Kemarin sore, menurut waktu Indonesia, dunia dibuat demam sepak bola. Dilakukan pembukaan pertandingan bola dunia bertempat di Afrika Selatan. Tidak kurang Presiden SBY dan beberapa Menteri menyempatkan diri menonton bersama di Bali. Seusai pembukaan dilanjutkan pertandingan antara Afika Selatan melawan Mexico. Beberapa kompasianers seperti Honny Maitimu, Aris dan Eko menjagokan Afsel 2-1, termasuk kompasianer Della yang juga mengirim pesan ke penulis, titip satu kosong untuk Afsel katanya. Pengirim juga menyampaikan hasil seri kepada Blossom yang menulis tentang bola. Ada sedikit tantangan satu mangkuk mie baso di PIM dari Honny lewat japri di FB, penulis memegang skor 1-1. Eh... ternyata betul juga ramalan Old Soldier ini, skor 1-1. Maka hari ini penulis akan mendapat traktiran mie bakso di PIM. Nah, itu sekedar intermezo demam dunia sekaligus demam nikmat kita juga, paling tidak sebulan. Sebetulnya yang akan dibahas pada artikel ini adalah tentang Nasional Demokrat. Mari pembaca, sambil menunggu pertandingan selanjutnya, kita bahas-bahas sedikit, mau kemana Nasdem-nya Bang Surya tersebut. Nasional Demokrat adalah sebuah organisasi masyarakat berasaskan Pancasila. Organisasi bersifat terbuka, multikultural, kolektif, dialogis, mandiri dan mengakar, berbasiskan partisipasi dan emansipasi rakyat. Ormas ini adalah gerakan perubahan yang berikhtiar menggalang seluruh warga negara dari beragam lapisan dan golongan untuk merestorasi Indonesia. Inisiator Nasionalnya adalah tokoh politik Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengkubuwono X yang dibantu dengan demikian banyak pakar serta tokoh politik kondang lainnya. Tercatat beberapa tokoh dari 45 deklarator nasional yang memperkuat Nasdem, seperti Prof. Dr. Syafii Maarif, DR. (HC) Ir. H. Siswono Yudo Husodo, H. Syamsul Mu'arif, B.A, Dra. Khofifah Indar Parawansa, Prof. Dr. Bachtiar Aly, M.A, Prof. Dr. Didik J. Rachbini, Anies Baswedan, Phd, DJeffrie Geovanie, Budiman Sudjatmiko, M.Sc, M. Phil, Ferry Mursyidan Baldan, Eep Saefulloh Fatah. Para tokoh tersebut menilai bahwa tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemerosotan nilai berbentuk erosi dan defisit yaitu krisis ditingkat nasional. Disamping itu Nasdem menilai bahwa negara tidak mampu menjalankan perintah konstitusi, dimana masih terjadi krisis keadilan; krisis SDM; krisis produksi dan lingkungan ("kerusakan alam"). Nasdem juga melihat globalisasi dan lingkungan termasuk menjadi tantangan nasional yang harus diperhatikan. Visi dari Nasdem adalah 'Kemerdekaan Indonesia yang utuh,' sedangkan misinya adalah membangun politik solidaritas, menggerakkan ekonomi emansipatif dan partisipatif dan menumbuh-kembangkan budaya gotong royong. Secara lebih spesifik Nasdem menginginkan restorasi kepemimpinan baru, restorasi kehidupan rakyat dan restorasi kebijakan internasional, sehingga tercapaianya manusia Indonesia yang merdeka seutuhnya. Ketua Umum Nasdem Surya Paloh mengakui kemungkinan ormas yang dipimpinnya berubah menjadi partai politik selalu terbuka, perubahan itu dilakukan jika Nasdem mampu menarik 15 juta kader. Surya Paloh seusai membuka simposium Nasional Demokrat "Restorasi Indonesia" Senin (31/5) mengatakan, "Salah jika kita menutup kemungkinan tersebut. Kenapa enggak (jadi partai). Saat ini Nasdem fokus untuk mengerjakan tugas sosial." Nasdem kini sedang berusaha untuk menyampaikan visi dan misinya ke masyarakat, dan apabila dukungan mayarakat besar maka menjelang 2014 Nadem akan berubah menjadi sebuah parpol. Dari beberapa informasi diatas tentang Nasdem, bagaimana kita melihat peluangnya pada 2014 nanti? Melihat dari nama-nama deklarator nasional, pakar serta elit politik yang tergabung di dalamnya, memang Nasdem dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi yang sangat serius dibentuknya. Apabila nanti berubah