Lihat ke Halaman Asli

[GOMBAL] Langit Queen

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kuguratkan namamu dengan tuts-tuts key board. Jemariku mengetik lontaran kalimat untukmu. Ada gurauan, kadang juga serius dalam balutan berbagai rasa. Dan, semua itu kulakukan diantara degub jantung. Terasa dekat, namun kau sulit ku raih. Seperti paradoks Zeno, engkau selalu berjarak satu jengkal dariku. Bahkan dalam situasi paling ekstrim sekali pun kau menjawab aku hanya dengan geliat punggungmu.

Harus kuakui, bahwa punggungmu memang indah laksana fenomena aurora, mampu menghantar imajinasi pria menuju tamasya paling fantastis.

Orang-orang yang membidani kelahiranmu memberimu nama Langit Queen. Aku pun memanggilmu dengan sebutan yang sama. Dan, tokoh-tokoh yang menabalmu nama Langit Queen, pastinya mengilustrasikan dirimu sama seperti langit. Sedih, marah, gembira hanya awan-awannya yang berarak. Begitu juga dirimu, buncahan gelombang karsa hanya tampak dari riak-riak punggung.

Langit Queen.

Meski tidar benar secara keseluruhan, tapi aku juga melihat geliat rasa jiwa mudamu menginginkan penyegaran. Kali ini kita akan membuat suasa sedikit berbeda.

Subuh nanti, aku akan mengambilmu dari dekapan si Tuan Tidur, lalu kita akan berlari-lari kecil menyusuri jalan desa hingga pematang sawah, tentunya hal ini baik bagi kardiomu supaya kamu tetap sehat. Lembutnya warna hijau padi di sawah yang membentang, baik juga untuk korneamu sebagai penyeimbang seringnya kamu memelototi layar kaca komputer.
Kemudian kita akan bersama-sama menatap matahari terbit di cakrawala Timur, seraya mengikuti langkahmu nan sedap aku akan berbisik lembut, "Lihat, bahkan Matahari pun cemburu melihat suasana romantis kita ini."
Aku berharap pipimu akan merona mendengar celotehku. Tapi, itulah. Lagi-lagi engkau menjawabku dengan liuk punggung.
Bahkan ketika dengan pengetahuan terbatas aku mencoba menerangkan padamu, mengapa pagi ini napas kita seperti asap mengepul kau hanya mendusel dengan punggungmu. Padahal aku sangat berharap, hal itu menjadi topik perbincangan menarik kita berdua, setidaknya dari sudut pandangmu dalam faham fiksi.

Langit Queen.

Sore nanti kita ke gym. Melakukan beberapa gerakan, perpaduan napas dan kekuatan pikiran. Yoga, tentunya sangat baik menjaga kelenturan dan massa ototmu, begitu juga dengan punggungmu yang indah itu.
Bisa kubayangkan tatapan cemburu para lelaki di tempat tsb. Pasti di benak mereka terlintas pemikiran, "Andai saja pria itu adalah Aku."
Dan, aku akan membuat mereka semakin jengkel dengan menatapmu penuh lekat.

Langit Queen.

Mungkin saja rutinitas membuat hari-harimu kadang membosankan. Tapi, tenanglah. Aku mengenal suatu danau Dongeng Anak Nusantara, yaitu telaga penyegaran jiwa dengan beraneka cerita indah.
Ketika hatimu merasa risau, gundah gulana, akan kukayuh biduk kita menuju danau itu. Akan kututurkan padamu dongeng-dongeng indah nan ajaib, pembasuh gelisahmu, hingga segala resahmu menguap.
Lalu ketika buaian malam memjemput tidurmu aku akan berujar, "Terimakasih Sang Malam, hari ini aku bahagia. Kutitipkan Langit Queen-ku malam ini. Besok pagi kembalikan Ia padaku. Selamat tidur Langit Queen."

Presley Hariandja No.179
Peserta Gombalsianival 2012.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline