Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Soal Papua, Jokowi Harus Lebih Waspada!

Diperbarui: 25 September 2019   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Personel Brimob berjaga di sekitar Asrama Mahasiswa Nayak Abepura di Kota Jayapura, Papua, Minggu (1/9). (Antara/ZABUR KARURU)

Masyarakat Papua secara umum sangat rentan, mudah dipengaruhi dan terbakar emosinya cukup dengan hoaks. Detonator awal dipicu di Malang dan Surabaya menyentuh mahasiswa Papua pada 24 Agustus 2019. 

Mahasiswa Papua yang tergabung dalam aksi 'Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme', mengibarkan bendera bintang kejora di seberang Istana Negara, Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2019.

Setelah aksi demo reda, percikan konflik dimunculkan di Wamena, Jayawijaya. Menurut Kapolri Tito Karnavian, tersebar hoax seorang guru mengeluarkan kata berbau rasis.

Hoaks dimanfaatkan kelompok Komite Nasional Papua Barat (KNPB), menggunakan seragam SMA PGRI dan menggerakkan 200 siswa untuk menyebarkan rasisme tersebut dengan demo. 

Insiden memicu kerusuhan yang menelan korban 26 meninggal, 66 luka, perusakan fasilitas publik, kantor bupati, ruko serta kerugian materiel lain. Tito mengungkapkan sebagian besar warga meninggal karena mengalami luka bacok, kena panah, dan terbakar dalam ruko.

Banyak yang mengkritik mengapa tidak ditangani dengan senjata? Karena ada anggota TNI tewas saat kerusuhan sebelumnya.

Persoalan HAM benar-benar harus diwaspadai TNI dan Polri di sana. Ada konsep yang dikaitkan dengan SU-PBB bulan September ini yang coba dimunculkan. Penulis pernah menganalisis, ini murni gerakan dari Papua atau pengaruh luar? Kesimpulannya: dari luar.

Setiap aksi di Papua yang terkait dengan PBB (HAM dan Referendum) pasti dikendalikan oleh handler yang dikontrol principle LN.

Penulis sejalan dengan yang disampaikan oleh Pak Hendropriyono, mantan Kabin, menaggapi kerusuhan di Papua, ada Vanuatu dan Inggris yang bermain katanya. Hanya tidak dijelaskan lebih detail.

Penulis pada tahun 2013 pernah membuat artikel tentang operasi penyadapan intelijen Barat, "five eyes", hasil bocoran dari Edward Snowden. Lantas apa hubungannya Inggris, Vanuatu dengan Papua? Mari kita bahas.

Five Eyes, Organisasi Intelijen Lima Negara
Five Eyes adalah badan kerja sama intelijen yang terdiri dari intelijen AS, Inggris, Canada, Australia dan Selandia Baru. Badan ini sudah diungkapkan pada tahun 2013 oleh wistleblower Edward Snowden (agen intel AS).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline