Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Kemarahan Presiden Jokowi, Panglima Perang Lawan Covid Ditinjau dari Persepsi Intelijen

Diperbarui: 7 Juli 2020   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo pada Kamis (25/6/2020) pagi, bertolak menuju Jawa Timur. Ini adalah pertama kalinya Jokowi melakukan kunjungan kerja di masa new normal atau tatanan baru pandemi virus corona Covid-19. (Agus Suparto/Fotografer Kepresidenan)

Dalam beberapa artikel penulis menuliskan bahwa kita sedang berperang dengan Virus Corona SARS-CoV-2. Penyakit Covid-19 tersebut tidak hanya menyerang dan mematikan manusia tapi juga merusak bidang lain terutama ekonomi dan Covid sejak 2 Maret 2020 telah mampu menginfiltrasi semua propinsi di Indonesia dan melakukan penetrasi ke masyarakat hingga pelosok desa.

Presiden Jokowi dalam perang ini adalah Panglima Perang Lawan Covid, sementara para kepala daerah (gubernur) adalah panglima wilayah pertempuran.

Posisi para menteri kabinet sebagai staf panglima perang yang memberikan dukungan terutama logistik, keamanan, informasi serta perkuatan lainnya.

Di lain sisi para pembantu presiden itu juga bertanggung jawab mengatasi dampak negatif covid terhadap perekonomian negara, masalah sosial serta segala sesuatu terkait dengan kepentingan nasional Indonesia.

Perang dan Pertempuran dalam Persepsi Intelijen

Pak Jokowi baik sebagai presiden maupun panglima perang melawan covid bertugas dan bertanggung jawab memimpin serta memenangkan perang. Indonesia menang dan selamat. Tersebar ramai diberitakan Panglima Perang Lawan Covid ini sebagai Presiden pada rapat kabinet marah besar kepada para menterinya.

Seorang pejabat tinggi pemerintah yang penulis kenal mengatakan baru kali ini lihat presiden marah sangat besar. Penulis coba menganalisis tentang perang besar dan berat saat ini, yang merupakan ujian terberat seorang Presiden RI karena menuju ke krisis.

Panglima perang mendelegasikan tugas dan wewenang di daerah pertempuran kepada para kepala daerah sebagai panglima wilayah serta bupati dan walikota sebagai komandan pertempuran yang bertanggung jawab memenangkan pertempuran di wilayahnya masing-masing.

Dari persepsi intelijen, untuk memenangkan perang, dibutuhkan informasi intelijen tentang musuh dan diri sendiri, terkait Strategi, Taktik dan Cara Bertindak (CB). 

Dalam hal ini panglima perang di suport staf akan kebutuhan intelijen strategis yang terdiri dari 9 komponen yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, biografi, demografi, sejarah serta militer dan pertahanan. Intelijen yang dimaksud adalah gabungan hasil analisis, saran tindakan para menteri dan kepala badan sesuai dengan visi dan misi presiden.

Pada saat ini musuh yang dihadapi tidak kasat mata, tetapi mampu melakukan penetrasi ke pasukan sendiri (rakyat) maka penilaian intelstrat di fokuskan selain kepada covid juga kepada situasi dan kondisi di 34 propinsi yang jelas berbeda-beda.

Disinilah tugas staf panglima (para menteri dan kepala badan) memberikan informasi tentang covid terkait kondisi regional dan internasional, penilaian daerah pertempuran, kondisi yang berlaku serta saran tindakan untuk pengambilan keputusan Panglima perang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline