Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Setelah Susno, Presiden SBY Mau Dibunuh

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_60375" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/admin (shutterstock)"][/caption] Beberapa waktu lalu penulis memposting tulisan tentang ancaman pembunuhan terhadap Komjen Pol Susno Duadji, mantan Kabareskrim, komentar penulis hanya satu ampun, nekat sekali orang yang itu. Nah pada Jumat (22/1) saat berkunjung ke Mako Paspampers di Tanah Abang, Presiden SBY saat memberikan sambutan HUT Paspampers ke-64 menyatakan pernah diancam akan dibunuh. Presiden mengatakan "Beberapa bulan yang lalu ada rencana, upaya, aksi melakukan asasinasi atau pembunuhan Presiden. Namun Allah Maha Besar, semua rencana aksi itu tidak diizinkan oleh Yang Maha Kuasa. Sejak itu saya berpikir tidak boleh dalam keadaan tertentu saya terlalu meminta saudara berkompromi, karena ancamannya nyata." Mantan Kepala Badan Intelijen Negara, Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono mengatakan kepada salah satu surat kabar ibukota bahwa ancaman pembunuhan dinilai wajar. Menurutnya, ini bukan sikap panik dari seorang kepala Negara."Masyarakat tidak perlu resah dengan pernyataan ini. Karena Presiden tidak menyampaikan pesan ini sebagai public address, yang sengaja disampaikan kepada rakyat. Tapi, secara spesifik kepada Paspampres. Ini jam komandan saja. Jadi, biasa-biasa saja." Ancaman tersebut adalah bentuk assasination, bukan teroris. Kalau teror, sasarannya tidak selalu korbannya, misalnya sasaran teroris Amerika. Tapi bisa saja korbannya adalah bangsa kita. Kalau assasination adalah korban itu sendiri. Hendro menjelaskan bahwa ancaman pembunuhan tersebut harus dilihat dalam tataran tehnis, bukan politis. Jadi tidak benar jika tataran tehnis dilihat dari sudut politis. Masalah ini tidak perlu disikapi secara berlebihan dan dipolitisir, hal ini wajar sebagai penjelasan tehnis dari seorang yang diamankan kepada yang mengamankan, itu saja, demikian dikatakan Hendro. Gaya serta pola ancaman pembunuhan rupanya sudah menjadi sebuah trend yang mengemuka di negeri ini dan bahkan di dunia. Pada awal Januari 2009, Presiden AS, Barrack Obama pernah mendapat ancaman pembunuhan juga. Seorang pria New Orleans, AS yang bernama bernama John Turnpaugh ditangkap dan dituntut atas ancaman membunuh Obama. Menurut agen Dinas Rahasia AS (Secret Service), pria berusia 47 tahun itu menghubungi nomor telepon 911 pada Jumat, 1 Januari lalu dan mengatakan bahwa dirinya berencana membunuh Obama dan ibu negara Michelle Obama. Dinas Rahasia AS kemudian menelusuri panggilan telepon tersebut. Polisi menangkap Turnpaugh pada Sabtu, 2 Januari lalu. Pria AS itu juga dituntut atas dakwaan kepemilikan pistol ilegal dan kepemilikan narkoba. Ancaman pembunuhan sering diterjemahkan hanya sebagai sebuah ancaman semata, tidak ada tindak lanjutnya. Walaupun demikian, dalam ketentuan pengamanan personil yang dilakukan oleh sebuah badan intelijen, setiap bentuk ancaman harus di selidiki hingga tuntas, terlebih apabila yang mendapat ancaman seorang Kepala Negara.  Keteledoran aparat akan bisa mengakibatkan kerugian, jatuhnya korban dari subyek pengamanan. Presiden mengatakan bahwa mendatang tugas Paspampers akan semakin berat. SBY meminta Paspampres agar tetap aktif di dalam berkerja, karena ini periode terakhir bagi SBY. Pada 2012-2013 akan dilaksanakan pertemuan puncak ASEAN dan APEC di Indonesia. "Kegiatan Internasional itu akan dihadiri oleh kepala negara dan kepala pemerintahan, aksi terorisme belum dikatakan surut atau susut," kata presiden. Selanjutnya Presiden mengungkapkan cara, alat, dan teknologi yang digunakan oleh teroris yang akan mengancam VVIP di Indonesia juga makin canggih. Melihat semakin brutalnya tindakan masyarakat yang menyikapi era kebebasan ini, memang kini aparat keamanan harus tidak berkompromi dalam melakukan tidak pengamanan. Contoh kerusuhan, keributan serius antara sporter bonek di Solo dengan masyarakat, bentrok lanjutan antara suporter di stasiun Solo Balapan dengan polisi menunjukkan turunnya kewibawaan aparat keamanan. Belum lagi kerusuhan lokal antara masyarakat yang mendapat ruang kebebasan, boleh menghujat, melempari polisi, menyerbu gedung wakil rakyat, merusak tempat kuliah, melawan petugas saat pembebasan lahan dan banyak tindak anarkis lainnya akan memberi contoh masyarakat lainnya. Dengan demikian maka berita ancaman pembunuhan kepada presiden hanyalah merupakan sebuah puncak gunung es yang terlihat, sedangkan ancaman besar yang sesungguhnya masih tersembunyi dibawah permukaan. Penagih kartu kredit saja kini juga sudah berani mengancam akan membunuh. Brutalisme, mungkin ancaman ini akan semakin banyak terwujud apabila penegakan hukum tidak segera dilakukan.  Ketegasan, hanya itu yang dibutuhkan, kalau tidak maka negara ini akan bisa berubah menjadi sebuah rimba, dimana yang berlaku adalah hukum rimba, siapa yang kuat maka dia akan berkuasa. Semoga saja ini tidak terjadi. Seram rasanya menonton televisi, melihat kereta api dilempari batu....Kok semakin lama rasanya semakin tidak aman hidup di negara sendiri? PRAYITNO RAMELAN, Penulis Buku Intelijen Bertawaf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline