Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Kematangan Jokowi dalam Menyusun Kabinet Kerjanya

Diperbarui: 8 November 2019   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo (kanan) memimpin rapat terbatas tentang program dan kegiatan bidang politik, hukum dan keamanan di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (31/10/2019). Presiden dalam arahannya mengatakan untuk mengantisipasi perkembangan politik dunia yang dipicu oleh isu kecil, melakukan reformasi hukum yang memberikan jaminan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/hp. (ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI)

Sepuluh hari setelah Presiden Jokowi dilantik, penulis membuat analisis tentang pria sederhana asal Solo ini, kini sudah menjadi Sang Maestro.

Kejutan terjadi setelah susunan kabinet diumumkan, umumnya para pendukung paslon 01 dan 02 terkejut terpana tidak terkira.

Baca juga: "Jurus Kuda" ala Presiden Jokowi

Penyebabnya, karena Letjen Purn Prabowo (code number 08) lawan JKW saat pilpres dipercayainya menjadi Menhan. Bila diukur dari fungsi intelpam persepsi intelijen taktis, ada kecurigaan terjadinya penetrasi atau bahaya kuda Troya.

Memang intelijen harus selalu curiga lebih ke waspada bukan? Bekas lawan Jokowi yang saat kampanye pilpres memainkan strategi "tumpas", bubar-bubaran kok kini diambil, di posisikan sebagai Menhan, ujung tombak Triumvirat. Jelas ada urusan politik besar atau kekuatan penyangganya.

Tetapi, bila di analisis dari persepsi Intelijen Strategis, ini sebuah keputusan high risk, high profit. Dimana untuk mencapai sasaran jangka panjang (strategis), presiden berani mengambil langkah taktis agak beresiko, tetapi terukur.

Menurutnya dibutuhkan stabilitas politik, yang akan memengaruhi stabilitas keamanan dan ekonomi. Ini keputusan kelas "dewa" terkait erat dengan sense of security dan maturity.

Sense of security adalah rasa aman, bagian dari sense of intelligence. Pokok dari rasa ini hanya dimiliki oleh mereka yang sudah memiliki pengalaman cukup dan wawasan luas, saat akan mengambil keputusan.

Keputusan yang diambil menggunakan sense ini didukung dan berkait erat dengan maturity of Jokowi as a leader.

Dalam ilmu psikologi, maturity berarti kematangan seseorang, sementara pribadi yang memilikinya disebut individu yang mature (matang).

Penulis melihat presiden mampu memahami permasalahan negara dari sudut pandang yang lebih luas. Sehingga dapat mengetahui apa yang tepat untuk dilakukan atau tidak dilakukan dalam situasi tertentu. Dapat mengetahui apa konsekuensi dari tindakannya, dan dengan sadar membuat keputusan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline