Beberapa saat lagi akan digelar kongres Partai Amanat Nasional yang salah satu agendanya adalah mensuksesi kepemimpinan. Tokoh yang akan bertanding dalam kontestasi politik internal itu adalah Hatta Rajasa sebagai calon incumbent dan Zulkifli Hasan. Perebutan pucuk pimpinan sebagai ketua umum partai berlambang matahari terbit, meski hanya diikuti oleh dua kandidat dipastikan akan berlangsung cukup panas. Meski sebelumnya dilihat dari kesuksesan Mantan menteri kehutanan ini berhasil menjadi Ketua MPR karena jasa Hatta Rajasa dalam melakukan lobby politik, bukan berarti besan Amin Rais menyerah dan memuluskan langkah Ketua Umum PAN saat ini untuk memimpin partai berlambang matahati terbit ini kembali.
Pertarungan antara kedua kader terbaik PAN ini memang patut diacungkan jempol, namun sangat disayangkan keberadaan Amien Rais nampaknya memperkotor proses demokrasi yang terjadi di internal partainya. Keberpihakan Amin dapat terlihat dengan pernyataannya yang selalu memberikan dukungan kepoada mertua anaknya agar melanjutkan kepemimpinan Hatta. Ketua Majelis Pertimbangan PAN semakin gamblang memberikan dukungan secara langsung. Dukungan ini sangat terkait keinginannya agar anaknya kelak menjadi Sekjen PAN berdampingan dengan Zulkifli.
Situasi yang cukup panas menjelang kongres disinyalir adanya keikut sertaan non partai yang membumbui agar PAN bernasib seperti partai lainnya. Tentu keterlibatan ini terkait dengan memberikan dukungan kepada KIH untuk memperkuat posisi di pemerintahan, meski adanya sangahan dari Zulkifli yang menepis anggapan bahwa akan membawa PAN keluar dari KMP dan melihat situasi politik dengan membiaskan sentimen kepentingan antara KMP dan KIH. Namun upaya membawa kepentingan dirinya kedalam KIH nampaknya sudah terlihat. Berbagai manuver terus dilakukan, bahkan berbagai statmen terkesan menunjukan kinerja Hatta Rajasa selama ini tak berefek pada peningkatan PAN.
Kalau boleh jujur, PAN mengalami keterpurukan justru disaat kepemimpinan Sutrisno Bachir, pengusaha batik asal Pekalongan, wajah PAN berubah drastis. PAN yang mulanya intim dengan Muhammadiyah, saat itu mengalami hubungan tak harmonis. Menjelang Pemilu 2009, PAN pun mendapat plesetan tak sedap dengan akronim Partai Artis Nasional (PAN). Itu karena partai tersebut, memasukkan artis secara massal di daftar caleg PAN. Lucunya kini mas Tris mnegecam Hatta dengan menganggap tidak punya program untuk kemajuan partai, pada hal di era mantan menkoperekonomian justru PAN mengalami kejayaan.
Posisi PAN yang sangat strategis saat ini tentu menjadikan keindahan tersendiri bagi internal partai. Fanorama yang dipancarkan PAN terbukti mampu mencairkan suasana perpolitikan yang terjadi di negeri ini. Berulang kali PAN menorehkan tinta emas dalam mendingikan kebuntuan yang terjadi dipemerintah. Itu semua bukan isapan jempol semata.
KIH merupakan partai pendukung pemerintah terus mendesak agar Budi segera dilantik, sikap Koalisi Merah Putih (KMP) yang merupakan partai oposisi berbeda. KMP tetap memberikan dukungan penuh kepada presiden agar lebih tegas tanpa campur tangan partai. Dalam Penilaian Hatta Rajasa sikap ini bukan sinyal KMP pindah haluan menjadi partai koalisi pemerintah, tetapi hadir dalam memberikan solusi. Ditingkat parlemen pun terlihat kepiawaian Hatta menggagas perdamaian KMP dan KIH bersama Pramono Anung, Idrus Marham, dan Olly Dondokambei.
Meski telah diambil langkah antisipasi kemungkinan adanya intervensi dari pihak luar dalam penyelenggaraan Kongres PAN pada Maret 2015, dengan memilih waspada ditakutkan terjadinya perpecahan seperti Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan. Golkar dan PPP saat ini memiliki dua ketua umum dan dua kepengurusan, menyusul konflik yang terjadi di kedua partai itu. Bisa saja upaya intervensi dilakukan terkait strategisnya posisi PAN didalam KMP.
Jika ini terjadi tentu sangat disayangkan sekali, karena Kongres PAN 2015 mengagendakan pemilihan ketua umum, terkait perhelatan lima tahunan. Jangan sampai kalimat "Saudaraku" didalam sapaan internal PAN harus berganti menjadi "Musuhku" kongres di Bali tentu akan menentukan keberlangsungan PAN dalam menjalani perpolitikan dinegeri ini. Apakah PAN akan menjadi partai yang akan menjadi contoh bagi partai lain, atau akan menjadi pecundang partai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H