menjadi parpol maka Nasdem akan menjadi parpol nasionalis. Tokoh-tokoh tersebut mencoba merebut kueh konstituen tengah yang kini ditelah dibagi habis antara partai papan atas Demokrat, Partai Golkar dan PDIP, serta Gerindra dan Hanura. Nasdem dimotori oleh beberapa tokoh senior dari Golkar, dibantu oleh elit parpol lainnya dan ilmuwan. Oleh karena itu nampaknya mereka akan mencoba merebut basis masa di Golkar. Point penting dari Nasdem adalah penyampaian restorasi, artinya dilain sisi mereka menjual ide, menampung rakyat yang tidak puas dengan pemerintah kini (Partai Demokrat) untuk bergabung. Disinilah strateginya dalam merebut hati konstituen Demokrat. Kemampuan Sri Sultan menarik pengikut akan menjadi motor utama, karena di daerah Jogja dan Jawa Tengah, kedudukannya sebagai raja Jawa, pendukungnya cukup banyak. Disamping itu kepemilikan Surya Paloh atas stasiun Metro TV akan berpengaruh cukup besar dalam memasarkan Nasdem. Pada pemilu 2009, media elektronik mendapat acungan jempol dan diberi gelar sebagai "silent revolution," dimana kemampuan dan pengaruhnya dalam menggiring opini konstituen jauh lebih besar dibandingkan jejaring partai. Satu hal yang perlu diperhitungkan oleh Nasdem apabila nanti bersaing dengan parpol-parpol besar lainnya yaitu pengenalan atas perilaku konstituen. Budaya politik di Indonesia masih sangat kental dengan pemahaman paternalistik, dimana peran patron besar pengaruhnya. Nasdem perlu mengukur apakah Sri Sultan dan Surya Paloh cukup hebat sebagai patron? Kedua, dalam penilaian ilmu intelijen, data basic descriptive intelligence terekam, dalam sepuluh tahun terakhir tiga anker utama parpol di tanah air adalah Golkar, PDIP dan Partai Demokrat. Parpol yang mampu eksis dan lolos parliamentary threshold (2,5 persen) hanya 9 buah. Pada 2014 nanti PT akan dinaikkan menjadi 4-5 persen, apakah Nasdem sebagai parpol baru mampu lolos dari sergapan PT? Beberapa parpol yang kini eksis di DPR saja, seperti PKB, Gerindra dan Hanura diperkirakan akan terlempar dari DPR. Data 'the present' menunjukkan bahwa partai sempalan sulit sekali untuk eksis, walaupun dalam pembentukan demikian tampil percaya diri. Terlihat jelas bahwa Partai Demokrasi Pembaruan (PDP), yang berisi tokoh-tokoh besar PDIP hanya mampu mandapat dukungan 0,86 persen suara. Selain itu PKNU (Partai Kebangkitan Nasional Ulama) sebagai sempalan dari PKB juga hanya mampu mendapat dukungan 1,47 persen. Partai Barisan Nasional sebagai sempalan dari Partai Demokrat juga hanya mendapat dukungan suara 0,73 persen. Ketiga fakta tersebut menunjukkan bahwa sangat sulit dalam membangun sebuah parpol baru tanpa memperhitungkan kriteria esensial patron atau kemampuan yang tepat dalam membaca kondisi psikologis konstituen. Khusus dalam pilpres, apakah Nasdem akan mengajukan pasangan Surya Paloh dan Sri Sultan pada 2014? Partai Demokrat sedang merubah strategi dari peran patron menjadi tokoh muda yang bersih dan bersemangat. PDIP akan memainkan Megawati sebagai tokoh terkuat sebagai capres setelah SBY tidak bisa maju pada 2014, Aburizal juga akan maju. Jadi itulah beberapa fakta dan gambaran serta tantangan yang akan dihadapi oleh Nasdem apabila nanti berubah menjadi sebuah parpol. Upaya dari beberapa tokoh yang menyuarakan beberapa ide yang idealis dan brilyan tersebut masih harus melalui sebuah jalan panjang dan berliku. Perlu diingat, rakyat bawah sebagian besar sudah terbagi hanya hafal kata-kata 'Pejah gesang nderek Mega', 'Suara Rakyat suara Golkar', 'SBY presidenku, Lanjutkan,' dan 'PKS Partaiku'. Selamat berjuang, walaupun medannya akan sangat berat dan penuh dengan jurang dan rimba. Jadi, jawaban judul adalah ' Ya merebut kekuasaan,' walau masih sangat jauh. PRAYITNO RAMELAN, penulis Politik dan Intelijen. Ilustrasi : basigi.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H