Apabila ada yang mengatakan tidak percaya bahwa hasil survei mampu memberikan gambaran, posisi serta prediksi baik popularitas maupun elektabilitas pada pemilu, rasanya agak aneh.
Mungkin selama ini para politisi pernah memanfaatkan lembaga survei dan minta diatur-atur. Walaupun demikian, dengan banyaknya lembaga survei, maka mudah terlihat mana yang abal-abal dan mana yang valid.
Beberapa hari lalu kita sempat terkejut, karena Litbang Kompas menurunkan hasil survei, yang menyebutkan bahwa elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada dibawah 50 persen. Ini selalu disebut sebagai batas psikologis bahaya bagi petahana.
Kubu paslon 02 sempat bergembira, tanpa menyelidiki lebih lanjut. Pemred Redaksi Kompas sempat di bully pelbagai hal, disebut Kompas sudah tidak independen, karena Ibu Ninuk merapat ke Hambalang dan sebagainya.
Nah, dengan pengalaman sejak 2004 mengikuti survei, menggunakan data basic descriptive intelligence, kunci pilpres 2019 seperti pilpres 2014 yaitu persaingan keras, perebutan konstituen di Pulau Jawa, bahkan disebut sebagai battleground.
Pada artikel ini penulis mencoba meneliti apa benar Kompas sebagai media kelas atas mau mengorbankan kredibilitasnya? Ternyata tidak begitu, justru temuan penulis, hasil Litbang Kompas apabila diteliti secara sunstansial, hampir sama dengan hasil survei Charta Politika, meneguhkan kemenangan paslon Jokowi-Ma'ruf. Inilah hasil pengamatannya.
Simak survei yang dikeluarkan Charta Politika dan Litbang Kompas:
Jumlah DPT di Pulau Jawa
- DPT JKT: 7.761.598.
- DPT BANTEN: 8.112.477.
- DPT JABAR: 33.270.845.
- DPT JATENG: 27.896.902
- DPT DIY: 2.731.874.
- DPT JATIM: 30.912.994
SURVEI CHARTA POLITIKA
DKI Jakarta dan Banten - Jumlah DPT: 15.874.075
- Jokowi-Ma'ruf 44,2% (7.016.341)
- Prabowo-Sandi 40,0%(6.349.630)
- Tidak menjwab 15,8%(2.508.104)
- Jokowi-Ma'ruf menurut survei unggul: 666.711 suara