Lihat ke Halaman Asli

Pipit Agustin

Wiraswasta

PBB dan Mitos Perdamaian Dunia

Diperbarui: 24 Februari 2023   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Perserikatan Bangsa-Bangsa berikut piagamnya memang tidak sempurna, dan harus diakui masih mengandung masalah hingga saat ini. Namun demikian piagam PBB itu dimaksudkan sejak awal sebagai upaya untuk mengakhiri perang yang amat merusak dan praktek-praktek biadab yang mencirikan hubungan internasional sepanjang sejarah manusia. Karena itu, piagam PBB, dan PBB itu sendiri bisa menjadi dasar yang paling kokoh dan yang tersedia untuk mengembangkan fikih baru guna menegakkan masa depan peradaban manusia yang damai dan harmonis."

Pernyataan di atas adalah kutipan sebagian dari rekomendasi salah satu ormas islam saat memeringati seabad usianya beberapa waktu lalu. Pernyataan di atas mengundang tanya. 

Jika umat Islam menjadikan PBB dan piagam PBB sebagai dasar untuk membangun fiqih peradaban yang baru, kira-kira fiqih peradaban macam apakah yang akan terbentuk? Sebab faktanya, PBB gagal mengakhiri perang yang berkecamuk di berbagai belahan dunia sejak lembaga itu didirikan. Dan Faktanya lagi, peradaban manusia hari ini jauh dari kata damai dan harmonis.

"Perdamaian perdamaian, Perdamaian perdamaian, Banyak yang cinta damai, Tapi perang makin ramai..."

Cuplikan nyanyian qosidah era 80-90an itu benar adanya. Nyanyian yang seusia PBB, sang lembaga perdamaian dunia. Namun nyatanya,  perang seolah menjadi 'teman' kehidupan umat manusia sejak zaman dahulu kala. Bahkan hingga hari ini, perang fisik adu senjata masih terus berlangsung, seperti yang terjadi di Ukraina. 

Belum lagi perang Israel-Palestina yang telah berlangsung  hampir delapan dekade. Belum lagi kejahatan rezim dictator Cina atas umat islam Uyghur, lalu muslim Myanmar, muslim India, dll. Kediktatoran rezim berkuasa dan perang telah menambah panjang daftar konflik antarnegara dan menambah berat upaya perdamaian dunia yang menjadi cita-cita umat manusia. Lantas, mana hasil 'kerja' PBB itu? Jangan-jangan hanya mitos belaka.

Menilik sepak terjang PBB ini, dapat diketahui bahwa seluruh negeri 'diperintah' olehnya, termasuk negeri-negeri muslim. PBB ibarat 'pusat kepemimpinan' global semua negara di dunia sehingga 'wajib' hukumnya merujuk ke sana. Inilah mantera yang ditiupkan ke semua negara agar mereka percaya mitos-mitosnya. 

Dunia islam yang makin tertimbun sekularisme akan dengan mudah terpengaruh oleh mantera PBB. Tak heran, ada sebagian kalangan dari kaum muslim yang lantas 'beriman' kepada 'risalah' PBB di atas keimanan kepada risalah Nabi Saw, yakni Al-Qur'an dan hadis.

Bukannya menuduh, namun nampaknya kalangan ini melupakan pesan Baginda Rasulullah Saw. dalam sebuah hadist riwayat Bukhari.

Dari Abu Sa'id RA,"Bahwa Nabi SAW bersabda, "Kalian sungguh akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawak kalian pasti akan tetap mengikuti mereka.' Kami bertanya, 'Wahai Rasulullah, (apakah yang baginda maksud itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?" Beliau menjawab, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?"

Mereka juga seolah lupa perkataan Imam Syafi'i, radhiyallhu 'anhu, "Suatu pendapat tidaklah menjadi keharusan (berlaku mengikat) dalam setiap-tiap kasus, kecuali berdasarkan Kitabullah atau Sunnah Rasul-Nya SAW, dan apa saja selain keduanya [haruslah] mengikuti keduanya (Kitabullah atau Sunnah Rasul-Nya)."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline