Pilpres tersisa waktunya 100-an hari lagi, ketiga pasangan sudah mendaftar ke KPU dan tes kesehatan, sah untuk maju, yaitu paslon Ganjar-Mahfud, Prabowo-Gibran, dan Anies-Imin.
Selain upaya meningkatkan elektabilitas, dari perspektif intelijen, ada tiga upaya lain untuk meraih dan mendapatkan suara dari konstituen, selain suara kader dan simpatisan parpol pengusung dan pendukung.
Santri, Kaum Muda, dan Pencinta Jokowi sebagai Target
Dari tiga pasangan Capres dan Cawapres, nampak komposisi dua paslon pilpres melakukan pendekatan ke kalangan Santri dan Pesantren, yaitu pasangan Ganjar-Mahfud (GAMA) serta Anies-Imin (AMIN).
Nampaknya hal ini mengacu akibat greget kekuatan dan solidaritas kaum Muslimin saat Pilkada DKI, serta Pilpres 2019, dimana Gerakan 212 (GNPF) mampu mengumpulkan beberapa juta umat Muslim di Monas dan akhirnya Ahok sebagai petahana yang kuatpun tumbang.
Pada pilpres 2019, selain elektabilitas pak Jokowi sebagai petahana, peran KH Ma'ruf Amin sang cawapres sebagai Ketua MUI dipercaya menjadi vote getter.
Nah, sejak itu terasa ada bayangan, semakin besarnya pengaruh kaum Muslimin hingga kini. Hal yang wajar karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Pada pilpres 2019, peran Sandiaga yang dikenalkan sebagai kiai dan Capres Prabowo yang selalu memunculkan tokoh-tokoh GNPF di satu sisi kalah pamor dan jumlah serta pengaruh dari pendukung Pak Jokowi dan KH Ma'ruf Amin.
Siapa Santri itu?
KH Ma'ruf Amin pernah menjelaskan bahwa santri tidak hanya orang yang berada di pondok pesantren dan bisa mengaji kitab atau ahli agama.
"Santri adalah orang-orang yang ikut kiai, apakah dia belajar di pesantren atau tidak, tapi ikut kegiatan kiai, manut pada kiai," katanya.