Lihat ke Halaman Asli

PC IMM Bandar Lampung Desak Mundurnya Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila

Diperbarui: 16 Agustus 2024   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketua Bidang Pengembangan Perguruan Jaringan Tinggi Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bandar Lampung (dokpri)

Ketua PC Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bandar Lampung bidang Pengembangan Jaringan Perguruan Tinggi (PJPT) Prayoga Salim mengecam adanya kebijakan pelarangan Jilbab bagi paskribaka. Sekalipun kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi sudah meminta maaf atas ramainya polemik soal pelarangan Hijab ini. Salim memandang hal ini tidak cukup, jika melihat kebelakang pada tahun 2020 Yudian pernah mengatakan musuh terbesar Pancasila adalah agama, lalu seketika setelah ramai di publik Yudian langsung meminta maaf dan mengagap masalah sudah selesai.

Sebagai ketua dari BPIP yang berdiri sebagai penjaga nilai moral Pancasila yang dilegistimasi Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2018. "Kita perlu mempertanyakan ulang apa dari 276 juta rakyat Indonesia kenapa orang yang sembrono dan pembuat ulah yang diamanahkan tanggung jawab sebesar ini" ujar Salim.

Bagi Salim, Bangsa ini sudah terlalu kenyang untuk menormalisasi kesalahan kata oleh para penguasa dari mulai ucapan "Alhamdulillah" oleh Budi Arie selaku Menteri Kominfo saat data kominfo dijebol pada siding DPR, ucapan menyamakan suara Anjing dengan Adzan oleh Mentri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

Hal ini tidak bisa dianggap sepale karena, jika negara yang penduduknya mayoritas muslim terbesar kedua setelah Pakistan seperti Indonesia di dunai. Umat Islam merasa tidak aman untuk beribadah atau beragama bagaimana kaum-kaum minoritas lain di Indonesia, kita sudah melihat bagaimana dunia mengkambingkan orang islam dan mengaksiomakan sebagai teroris yang sampai hari ini orang Islam tidak pernah mengagap orang-orang Kristen atau katholik sebagai seorang kaki tangan penjajah di Indonesia. Pemerintah Indonesia harus berbenah terhadap isu yang bisa membuat negara ini hancur karena pada dasarnya Indonesia bukan sebuah negara yang harus menjadi satu tapi negara yang memfasilitasi berpedaan untuk Bersatu.

Indonesia adalah negara yang masih sangat muda yang bahkan belum berusia sampai 100 tahun, tapi Indonesia sudah memiliki Sejarah panjang dari Kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara, Indonesia adalah negara yang tidak pernah memiliki Sejarah peperangan yang dilandaskan agama. Disaat eropa pernah menjadi medan perang antara Kristen dan Katholik yang berlarut-larut atau Timur-Tengah yang berperang karena berpedaan Sunnih dan Syiah. Atau malah negara tetangga kita seperti Malaysia yang punya permasalahan Etnis antara Tionghoa dan Melayu. Indonesia adalah negara yang bisa melewati permasalahan itu semua.

 

Bukan permasalahan toleransi yang menjadi masalah di Indonesia tapi masalah besar Indonesia adalah mengambil Solusi dari masalah. Bagi Salim Indonesia hari ini seperti orang yang memiliki penyakit komplikasi tapi setiap pejabat yang dianggap bisa menjadi dokter selalu gagal mendiagnosa pada negara ini oleh sebab itu tidak pernah kunjung sembuh sepenuhnya. Meminjam perkataan pemain sepak bola Klyien Mbapee pada interview euro tahun ini "Setiap kaum muda harus membuka matanya lebar-lebar jika isu yang hari ini terjadi di pemerintahan kita bukan isu yang remeh. Mari gunakan hak kita...." Indonesia tidak pernah ditakdirkan seperti ini. Tapi sikap tidak tegas kita sebagai sebuah negara yang melahirkan situasi seburuk ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline