidak bisa berlayar"][/caption]

Saat saya sedang mengantar teman berjalan-jalan di Bali. Dari Tanjung Benoa menuju Kuta, agar lebih cepat kami mengambil jalan melalui tol Mandara. Temanku heran mengapa di teluk itu tidak ada air. Aku jelaskan bahwa pada masa tertentu air di Teluk Benoa mengalami surut. “Asyik dong, bisa lihat biota di dasar teluknya….” ujarnya, sambil membayangkan bahwa kehidupan air di Teluk Benoa sama seperti di Tanjung Benoa yang baru saja dikunjunginya. “Eeemmmm……..,” sahutku speechless.

Pasti bagus ya kalau saat air di Teluk Benoa surut dan kita bisa melihat terumbu karang serta biota laut lain yang ada di dasar laut. Seperti saat air surut di pantai Indrayanti atau pantai Sundak di Gunung Kidul Yogyakarta (recommended loo….), dimana kita bisa melihat ikan-ikan kecil berusaha mencari jalan di sela-sela terumbu karang dengan air yang hanya semata kaki. Dan anak-anak kecil akan berusaha menangkapnya menggunakan jala kecil. Sayangnya, di Teluk Benoa, saat air surut hanya timbunan lumpur yang bisa kita lihat.

Beberapa tahun yang lalu, masyarakat sekitar Teluk Benoa menjadikan teluk ini sebagai tempat pembuangan sampah. Sampah dibuang begitu saja di tepi teluk ini. Segala macam jenis sampah dapat ditemukan di sana, mulai dari sampah rumah tangga, botol plastik, hingga cairan oli bekas. Limbah dari tumpukan sampah ini akhirnya menjadi lumpur yang mengotori dasar dari Teluk Benoa. Lumpur ini juga menyebabkan sedimentasi di dasar Teluk Benoa dan menutup aliran air dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Benoa. Akibatnya, terjadi penurunan permukan laut dan tidak ada lagi ekosistem yang bisa hidup di dasar Teluk Benoa.

Akibat dari pencemaran ini juga berdampak pada berkurangnya hutan mangrove yang mengelilingi Teluk Benoa. Hampir 200 Ha luas hutan mangrove berkurang akibat limbah lingkungan dan penebangan oleh manusia. Sementara pohon mangrove sangat bermanfaat untuk mengurangi dampak abrasi air laut terhadap pengikisan pulau Bali.

Karena alasan itulah, Revitalisasi Teluk Benoa sangat diperlukan. Perlu dilakukan pengerukan untuk mengurangi sedimentasi di dasar Teluk Benoa. Lumpur yang ada selama ini akan dibersihkan, sehingga melancarkan kembali aliran air dari sungai menuju ke teluk. Hutan mangrove yang hilang akan ditanami kembali. Selanjutnya, biota laut dapat hidup kembali di dasar teluk. Nelayan pun bisa memperoleh ikan lebih banyak.

Setelah dilakukan pembersihan,nilai Teluk Benoa perlu ditingkatkan agar tidak menjadi sekedar teluk yang tidak terurus. Salah satu cara memberi nilai lebih kepada Teluk Benoa adalah dengan menjadikannya sebagai tujuan destinasi wisata dengan kualitas internasional. Cara yang akan ditempuh adalah dengan membuat beberapa pulau buatan di tengah Teluk Benoa. Luas kepulauan ini tidak besar, kurang dari seperempat luas total Teluk Benoa. Di pulau tersebut akan dibangun berbagai destinasi wisata berkelas internasional, seperti Pusat Kebudayaan, Botanical Garden, shopping centre, resort, dll. Perpaduan inovasiteknologi serta budaya lokal Bali pasti menghasilkan destinasi yang tak ada duanya. Wajarlah, sebagai tempat yang kerap menyelenggarakan pertemuan internasional, Bali sudah seharusnya memiliki destinasi wisata yang juga berkelas internasional.

Pulau ini akan dibuat dengan konsep Green Development. Bentuk pulau dibentuk sedemikian rupa agar tidak merusak alur air laut serta air sungai yang sudah ada. Di pulau tersebut juga akan dibuat Botanical Garden yang sangat luas untuk menjaga keseimbangan alam.

Tidak lupa, semua konsep itu didasarkan pada prinsip lokal Bali, yaitu Tri Hita Karana. Prinsip Tri Hita Karana menjabarkan bahwa terdapat tiga hal yang menyebabkan kebahagiaan, yaitu keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan alam lingkungannya, serta manusia dengan sesama manusia. Dan semua prinsip ini sesuai dengan apa yang direncanakan dalam revitalisasi. Pembersihan Teluk Benoa dari sedimentasi, penanaman kembali hutan mangrove, serta membersihkan tempat tinggal kembali biota laut merupakan bentuk hubungan manusia dengan alam lingkungan. Menambah lowongan pekerjaan bagi rakyat Bali merupakan bentuk hubungan manusia dengan sesama manusia. Dengan melancarkan aliran sungai yang dianggap suci, itu merupakan bentuk hubungan manusia dengan Tuhan.

Saat temanku kembali lagi ke Bali, semoga dia sudah bisa melihat ikan-ikan kecil di Teluk Benoa….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline