'' Tapikan sayang . ''
'' Memang kamu lebih sayang itu atau aku? ''
'' Dua pilihan yang sulit '', jawabku enteng . Ku tunggu senyum renyah dari bibirnya dan pasti akan terlihat gigi gingsul tampak putih mengintip dari mulutnya ketika tertawa .
'' Jangan bercanda ! '' katanya tegas .
Tapi aku tahu dia hanya bercanda, takkan dia marah .
'' Tapikan sayang '', kata yang ku ulang untuk kesekian kali .
'' Bandel ya !'' Tangannya mendekat seakan mau menjewer telingaku .
'' Gak kena, gak kena ! '' aku menghindar . ''Aku mah bukan anak kecil yang akan dengan mudahnya membiarkan telingaku ini kau jewer . ''
''Kau memang bukan anak kecil tapi kulakukanmu itu lo mas, kaya anak kecil banget . Itu makanan udah jatuh dan pasti penuh kuman, masa mau dimakan juga ! ''
'' Tapikan sayang '', ku ucap kata yang sama lagi . '' Ini makanan pertama buatan istriku '',lanjutku .
'' Mas . . . ''
Kali ini kubiarkan isteriku menjewer telingaku, ternyata tak sakit kok malah cenderung bikin geli .
Pisang goreng buatan isteriku ini kumakan juga, hanya ku bersihkan seadanya tanah yang menempel . Tak akan bikin sakit pikirku toh kita manusia juga dari tanah dan apabila aku beneran sakit ada istri tercinta yang merawat .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H