Lihat ke Halaman Asli

Tapikan Sayang

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

'' Tapikan sayang . ''
'' Memang kamu lebih sayang itu atau aku?  ''
'' Dua pilihan yang sulit  '', jawabku enteng . Ku tunggu senyum renyah dari bibirnya dan pasti akan terlihat gigi gingsul tampak putih mengintip dari mulutnya ketika  tertawa .
'' Jangan bercanda  ! '' katanya tegas .
Tapi aku tahu dia hanya bercanda, takkan dia marah .
'' Tapikan sayang  '', kata yang ku ulang untuk kesekian kali .
'' Bandel ya  !'' Tangannya mendekat seakan mau menjewer telingaku .
'' Gak kena,  gak kena  ! '' aku menghindar . ''Aku mah bukan anak kecil  yang akan dengan mudahnya membiarkan telingaku ini kau jewer  . ''
''Kau memang bukan anak kecil tapi kulakukanmu itu lo mas,  kaya anak kecil banget . Itu makanan udah jatuh dan pasti penuh kuman,  masa mau dimakan juga  !  ''
'' Tapikan sayang  '', ku ucap kata yang sama lagi . '' Ini makanan pertama buatan istriku  '',lanjutku .
'' Mas . . . ''
Kali ini kubiarkan isteriku menjewer telingaku,  ternyata tak sakit kok malah cenderung bikin geli .

Pisang goreng buatan isteriku ini kumakan juga,  hanya ku bersihkan seadanya tanah yang menempel . Tak akan bikin sakit pikirku toh kita manusia juga dari tanah dan apabila aku beneran sakit ada istri tercinta yang merawat .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline