Teringat masa lalu saat masih muda karena ingin mendalami politik, penulis kuliah Sospol di Universitas Terbuka dan dapat gelar S.IP.
Pertama kuliah diberi wawasan tentang pengertian politik. Berbagai teori disebutkan, tetapi sang Dosen mengatakan intinya bahwa "Politik adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan".
Kalau dilihat para pemimpin dunia dengan jalan halal atau tidak halal, mereka berusaha tetap mempertahankan kekuasaannya. Contoh Hitler, Fidel Castro, Mousolini, Sadam Husein, Khadafi, Putin, Pak Harto, Xi Jinping, dan lain-lain dengan caranya masing-masing hingga mampu bertahan cukup lama.
Dari kondisi dunia politik di Indonesia, tersirat beberapa waktu sebelum Pilpres, setelah hampir habis masa dua periode jabatan sebagai presiden, Pak Jokowi dinilai orang ingin mempertahankan kekuasaannya tiga periode? Tapi ditolak secara UU.
Sebenarnya ini hal yang wajar saja bila kita ukur dengan teori politik di atas. Pak Harto 32 tahun jadi presiden buktinya bisa.
Saat ini, menurut penulis banyak yang lupa bahwa masih empat bulan ke depan presidennya Pak Jokowi. Tapi, ada yang berfikir bahwa Pak Jokowi katanya sudah habis, seperti bebek lumpuh (lame duck) dengan terpilihnya presiden baru. Programnya mulai disepelekan dan mulai dibantah, terutama IKN.
Terlihat kalau ada acara ke daerah, yang mendampingi hanya satu atau dua menteri. Sangat terlihat dunia politik itu pragmatis, mikirnya untung tidak mau rugi. Mereka lebih mendekat ke presiden terpilih, takut hilang jabatan atau bisnisnya mungkin.
Perlu diingat apapun sikon yang berlaku, The Real Presiden RI saat ini Pak Jokowi. Jangan underestimate dan 'mpt' presiden asal Jawa ini. Dengan kekuasaanya yang masih melekat dan dilindungi konstitusi, Jokowi bisa saja membuat haru biru seseorang, tokoh ataupun bisnis.
Rata-rata tokoh politik, pejabat, pebisnis punya titik rawan sekecil apapun, bila disentuhkan atau dieksploitasi bisa lumpuh permanen.
Bila Anda tidak bicara baik-baik dan tidak tercapai kata sepakat, ya ditinggal. Jadi, persoalan bisa kecil dan bisa besar.