Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Intelijen Santri dan Doktrin Single Client

Diperbarui: 29 November 2021   15:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Dalam koleksi buku Pray, ada tiga buku besar dan bagus tentang intelijen pemberian dari mantan pejabat BIN, dua dari mantan Kepala BIN; Jenderal (Purn) A.M Hendropriyono berjudul "Terorisme, Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam" dan Letjen (Purn) Marciano Norman, berjudul "Intelijen Negara, Mengawal Transformasi Indonesia, Menuju Demokrasi yang Terkonsolidasi."

Kemarin Pray dapat kiriman buku ketiga yang ditulis KH As'ad Said Ali, mantan Wakil Kepala BIN berjudul "Perjalanan Intelijen Santri."

Dalam komunitas intelijen, tiga tokoh diatas memiliki kelas khusus, berpengalaman (praktisi) serta pakar di bidang intelijen dan menuliskan menjadi buku berat dan berkelas.

Dalam dunia intelijen sangat terbatas mantan petinggi intelijen yang menuangkan memori, teori serta analisis intelijen, karena memang sulit memilah-milah materi khususnya tentang operasi clandestine.

Buku DR (HC) KH As'ad Said Ali, Intelijen Santri

Pak As'ad begitu Pray memanggilnya adalah teman dekat, dan pernah memberi kata sambutan buku kolaborasi yang ditulis bertiga, Prof Obsitar Sinaga, Dr Ian Montratama dan Pray, berjudul Terorisme Kanan Indonesia, Dinamika dan Penanggulangannya.

Selain buku tersebut, Pray juga sudah menulis tiga buku intelijen yaitu Intelijen Bertawaf Teroris Malaysia dalam Kupasan , Misteri MH-370, dan buku Virus Terorisme, di samping hampir 2.000-an judul artikel baik di website pribadi Ramalan Intelijen dan website Kompasiana.

Dalam buku pak As'ad, yang diterbitkan LP3ES tersebut, pengantar buku adalah Pak Fachry Ali, ada topik yang menarik perhatian Pray yaitu pada Epilog Intelijen Nasional Menuju Dunia Baru.

Dituliskan kekhawatiran agar ada perhatian khusus menyangkut jebakan yang mungkin muncul terkait doktrin single client, bahwa klien Intelijen Nasional adalah Presiden.

Doktrin menempatkan intelijen nasional berada pada ruang sulit dan mudah tergelincir. Intelijen Nasional (baca BIN) harus mampu menghindarkan diri kemungkinan terkooptasi oleh politik kekuasaan atau oleh usaha-usaha konsesi politik dari pihak manapun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline