Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Rasanya Menjadi Orang yang Posesif-Impulsif?

Diperbarui: 17 Februari 2024   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Di tahun 2024 ini selain menyampaikan sesuatu yang bersifat edukatif, admin juga akan menyampaikan hal-hal yang lebih santai, seperti kisah-kisah inspiratif yang dihimpun dari berbagai sumber. Kisah yang akan admin sajikan berikut merupakan pengalaman dari seseorang yang sadar dirinya menderita Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Semoga dapat membantu pembaca dalam membuat keputusan dan mengambil tindakan dengan lebih bijaksana dalam hidup, khususnya dalam hal percintaan.

"Saya seseorang yang telah sadar menderita Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Dalam hal asmara, saya tipe orang yang tidak mudah jatuh hati tetapi ketika mencintai seseorang, saya cenderung bertindak berlebihan. Sebagai contohnya, saya mudah tersulut emosi apabila pacar saya tidak menjawab dengan segera pesan teks yang saya kirim padanya. Padahal, pacar saya mungkin sedang dalam perjalanan, mengemudikan kendaraan, atau ada hal-hal lain yang membuatnya tidak bisa membuka handphone. Pikiran-pikiran negatif yang selalu muncul di kepala saya membuat emosi saya mudah tersulut. Bahkan, pikiran-pikiran tersebut tidak jarang masuk ke dalam mimpi saya di mana terdapat orang ketiga yang lebih dipilih oleh pacar saya."

"Pada dasarnya, saya seorang dengan penampilan yang menarik, berpendidikan tinggi, memiliki pekerjaan bergengsi, dan hidup berkecukupan, serta tidak sedikit wanita yang pernah menyukai saya. Saya bisa saja mencari wanita lain apabila hubungan kami tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Bahkan dengan semua hal yang ada pada diri saya, saya bisa saja menjadi seorang playboy. Namun, saya tidak memiliki jiwa seperti itu. Saya tidak gemar bermain cinta dan saya benci pria yang menyakiti wanita. Ketika jatuh cinta, saya mencintai dengan tulus dan setia."

"Di sisi lain, saya tidak ingin membuang waktu dan tenaga dengan sia-sia karena mencintai wanita yang salah. Saya ingin memastikan bahwa saya memilih wanita yang tepat. Pikiran-pikiran yang negatif dan ditambah dengan keinginan-keinginan tersebut membuat saya secara tidak sadar sering menyakiti wanita yang saya cintai. Tindakan-tindakan yang saya lakukan cenderung mengekang, mengintimidasi, dan otoriter. Lebih parah lagi, sifat impulsif dalam diri saya membuat saya sering tidak berpikir panjang dan mengambil tindakan yang terlalu tegas atau ekstrim."

"Untuk menggambarkannya, saya sering mengancam untuk putus dengan pacar saya apabila saya sedang marah, bahkan pernah ketika kami sebentar lagi akan menikah. Saya benar-benar tidak peduli apabila kami benar-benar putus hubungan. Saya merasa tersakiti. Saya merasa sangat sedih, kecewa, dan marah yang sesungguhnya disebabkan oleh pikiran-pikiran negatif yang ada di dalam diri saya sendiri. Padahal, kenyataan yang terjadi tidak seperti apa yang saya pikirkan. Saya hanya berhalusinasi."

"Beruntung, saya dicintai oleh wanita yang mau bertahan dan mengerti. Ia tidak memilih pergi meninggalkan saya atau memilih laki-laki yang memperlakukannya dengan lebih baik. Tiap kali saya merasa sedih, kecewa, marah, dan ingin putus hubungan, ia selalu dengan sabar memberi pengertian bahwa semua tidak seperti yang saya pikirkan. Ia rutin mengirim pesan dan video call untuk menunjukan perhatian. Ia juga rutin menceritakan hal-hal yang ia kerjakan. Semua itu membuat saya merasa lebih tenang: saya tahu bahwa saya memberikan hati saya yang rapuh kepada wanita yang tepat, wanita yang ingin menjaga hati saya."

"Kami pun menikah dan hidup bersama. Setelah bertahun-tahun menikah, pikiran-pikiran negatif dan mimpi-mimpi buruk itu masih tetap ada dan terkadang mengganggu kestabilan emosi saya. Namun kini, saya lebih bisa mengendalikan diri. Semua karena dia. Jika tidak bertemu dengannya, mungkin sampai sekarang saya masih tetap lajang. Mungkin saya tidak akan pernah sadar bahwa saya menderita OCD atau sejenisnya. Oleh sebab itu, saya dedikasikan hidup saya untuk kebahagiaannya dan keluarga kecil kami."

"Pesan yang ingin saya sampaikan melalui kisah ini adalah apabila kamu bertemu dengan orang yang posesif-impulsif, segera tinggalkan. Itu penyakit kejiwaan yang mungkin tidak akan sembuh. Kecuali, kamu yakin bahwa orang tersebut memang layak untuk diperjuangkan. Tantangan dan resiko yang akan kamu hadapi sangat besar. Kamu harus extra sabar, banyak berkorban, dan belum tentu yang kamu perjuangkan adalah orang yang baik. Lalu bagi mereka yang masih posesif-impulsif, segera sadarlah. Jangan biarkan halusinasi-halusinasi yang kamu ciptakan mengacaukan kehidupanmu. Kamu sudah terlalu lama menyakiti dirimu dan orang-orang yang mencintaimu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline