Lihat ke Halaman Asli

Prayitno Ramelan

TERVERIFIKASI

Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Mengapa Pengadaan Roket MLRS Astros II untuk TNI AD Diributkan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

141938339958851861

[caption id="attachment_343041" align="aligncenter" width="538" caption="Presiden SBY, Menhan Poernomo Saat Masih Aktif, serta Roket MLRS (worlddefencenews.com)"][/caption]

Lebih sepuluh hari penulis mengamati pemberitaan yang menyangkut masalah pengadaan roket multi peluncur MLRS (multi-launcher rocket system) asal Brasil yang diberitakan beberapa media Tanah Air, karena menyangkut besarnya pengadaan yang mengaitkan antara Kemenhan, DPR RI, TNI AD serta Kementerian Keuangan. Penulis mengumpulkan beberapa fakta dan mencoba mengulasnya, karena roket tersebut adalah salah satu alutsista andalan TNI.

Ramainya pengadaan MLRS tersebut mirip dengan pengadaan Tank Leopard tahun lalu, di mana beberapa pihak menilai tidak tepat karena MBT (Main Battle Tank) itu bisa merusak jalan. Penulis juga pernah menuliskan soal tank hebat itu (Baca: Arti Penting Tank Leopard bagi TNI AD).

Awal Muasal Pemberitaan Miring MLRS

Media yang pertama memunculkan soal MLRS asal Brasil adalah Jakarta Post (JP), edisi tanggal 11 Desember 2014 dengan judul "House turns blind eye to  dubious deal." Pada Headline News, disebutkan bahwa Komisi-I DPR RI benar  telah menerima laporan dari Irjen Kementerian Pertahanan yang menyatakan bahwa telah terjadi kelebihan pengeluaran anggaran (overspent) dalam pembelian sistem roket multi-peluncur (MLRS) dari Brasil Avibras Industria Aeroespacial pada pertengahan 2012, sekitar US $ 134,9 juta dari harganya yang sebesar US $ 405 juta.

JP menyebutkan bahwa Irjen Kemenhan (Laksdya TNI Sumartono) yang kini sudah pensiun menulis laporan kepada Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin pada bulan April dan Juni 2012, menandai beberapa pelanggaran dalam proses pengadaan di Kemenhan. Dalam laporan tersebut di antaranya disebutkan olehnya bahwa keputusan untuk memilih Avibras telah melanggar instruksi presiden dan peraturan yang dikeluarkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Nasional (LKPP).

Avibras, menurutnya tidak bisa memenuhi spesifikasi teknis yang dibutuhkan dalam tender pengadaan ("the company could only provide seven of the required 38 ammunition supply vehicles and two of the seven mobile workshop vehicles required to support MLRS). Irjen  juga menyatakan bahwa TNI AD telah bernegosiasi dengan Avibras, yang  bermitra dengan PT Poris Duta Sarana untuk mengamankan kesepakatan tersebut.

Tanggapan Pejabat Terkait

Tanggapan Kemhan. Pemberitaan tersebut telah dibantah oleh Letjen TNI Ediwan Prabowo (Sekjen Kemhan) yang pada tahun 2012 saat berlangsungnya proses pengadaan MLRS masih menjabat Dirjen Baranahan, (sebagai Sekjen saat itu Marsdya TNI Eris Herryanto), Wamenhan Letjen Syafrie Samsoedin, dan Menhan Poernomo Yusgiantoro. Ediwan  menyatakan bahwa berita tersebut dimunculkan di publik karena ada  pihak yang kalah dalam bersaing. Ditegaskan oleh Ediwan bahwa keputusan Kemenhan memilih Multiple Launch Rocket System (MLRS) Avibras Brazil mengutamakan spektek dengan harga kompetitif bukan sekedar beli yang  murah. “Aspek spektek lebih utama dari pada mencari harga murah tapi kurang optimal,” katanya dalam keterangan tertulis kepada media, Rabu (17/12).

Ediwan juga mengatakan bahwa yang digunakan TNI adalah Alutsista yang sudah teruji, sehingga siap digunakan. Untuk itulah, setiap pembelian selalu disertai dengan uji coba. Dalam pengadaan roket sejenis tercatat pihak Roketsan (Turki) menjadi kompetitor Avibras Brasil. Dikatakan selanjutnya, MLRS Avibras dinilai berkemampuan dan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh Roketsan. Avibras sudah teruji dalam pertempuran, memiliki kapasitas multi-kaliber, memiliki cakupan yang lebih luas dan daya hancur besar, serta dapat diangkut dengan pesawat C-130 Hercules.

Tanggapan Mabes TNI. Kapuspen TNI , Mayjen TNI Fuad Basya, menegaskan ada pihak yang tidak menyukai semakin kuatnya Alutsista militer Indonesia. Faktanya, ketika TNI memiliki peluncur roket jarak jauh, ada yang menuding pengadaan persenjataan ini bermasalah. "Saya rasa ini adalah pihak yang tidak suka dengan semakin kuatnya kami," kata Fuad, Minggu (14/12). Penembakan Astros II MLRS (sumber : defence.review.com)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline