Lihat ke Halaman Asli

ono Prayetno

Mencintai semua Ciptaan Tuhan tanpa membeda bedakan

Dilema Pariwisata di Sumut, Lingkar Danau Toba

Diperbarui: 10 Januari 2018   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Banyak orang dari luar SUMUT yang pernah berkunjung ke daerah ini, menyayangkan ketidakpedulian warga sumut termasuk para pejabatnya terhadap lingkungan dan daerah dimana mereka berada mengingat SUMUT mempunyai  Potensi pariwisata sangat besar yang memerlukan sentuhan dari para profesional juga masyarakat sadar wisata, agar ketika sebuah objek wisata mulai berkembang lingkungan pun bisa terselamatkan.

Karena tujuan utama pariwisata adalah menciptakan kesempatan/peluang usaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas. Oleh sebab itu memelihara objek wisata adalah sebuah keharusan, yang berarti juga melestarikan alam dan lingkungannya termasuk juga budayanya. Bukan malah menjadi momok bagi pelestarian lingkungan itu sendiri.

Selama ini kebanyakan objek wisata di SUMUT hanya dimanfaatkan untuk mengumpulkan pendapatan daerah melalui pengutipan retribusi di setiap objek wisata tanpa memperhatikan perawatan fasilitas umum yang diperlukan untuk sebuah tempat rekreasi atau objek wisata.

misalnya, penyediaan tempat sampah yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pengunjung. Mempermudah akses masuk ke setiap objek wisata. (Termasuk membenahi Dermaga /pelabuhan kapal untuk keluar masuk)

Merapikan bahu jalan dari tumbuhan liar  agar lebar jalan lebih maksimal atau dilakukan perbaikan dan pelebaran jalan, juga lahan parkir yg memadai untuk menampung luberan kendaraan disaat saat liburan panjang tiba. Menertibkan Preman  yang melakukan pengutipan liar, untuk kenyamanan wisatawan.

Selain itu perlunya  dibuat himbauan kepada wisawatan terutama wisatawan lokal, untuk menempatkan sampah pada tempat yang telah disediakan. Bila perlu di setiap objek wisata disiapkan petugas  "Patroli" bertugas mengedukasi masyarakat agar menjaga kebersihan objek wisata yang dikunjunginya. Sepertinya kalau cuma papan peringatan kurang mempan karena kebiasaan masyarakat yang malas membaca.

"Sayang apabila tempat wisata yang indah menjadi tercemar akibat sampah yang dibawa oleh pengunjungnya sendiri yang notabene adalah "pencinta alam" yang juga suka keindahan." katanya.

"Datang jauh jauh dari daerah asal, dengan biaya mahal dan waktu panjang hanya untuk mengotori dan mengantarkan sampah ke tempat wisata."

Ironis memang karena masih banyak masyarakat yang tak peduli atau mungkin juga karena ketidak tahuan mereka tentang dampak sampah terhadap alam dan lingkungan selain juga dari sisi aspek keindahan yang ternoda karenanya.

Sepertinya di daerah SUMUT ini tidak hanya masyarakat awam yang tidak mengerti dan peduli terhadap kebersihan tapi juga para pejabatnya juga para guru di banyak sekolah masih saja membuang sampah sembarangan.  Padahal,  "KEBERSIHAN ITU ADALAH SEBAGIAN DARIPADA IMAN"

Sementara pejabat yang punya wewenang pun mengijinkan tempat pembuangan sampah akhir ditempat yang tidak seharusnya. contoh, disekitar lingkar Danau Toba Kabupaten Simalungun ada tempat pembuangan sampah yang sangat mengganggu pemandangan karena lokasinya ditepi jalan yang dilintasi oleh bus Pariwisata yang berisi Turis Mancanegara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline