Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Bukti Nyata Power Sosial Media; Jonan, Ahok, Ridwan, Ganjar Hadir di Kompasianival

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14167142201305369469

Foto bersama Kang Pepih dan Isjet, Admin Kompasiana serta Koplak Band setelah penganugerahan Life Achievement Award (foto : koleksi pribadi)

Hari Sabtu (22/11/2014) penulis sempat menghadiri acara ulang tahun Kompasiana ke enam, yang diselenggarakan di Gedung Sasono Budaya TMII. Acara yang di beri label khusus Kompasianival keempat sebagai ajang kopi darat (nangkring)  para kompasianers yang mempunyai hobi tulis baca di Kompasiana. Sebenarnya secara resmi Kompasiana telah berusia enam tahun dengan tanggal resmi kelahiran 22 Oktober 2008. Di usia yang relatif muda ternyata kompasiana tanpa disadari telah berkembang menjadi bayi dewasa yang semakin digemari dan menjadi blog atau media sosial yang menjadi salah satu yang terunggul diantara sosmed lainnya.

Saat berkumpul di TMII itu penulis menilai  bahwa blog keroyokan ini semakin dikelola dengan manajemen (admin) yang semakin mantap dengan kompetensi sebagai jurnalis tidak diragukan lagi. Netizen yang hadir ribuan dengan menampilkan kegiatan komunitas. Sebagai CEO Kompasiana kini adalah Mas Edi Taslim, COO adalah Kang Pepih Nugraha dan Direktur pelaksana adalah Iskandar Zulkarnain (Isjet). Dari penjelasan Pepih, member kompasiana kini sekitar 280.000 orang dan dalam seminggu jumlah pengunjung sekitar tujuh juta. Jelas ini jumlah yang fantastis untuk si bayi di usianya yang ke enam.

Penulis terus mengikuti perkembangan kompasiana sejak baru berdiri bulan September 2008, dan mendapat penghargaan pada ultah kompasiana pertama (22 Oktober 2009) sebagai Bapak Publik Kompasiana, karena sejak awal menyarankan kompasiana sebagai blog khusus dari para wartawan Kompas agar dijadikan blog publik. Saran penulis kemudian dibawa oleh Kang Pepih sebagai admin ke Kompas Grup dan kemudian disetujui. Sejak itulah walau tertatih-tatih, kompasiana berkembang dari diterimanya guest blogger, kemudian keran dibuka penuh dan masyarakat diberi ruang (laman) untuk menulis. Pada awalnya masih di moderasi admin kemudian akhirnya dilepas oleh admin dan hanya diawasi content sesuai aturan yang ditetapkan.

Sejak awal, penulis menyebutkan bahwa kompasiana adalah sebuah rumah besar dan menyediakan ruang-ruang yang bisa ditempati para penulis dan pengomentar (awalnya tidak nulis tetapi tukang komen). Mereka bebas berinteraksi dan berdiskusi diruangannya, berteman dan menyampaikan buah pikirannya. Kemudian terbentuklah komunitas-komunitas dalam rumah kompasiana yang tetap berada dibawah satu atap dan diawasi oleh admin.

Tanpa terasa komunitas dan pertemanan para penulis itu kemudian menjadi sebuah kekuatan yang nyata tetapi tidak nyata. Mereka bukan politisi (dalam arti parpol), tetapi kompasianers menjadi penulis politik yang handal dan sangat disegani. Banyak yang menulis masalah-masalah sosial yang menggelitik dan bahkan membuat 'gerah' (gelisah/takut) pejabat yang dikritiknya. Belum lagi ada yang hasil bloggingnya menurut penulis memenuhi kaidah sembilan komponen intelijen   strategis (komponen Ipoleksosbudhankam, serta komponen biografi, demografi dan sejarah). Jelas dengan 280.000 warganya, kompasiana  netizen dengan beragam latar belakang  dengan komposisi strata lengkap dari yang berpendidikan rendah tapi berpengalaman hingga seorang doktor atau profesor menjadi blog keroyokan yang bermutu isinya. Dari kalangan militer terdiri dari seorang berpangkat prajurit hingga jenderal yang cukup makan asam garam.

Dengan kelengkapannya itu,  kini terbentuklah sebuah kekuatan yang sangat besar yang bisa menulis dan menanggapi masalah apa saja dalam kehidupan. Selain itu, dengan tersebarnya dislokasi kompasianers, mereka akan menjadi pengawas dan peneliti dikalangan pemerintahan serta ruang kehidupan lainnya. Disinilah kompasiana menjadi kekuatan tak terkirakan dengan semangat esprit de corps khusus dan jelas disegani dan diperhitungkan.

Penulis pernah menuliskan tentang esprit de corps, yang   bisa diartikan sebagai, "Rasa persatuan dan kepentingan serta tanggung jawab bersama yang dikembangkan di antara sekelompok orang yang terkait erat dalam tugas." Ada juga mengartikan sebagai  persahabatan, ikatan, dan solidaritas. Ditinjau sebagai kata benda, bisa diartikan sebagai kesadaran dan kebanggaan yang merupakan milik kelompok tertentu, memiliki rasa dengan tujuan bersama dan persekutuan. Menurut Collins English Dictionary, Esprit de Corps adalah perasaan persahabatan di antara anggota kelompok atau organisasi. Sebagai contoh terbentuknya esprit de corps misalnya,  "Dengan berkemah  bersama selama satu minggu saja, sekelompok orang akan sudah terikat oleh esprit de corps yang kuat." Jadi bisa dibayangkan kuatnya persatuan dan persahabatan kompasianer, dan ada yang sudah bertahun-tahun.

Oleh karena itu pada acara Kompasianival keempat, maka hadirlah empat tokoh pemimpin muda yang sedang naik daun di Indonesia. Mereka diundang dengan tujuan untuk memberikan pencerahan, membagi pengalaman serta memberikan motivasi secara langsung kepada para kompasianers yang sempat hadir di TMII. Pertama hadir Menteri Perhubungan Ignatius Jonan, yang mantan Direktur Kereta Api, kini dipercaya menjadi Menhub.  Pak Menteri ini menyampaikan bagaimana upayanya memperbaiki mental serta disiplin dikalangan pelaku kereta api. Yang menarik dikatakannya, kalau kita mau saja memperbaiki satu kekeliruan atau keburukan kita dalam sehari, kita akan menjadi orang yang baik. Saat bertemu di ruang VIP, Pak Jonan berdiskusi dengan Pak Chappy Hakim (The Real Blogger), penulis serta Kang Pepih, membicarakan topik penerbangan gelap. Beliau mau menerima banyak masukan tentang black flight yang pernah pernah penulis tangani saat aktif dan dikuasai masalahnya oleh Pak Chappy.

Tokoh muda lainnya yang hadir tandem adalah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) serta Walikota Bandung,  Ridwan Kamil. Ahok menjelaskan tentang persoalan birokrasi dan begaimana memperbaiki mental pegawai, karena itu langkah maju yang ditempuhnya adalah dengan penggunaan teknologi, menerapkan e-layanan, untuk mengendalikan kebersihan birokrasi. Upaya Ahok kini memberdayakan walikota, Camat dan Lurah dalam mengatasi banjir, disamping memikirkan masalah kemacetan di DKI. Tidak main-main, Ahok mengelola APBD DKI sebesar Rp80 triliun.

Dilain sisi, Ridwan Kamil yang tampil santun menyampaikan strateginya, dengan latar belakang arsitek, Ridwan membangun Bandung dengan konsep penataan dan kebutuhan masyarakat. Ridwan Kamil melakukan pendekatan ‘online’ dan membangun pusat ‘pengawasan’ untuk mengawasi sistem pelayanan di Kota Bandung. Ridwan Kamil pun melakukan pendekatan pengawasan dengan teknologi informasi. Strateginya dengan melibatkan masyarakat Bandung untuk memberikan layanan dan membuktikan kepada rakyat bahwa merekalah yang menjadi stake holders. Dengan APBD hanya Rp6 triliun, Ridwan menata dengan ilmu arsiteknya dalam membangun Bandung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline