Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pertaruhan Seorang Jokowi dan Teori Sun Tzu

Diperbarui: 6 Februari 2024   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Presiden Joko Widodo menyapa wartawan. (Foto: KOMPAS/HARIS FIRDAUS)

Beberapa waktu terakhir, Presiden Jokowi banyak mendapat bombardier di medsos terkait tudingan politik dinasti. Paling berat adanya tuduhan pelanggaran konstitusi, menggeser demokrasi ke arah otokratis. Jokowi dinilai lawan politik dan pro demokrasi yang tidak suka kini dituduh menggunakan pengaruh jabatannya untuk kepentingan politik praktis.

Tidak kurang-kurang kini para guru besar almamaternya dan banyak Universitas lain juga ikut melakukan serangan. Sebuah pertanyaan dari sisi perspektif intelijen, langkahnya ini penulis nilai langkah pertaruhan Jokowi yang urat takutnya sudah putus.

Digempur dan diancam bagaimanapun Jokowi ini tetap melanjutkan taktik dan strategi yang jelas dilatarbelakangi sebuah kepentingan yang sangat besar dan prinsip. Secara keilmuwan, politik adalah bagaimana penguasa mempertahankan kekuasaan dengan bermacam dalih.

Nah, penulis mencoba tidak membahas apa yang dianggap keliru oleh publik, pelanggaran konstitusi, etika dan bahkan dituduh berkhianat. Tetapi penulis menganalisis latar belakang langkahnya yaitu cipta kondisi intelijen strategis (conditioning). Ini yang menarik, mari kita bahas.

Kelebihan Jokowi sebagai End User

Dalam teori intelijen, sebagai presiden, Jokowi adalah end user yang mengontrol jalannya pemerintahan ditinjau dari sembilan komponen intelstrat. 

Dibanding siapapun di negeri ini, informasi dan intelijennya paling lengkap dan sahih. Selama sembilan tahun dia belajar kepemimpinan dan pengambilan keputusan high profile.

Jokowi ini seorang visioner, mampu melihat jauh ke depan. Langkahnya saat ini sudah dipersiapkannya sejak tahun 2019 saat menyusun kabinet, bahkan mungkin bisa juga sebelumnya dalam proses.

Badan Intelijen yang berkepentingan dengan Indonesia selalu melakukan 'spotting' siapa yang akan jadi atau dijadikan pemimpin nasional sebuah negara. Siapapun tidak mengira, seorang Jokowi dari walikota, dia menjadi gubernur dan kemudian sukses menjadi presiden.

Dalam proses ini beliau sebelumnya hanya di posisi handler, sementara principle agent itu sosok clandestine ('question mark'). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline